Idul Adha, Antara Persatuan dan Perpecahan Umat



Oleh : Nurfillah Rahayu
( Forum Literasi Muslimah Bogor)


Idul adha merupakan salah satu hari raya muslim yang kedatangannya disambut dengan gembira. Namun apa jadinya jika penetapannya pun mengalami beberapa perbedaan. 
Seperti dilansir oleh suaramuhammadiyah.id/1 Juni 2025, MABIMS ( Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) didirikan pada 1988 untuk menyatukan penentuan awal bulan hijriah, khususnya Idulfitri dan Iduladha, guna memperkuat solidaritas umat Islam di Asia Tenggara. Namun, perbedaan penetapan Iduladha 1446 H/2025—Indonesia pada 6 Juni dan Malaysia pada 7 Juni—mengungkap kelemahan organisasi ini. Meskipun Idulfitri 1446 H serentak pada 31 Maret 2025, ketidakselarasan Iduladha menimbulkan pertanyaan kritis: apakah MABIMS hanya simbol birokratis yang gagal menjalankan misi pemersatuannya.

Jutaan muslim dari berbagai belahan dunia berkumpul di Tanah Suci untuk berhaji, menunjukkan persatuan yang melampaui sekat bangsa, ras, dan bahasa. Tentu saja persatuan umat Islam tidak didasari kesamaan budaya atau etnis, melainkan disatukan oleh aqidah Islam yang menghapus segala perbedaan duniawi.
Umat Islam yang berjumlah hampir 2 miliar akan menjadi kekuatan dunia yang disegani jika bersatu, bukan tercerai karena sekat nasionalisme dan golongan.
Persatuan saat Idul Adha seringkali hanya sesaat, selepas itu, umat kembali tercerai dan bahkan saling bermusuhan, melupakan penderitaan saudara seiman di berbagai penjuru dunia.

Sistem yang ada saat ini membuat sekat nasionalisme niscaya terjadi. Karena Pemahaman individualistis mewabah sehingga menjauhkan manusia dari fitrahnya sebagai makhluk sosial. Untuk itu dibutuhkan pemahaman yang benar. Dan hanya dengan sistem Islamlah pemahaman yang benar mudah didapatkan.
Persatuan sejati dapat terwujud dalam institusi politik Islam global (Khilafah), yang menyatukan umat dalam satu tubuh dan tujuan.
Idul Adha mengajarkan ketaatan mutlak kepada Allah, dan seharusnya mendorong umat untuk patuh sepenuhnya pada syariat Islam, bukan hanya pada aspek ritual, tapi juga dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Alhujurat yang Artinya:

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." 
( TQS Al-Hujurat:10)

Dari sini jelaslah bahwa saling menjaga dan menyayangi sesama muslim merupakan perintah Allah SWT. Untuk itu sudah selayaknya sesama muslim saling tolong menolong jika ada sesama yang membutuhkan bantuan. Dengan demikian persatuan umat akan senantiasa terwujud sehingga kedamaian dan kesejahteraan akan dirasakan oleh seluruh umat di seluruh dunia.

Wallahua'lam Bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak