Inses, Potret Buram Keluarga di Sistem Kapitalis





Oleh: Julia Ummu Adiva Farras 




Dalam beberapa waktu belakangan ini Indonesia digemparkan dengan kasus inses (hubungan sedarah) kakak beradik yang menggegerkan warga Medan, ia menjalin asmara tidak hidup satu atap tetapi sering bertemu layak nya pasangan kekasih. Singkat cerita, untuk menutupi kebejatannya, dengan modal membuat akun palsu untuk memesan ojol, setibanya di tempat ternyata pelaku tidak mengaktifkan ponselnya, ketika ditanya warga sekitar pun tidak ada yg mengetahui nama pelaku. Akhirnya ojol dengan sigap membuka isi tas, ternyata isinya bukanlah pakaian seperti yang tertera dalam aplikasi, melainkan bayi laki-laki yang sudah tiada bernyawa, motifnya bayi tersebut dikirim lewat ojek online untuk dikirim ke Masjid yang berdekatan dengan pemakaman agar selaku marbot masjid bisa segera mem proses penguburan nya tanpa menimbulkan kecurigaan di khalayak ramai. Namun ternyata sebaliknya justru membuat geger daerah setempat. kejadian ini terjadi tepat pada jam 06.00 Wib. (fahum.umsu.ac.id, 12/06/2025)


Datang lagi dari Facebook, Indonesia dikagetkan dengan group "Fantasi Sedarah" yang pengikutnya cukup banyak bahkan mencapai ribuan, isinya cukup mencengangkan. Kemen PPPA meminta polisi untuk mengusut group ini karena konten tersebut mengandung unsur eksploitasi seksual dan meresahkan masyarakat. Bahkan sekretaris Kemen PPPA, Titi Eko Rahayu mengatakan proses hukum harus ditegakkan demi memberi efek jera dan melindungi masyarakat. Sebab group tersebut dinilai rawan menimbulkan dampak buruk karena tergolong konten menyimpang. (Republika, 17/06/2025)


Dibeberapa tahun kebelakang kasus inses cukup menyita perhatian, bahkan hal ini terus terulang seperti fenomena gunung es, banyak praktik yang tidak ketahuan. Hal ini menandakan keluarga di masa kini sudah dalam kondisi darurat dan bahaya. Peran dan fungsi keluarga tidak berjalan semestinya. Lambat Laun jika tidak diatasi tuntas maka akan lahir keluarga yang rusak.


Sebagaimana yang kita ketahui seluruh Problematika Kehidupan saat ini sungguh komplek diberbagai lini, semua ikut terdampak bahkan lagi lagi tidak menyelesaikan dan terus terulang. Pertahanan keluarga menjadi modal utama justru sangat jauh dari agama. Mereka mengaku muslim. Tapi hanya sebatas KTP saja. Tanpa memperdalam dan memperkuat aqidahnya. Karena ketika pondasinya saja tidak kuat maka akan sangat mudah terpengaruh oleh faham-faham menyimpang yang tak sesuai norma, bahkan arus liberalisme kian masif menggaungkannya di tengah masyarakat tanpa disadari. Mereka dengan bebas berbuat semaunya dan sesuka hatinya, akibatnya mereka tidak bisa mengontrol, mengerem untuk menyalurkan naluri dalam dirinya, entah itu kepada ibu, ayah, atau saudaranya. Yang penting hasrat terpenuhi. Nauzubillah min dzalik. 

Sungguh sekulerisme kapitalis sukses merusak keluarga, mereka merasa tidak perlu agama. Karena mereka berpikir bahwa hidup ini cukup diatur dalam rukun Islam dan ibadah maghdah saja. Adapun sendi kehidupan lainnya maka tidak perlu diatur. Alhasil perbuatan mereka lebih hina dari hewan.  Bahkan sangat parah. 


Inses merupakan kejahatan luarbiasa, karena mengakibatkan hancurnya keluarga dan juga lingkungan. Dimana seharusnya negara menjadi garda terdepan dalam junnah (perisai) bagi rakyatnya justru lalai, abai sehingga kasus setiap hari merebak tak menyelesaikan hingga ke akar permasalahan. ini semua karna lahir dari sistem yang cacat yang hanya memikirkan kemaslahatan atas para tuannya saja. Bukan atas dasar Riayah suunil ummah.

Didalam Islam pelaku inses dihukum dengan tegas, Karena merupakan salah satu bentuk zina yang dimana pelakunya wajib dihukum rajam sampai mati apabila ia sudah menikah, jika belum menikah maka harus di dera (cambuk) 100 kali. 
Sebagaimana firman Allah:

اَلزَّانِيَةُ وَالزَّانِيْ فَاجْلِدُوْا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖوَّلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۚ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ

Artinya: "Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (melaksanakan) agama (hukum) Allah jika kamu beriman kepada Allah dan hari Akhir. Hendaklah (pelaksanaan) hukuman atas mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang mukmin."
(TQS. An-Nur : 2)

Selain itu, hal ini berfungsi sebagai jawabir dan jawazir yang dalam pelaksanaannya akan menjadi pencegah dan penghapus dosa. Ini merupakan hukuman yang adil karna datang dari sang Khalik. Ini semua akan terwujud ketika hukum Islam diterapkan secara total dalam bingkai khilafah.

Wallahu-a'lam bish-shawab[].

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak