Oleh Nia Faeyza
Program Pangan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WFP) telah memperingatkan tentang krisis kemanusiaan yang semakin memburuk di Jalur Gaza, dengan menyatakan bahwa setidaknya dua juta orang - yang sebagian besar mengungsi - saat ini hidup tanpa sumber pendapatan apa pun, dan sepenuhnya bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan pangan utama mereka.
Dalam serangkaian pernyataan yang dirilis selama beberapa jam terakhir, WFP membunyikan alarm atas meningkatnya bahaya bagi ratusan ribu penduduk Gaza.
Mengutip dari The Peninsula, Minggu, 20 April 2025, WFP menyatakan keprihatinan mendalam atas penurunan tajam stok pangan, dengan memperingatkan bahwa Jalur Gaza berada di ambang bencana kemanusiaan.
Zionis Yahudi semakin Brutal
Pembantaian oleh Ziosnis Yahudi terhadap rakyat Palestina masih terus berlangsung. Hingga April 2025 korban meninggal tembus hingga lebih dari 52.000. Setiap jam, setiap detik rakyat Palestina dibantai secara keji. Hari Raya Idul Fitri yang seharusnya menjadi momen membahagiakan berubah menjadi mencekam. Di belahan bumi lain kembang api mewarnai malam takbir. Tapi di Palesina bom dijatuhkan sampai- sampai tubuh warga Paleatina hancur beterbangan.
Sejak serangan bulan Oktober 2023 sampai hari ini Palestina terus digempur, korban terus berjatuhan, darah terus ditumpahkan, anak-anak kehilangan orang tuanya, orang tua kehilangan anaknya. Para jurnalis dan tim medis juga tak luput dari target genosida. Lebih dari 2 juta warga Gaza terpaksa mengungsi dalam keadaan yang sangat mengerikan. Tanpa akses air bersih, listrik, makanan, akses kesehatan lumpuh, setiap saat dihantui ketakutan.
Air mata terus mengalir, darah terus mengalir. Puluhan ribu nyawa melayang, 70% diantaranya adalah wanita dan anak-anak. Ratusan ribu lainnya terluka, infrastruktur hancur, termasuk Rumah Sakit, sekolah, rumah, masjid, dan tempat penampungan. Perkiraan biaya kehancuran mencapai lebih dari 600 Triliun rupiah. Butuh waktu sekitar 70 tahun untuk bisa mengembalikan Gaza seperti sedia kala.
Bungkamnya Para Penguasa Negeri Muslim
Sejak 77 tahun lalu, tepatnya pada 14 Mei 1948 perebutan dan penjajahan secara brutal wilayah Palestina dimulai. Melalui PBB, negara Entitas Zionis didirikan. PBB memberikan dukungan kepada Zionis Yahudi untuk mendeklarasikan kemerdekaannya di atas tanah Palestina secara sepihak. Didukung Amerika, Inggris, dan negara-negara Eropa lainnya. Inilah yang memperkuat posisi negara entitas zionis yahudi dalam menjajah Palestina hingga hari ini.
Sejak abad ke 19 Masehi Inggris sudah berniat ingin membeli tanah Palestina, tapi enggan disetujui oleh Sultan Abdul Hamid II yang kala itu menjabat sebagai Khalifah. Namun setelah Khilafah runtuh 100 tahun silam, keadaan berubah, Zionis Yahudi yang awalnya menumpang di tanah Palestina lambat laun mencaplok wilayah Palestina sedikit demi sedikit, sejengkal demi sejengkal hingga seluas sekarang.
Diamnya para penguasa negeri muslim saat ini salah satunya dibebabkan karena adanya jalinan kerjasama baik dalam hal potitik, ekonomi, kepentingan yang lain. Amerika Serikat sebagai negara adidaya saat ini tentunya memiliki kuasa penuh atas negara- negara lain dan wajar jika semua berada dalam kendalinya dibawah ketiaknya.Termasuk Negeri Arab, Mesir, dan Indonesia. Tidak bisa seenaknya bertindak. Kita semua tahu bahwa Amerika adalah sekutu Zionis Yahudi yang mendanai dan mendukung penuh kekejian zionis Yahudi dalam membantai kaum muslim Palestina dengan mengirim bantuan berupa persenjataan lengkap serta prajurit yang jumlahnya banyak.
Alasan kedua adalah karena terhalang sekat nasionalisme. Sebagai bentuk tipu daya penjajah untuk memecah belah kaum muslim sehingga beranggapan bahwa masalah negara lain bukan menjadi urusan mereka.
Alasan ketiga karena sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini menjadikan manusia hanya fokus mengejar materi, mengejar kesenangan duniawi dan bermental rakus, tak punya rasa kemanusiaan, individualis tanpa berpikir ada sesuatu yang lebih berharga yakni kehidupan abadi akhirat.
Solusi hanya Sekadar Ilusi
Banyak sekali solusi yang ditawarkan atas persoalan Palestina diantaranya solusi 2 negara, memboikot produk yahudi, berharap pada PBB, gencatan senjata jangka pendek, memindahkan anak- anak Palestina ke negara lain, dan bantuan kemanusiaan sementara.
Semua solusi yang ditawarkan sejatinya tidak sampai membuahkan hasil yang serius.
Pertama karena tanah Palestina adalah tanah khorojiyah milik kaum muslim. Sampai kapanpun tidak boleh dikuasai oleh siapapun termasuk Zionis Yahudi. Bahkan sampai hari kiamat. Jadi solusi 2 negara tidak boleh dilakukan.
Kedua, boikot produk Yahudi itu sejatinya hanya menyelamatkan diri kita sendiri bentuk cari aman untuk kita sendiri bukan untuk menyelamatkan warga Palestina. Ini bukan solusi terbaik.
Ketiga, jika berharap pada PBB adalah solusi lalu bagaimana dengan identitas Israel itu sendiri yang kelahirannya dibidani langsung oleh PBB. Yakin masih mau berharap solusi pada PBB?
Keempat, gencatan senjata jangka pendek itu sejatinya hanya trik untuk mengulur waktu supaya memperpanjang kesempatan untuk menghabisi lebih banyak lagi warga Palestina. Ini jelas bukan solusi.
Kelima, memindahkan anak- anak Palestina ke negara lain. Jika tujuannya untuk mengamankan mereka maka sah-sah saja. Nanti setelah keadaan sudah aman bisa dipulangkan kembali. Tapi jika untuk permanen itu perlu dipertanyakan sebab itulah yang Yahudi dan sekutunya inginkan yaitu mengusir warga Palestina seluruhnya. Sekali lagi ini bukan solusi terbaik.
Terakhir, bantuan kemanusiaan sementara. Analoginya ibarat maling masuk rumah, lalu yang punya rumah dipukuli habis- habisan, lalu tetangganya datang mengobati. Keesokan harinya maling itu kembali merampok dan menyerang, lalu tetangganya datang mengobati lagi. Begitu dan begitu seterusnya, setiap harinya. Tetangganya itu datang menolong dan mengobati tanpa mengusir maling itu. Kira- kira malingnya bisa kabur atau malah betah? Itulah gambaran yang terjadi jika solusi yang kita tawarkan hanya sebatas bantuan kemanusiaan.
Bisa dipastikan Palestina tidak akan bisa bebas jika yang diambil hanya sebatas solusi-solusi di atas.
Tragedi Palestina adalah Ujian Besar bagi kaum Muslim
Upaya membebaskan Palestina dan Masjid Al-Aqsha bukan sekedar masalah kemanusiaan, melainkan panggilan keimanan yang merupakan persoalan antara hidup dan mati bagi seluruh umat Islam.
Melawan Yahudi Zionis tidak cukup dengan solusi-solusi yang tertulis di atas. Zionis Yahudi haya bisa dilawan dengan senjata dan jihad.
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (ikut merasakan sakitnya)." (HR. Bukhari dan Muslim).
Persoalan Palestina adalah urusan kita semua. Ini yang seharusnya kita sadari sebelum berbicara solusi.
Jika melihat daftar kekuatan militer terkuat di dunia, sebetulnya Israel hanya menempati posisi ke 18. Masih berada dibawah negeri-negeri Muslim. Pakistan berada diurutan ke 7, Turki ke 11, Indonesia ke 13, Mesir ke 14, Iran ke 17.
Jika seluruh militer Muslim bersatu, maka jangankan berhadap-hadapan, baru mendengar kata jihad saja Israel sudah ketar ketir ketakutan.
Umat Islam punya tentara terkuat di dunia. Tentara kaum Muslim adalah tentara yang tidak takut mati yang dididik atas dasar keimanan sehingga kekuatannya tidak akan mudah dikalahkan. Mereka sudah siap berperang hanya tinggal menunggu komando saja.
Militer kuat tapi penguasa saat ini lemah. Tak berdaya mengirim pasukannya untuk berperang membebaskan Palestina.
Islam dan kekuasaan ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Saat kekuasaan tidak tunduk pada aturan Islam maka tidak akan dijumpai penguasa yang betul-betul melindungi. Wajar jika sampai detik ini seluruh dunia hanya bisa mengecam tanpa ada tindakan.
Sebagai Muslim kita harus bercermin pada sejarah dimana tercatat oleh tinta emas dalam sejarah peradaban Islam para panglima perang terbaik umat Islam. Pembebasan Baitul Maqdis oleh Khalifah Umar Bin Al- Khaththab ra, tahun 637 M dengan kekuatan politik dan militernya wilayah Palestina dapat dibebaskan dari tangan Kekaisaran Byzantium Romawi.
Lalu ketika Baitul Maqdis dijajah oleh tentara salib selama 88 tahun, Sultan Salahiddin Al-Ayyubi juga dengan kekuatan politik dan militernya dapat membebaskan Baitul Maqdis pada tahun 1.187 M. Ini merupakan bukti penting keberadaan tanah suci Palestina. Maka pemebasan Baitul Maqdis dan Palestina saat ini adalah tanggungjawab seluruh umat Islam seluruh dunia. Makna pentingnya adalah bahwa Baitul Maqdis merupakan tempat diutusnya para nabi. Serta yang tidak kalah penting adalah bahwa Baitul Maqdis merupakan kiblat pertama umat Islam.
Sejak keruntuhan Khilafah tahun 1924 kaum Islam kehilangan pelindung. Terpecah belah, tercerai berai bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya. Maka jalan keluar atas persoalan Palestina dan seluruh umat Islam tidak lain adalah dengan berjuang menegakkan kembali Khilafah Islamiyah. Pembebasan Palestina hanya bisa dilakukan dengan persatuan umat Islam seluruh dunia dalam naungan Khilafah. Keberadaan Khilafah akan dapat menyatukan kekuatan ekonomi, militer dan politik serta akan mengirimkan tentara terbaiknya dalam jihad fi sabilillah. Saatnya kita menyiapkan diri kita dan generasi kita untuk menjadi penakluk Baitul Maqdis berikutnya.
Wallahu 'alam bish-shawwab.
Tags
Opini