Ramadan Berakhir, Semangat Ibadah Jangan Sampai kendur


Oleh: Hasanahfile


Tak terasa Syawal kini hadir menyapa. Ramadan kini benar-benar meninggalkan kaum muslimin, diawali aktivitas masyarakat saat Ramadan akan berakhir, mereka mulai disibukan untuk menyambut hari raya Idul Fitri seperti membuat aneka kue, berburu baju lebaran dan war tiket mudik. 

Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi memprediksi gelombang mudik Lebaran 2025 akan berlangsung pada Jumat 21 Maret 2025 malam. (Antara news.com 21/03/2025). 

Beragam aktivitas dadakan tersebut membuat masyarakat kelelahan beraktivitas, tersita waktunya dan mulai mengendur semangat ibadah pada akhir bulan Ramadan. Hal tersebut tampak saat masjid banyak kehilangan jamaahnya, yang berkurang shaf-shafnya dari hari ke hari. 

Terjadinya rutinitas di akhir Ramadan ini dalam menyambut bulan Syawal, terjadi karena efek sistem kapitalis sekuler. Banyak pasar kini sangat ramai dan padat pengunjung sedari pagi hingga malam hari. Mereka diperdaya oleh budaya konsumtif untuk membeli peralatan serba baru dari ujung kepala hingga ujung kaki mengikuti trend yang berlaku. Banyak dari masyarakat terjangkit sindrom lebaran.

Jika diliihat dari kacamata Islam. Budaya tersebut ternyata sangat bertolak belakang dengan akhlak Rasulullah SAW, yang menganjurkan untuk memakai baju "terbaik" bukan terbaru.

"Rasulullah shallallahu alaihi wa salam telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan" (HR Al-Baihaqi dan Al-Hakim).

Menjelang akhir Ramadan di sepuluh terakhir ini, itikaf pun mulai dilupakan oleh sebagian kaum muslim karena terlena dengan segala hal perkara duniawi, berbeda sekali dengan awal ramadan yang dimana masjid membludak penuh hingga ke teras, namun diakhir Ramadan justru sepi seperti tak berpenghuni. Seolah-olah hal tersebut seperti rutinitas biasa dalam alur kegiatan Ramadan. 
Padahal Rasulullah SAW sendiri justru malah mengencangkan ikat pinggangnya di akhir Ramadan. 

Dari aisyah radhiyallahu anha, beliau berkata "Rasulullah shallallahu alaihi wa ssalam biasa ketika memasuki 10 hari bulan Ramadan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah dengan membangun malam-malam tersebut dengan ibadah dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah "(HR. Bukhari No 2024 dan Muslim no 1174).  

Ketika Nuzul Qur'an (17 Ramadhan) seharusnya kaum muslim lebih memaknai perihal pengabdian diri lebih dalam lagi untuk beribadah kepada Allah subhanhu wa taala, terutama dalam meningkatkan takwa dan bermuhasabah diri menjelang akhir Ramadan yang dimana kita tidak pernah mengetahui apakah kita akan bertemu kembali atau tidak dengan Ramadan tahun depan. 

"Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil)".(QS Al-baqarah ayat 185). 

Begitupun saat bulan Syawal. Seharusnya kita bisa lebih memaknai arti Ramadan dengan melanjutkan spirit ibadah. 

Bulan Ramadan seharusnya menjadi spirit dalam berjuang mengembalikan tata cara berpikir dan berprilaku kita sebagai manusia untuk kembali kepada aturan Allah subhanahu wa ta' ala (Kitabullah), serta mampu berusaha untuk mencampakan aturan lain selain islam dan sekutunya. Seperti aturan sistem kapitalis sekuler dan komunikasi. 

Ramadan mengajak kita kembali untuk merenung. Betapa banyak kaum muslimin di dunia ini, sudah bercokol dengan peraturan berbahaya yang diembannya selain Islam, yang mana mereka berani durhaka terhadap aturan yang ditetapkan dalam Al-Qur'an. Seperti menghalalkan riba, pelegalan dalam bentuk zina dan miras, menyengsarakan umat dengan banyaknya kasus korupsi dan menjadikan sistem kapitalisme sebagai acuan hidup yang sangat membuat para kaum Muslim jauh dari peraturan Al-quran. Na'udzubillah. Padahal jelas di dalam Islam sendiri bahwa 
"Barang siapa tidak memutuskan perkara berdasarkan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim” (QS. Al-Ma’idah: 45).

Sudah saatnya kaum muslim sadar dan bangkit bahwa hanya Islam yang Allah subhanahu wa ta' ala ridai di muka bumi ini, tidak ada jalan lain bagi kita para pengemban dakwah untuk tetap menyebarkan Islam secara kaffah melalui ala minhaj annubuwah agar menjadi kebaikan bagi alam semesta terhindar dari malapetaka dan marabahaya.

Mari bersama-sama kita kencangkan sabuk pinggang kita di bulan Syawal ini. untuk meraih pahala yang berkelanjutan di sebelas bulan kedepan. Dan kita tingkatkan dakwah (mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran ) agar kaum muslim bangkit. Dan Islam tegak di muka bumi ini. Wallahualam bissowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak