Oleh : Yuke Octavianty
(Forum Literasi Muslimah Bogor)
Transportasi masih menjadi masalah urgent yang belum temu solusi. Kecelakaan di gerbang tol Ciawi, salah satunya. Kecelakaan yang terjadi pada 5 Februari 2025 dini hari lalu, telah menewaskan delapan orang, empat orang mengalami luka berat dan tujuh orang mengalami luka ringan. (bbc.com, 5-2-2025).
Kecelakaan tersebut melibatkan setidaknya enam kendaraan yang tengah mengantri pembayaran di gerbang tol Ciawi arah Bogor-Jakarta. Yakni satu truk dan lima minibus. Rem blong disebut sebagai penyebab utama terjadinya kecelakaan. Kompol Yudiono selaku Kepala Satuan (Kasat) Lalu Lintas Polres Bogor Kota, menyebutkan kecelakaan berawal saat truk yang membawa muatan galon hilang kendali kemudian menabrak lima mobil di depannya yang tengah mengantri di gate tol.
Kejadian nahas ini mendapat sorotan dari beberapa pengamat kebijakan publik. Salah satunya Agus Pambagio yang menyoroti kesejahteraan dan standar keselamatan sopir truk sebagai salah satu penyebab berulangnya kecelakaan maut di jalan tol (beritasatu.com, 6-2-2025). Agus menyebutkan bahwa pekerjaan sopir adalah pekerjaan yang paling tidak diminati, dan pekerjaan ini dilakukan karena tidak ada pilihan lain. Bahkan mereka mendapatkan SIM tidak melalui uji kelayakan yang mumpuni. Tentu saja, hal ini menjadi salah satu kendala yang selalu timbul di dunia transportasi tanah air. Demikian ujarnya.
Kecelakaan ini pun menuai kritikan dari Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad. Dasco menyebutkan, kecelakaan yang sering terjadi, mestinya menjadi pembelajaran penting. Baik bagi pemilik kendaraan individu maupun perusahaan serta instansi pemerintah untuk melakukan pemeriksaan kendaraan secara berkala. Pengecekan rutin perlu dilakukan untuk memastikan keselamatan dan mengurangi resiko kecelakaan.
Kelalaian Pengurusan
Berulangnya kecelakaan di jalan tol menjadi masalah yang terus mengancam keselamatan maayarakat. Semua ini terjadi sebagai dampak adanya masalah individu dan sistem yang kini diadopsi. Beberapa di antaranya adalah kapabilitas (kemampuan) sopir, mulai dari masalah kelayakan SIM hingga pengetahuan terkait prosedur keselamatan berkendara dan kendaraannya.
Minimnya kesadaran untuk melakukan pengecekan kendaraan pun menjadi hal yang disorot. Birokrasinya yang berbelit sering menjadi kendala. Tidak hanya itu, mahalnya biaya pengecekan kendaraan pun disebut sebagai masalah transportasi yang tidak berkesudahan. Beban sopir yang terlalu berat pun disebut sebagai salah satu pemicu tingginya angka kecelakaan di jalan tol. Mekanisme pengaturan kendaraan juga masih menyisakan sejumlah masalah yang sering menimbulkan kecelakaan.
Rentetan masalah ini juga sebagai dampak lemahnya regulasi keselamatan, kurang optimalnya pengawasan dan penegakan hukum. Segala fakta ini merefleksikan lemahnya jaminan keselamatan transportasi dan mitigasi yang bersandar pada sistem kapitalisme. Sistem yang hanya memposisikan negara hanya sebagai operator dan fasilitator yang minim dalam konsep perlindungan.
Konsep rusak ini hanya berfokus pada nilai materi dalam setiap kebijakan yang dirancang untuk rakyat. Kepentingan rakyat dijadikan sebagai lahan bisnis yang menjanjikan keuntungan manis yang menggiurkan bagi para penguasa. Kebijakan yang diciptakan pun berorientasi pada keuntungan semata. Tidak heran jika keselamatan rakyat seringkali dilalaikan.
Semua masalah ini tidak mampu diselesaikan secara parsial. Solusi komprehensif mutlak diperlukan.
Islam Menjamin Keselamatan
Islam menetapkan bahwa sistem transportasi merupakan salah satu kebutuhan publik yang mendasar. Setiap pemeliharaannya menjadi tanggung jawab penuh negara demi menjaga keselamatan nyawa setiap individu.
Sistem Islam memiliki perbedaan utama dibandingkan sistem lainnya. Inilah satu-satunya sistem yang menjamin penjagaan kepentingan setiap individu rakyat. Jaminan transportasi yang aman, nyaman, layak, dan terjangkau bukan sekadar angan-angan. Hal ini karena Islam mengutamakan kepentingan umat dalam segala aspek. Institusi yang menaunginya, yakni khilafah, berperan sebagai wadah yang bertanggung jawab dalam mengurus rakyat dengan amanah. Dalam sistem ini, pemimpin bukanlah penguasa yang mencari keuntungan pribadi atau kelompok, melainkan pengurus rakyat yang bertanggung jawab atas kesejahteraan mereka.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Imam adalah ra'in (pengurus) dan ia bertanggung jawab atas urusan rakyatnya." (HR. Al-Bukhari)
Setiap kebijakan dalam sistem Islam ditetapkan berdasarkan hukum syarak, sehingga mampu mengakomodasi seluruh kepentingan rakyat secara menyeluruh dan adil, tanpa diskriminasi.
Dalam hal transportasi, pembangunan infrastruktur harus berorientasi pada kebutuhan dan keselamatan rakyat. Moda transportasi dalam sistem Islam dirancang untuk memenuhi kriteria aman, nyaman, dan terjangkau. Pendanaannya berasal dari pos Baitul Maal yang ditetapkan syarak, seperti ghanimah, fa’i, kharaj, serta sumber-sumber lain yang ditetapkan untuk pembangunan infrastruktur.
Selain itu, pemeliharaan dan perawatan infrastruktur transportasi menjadi bagian dari perencanaan yang matang demi meminimalkan resiko kecelakaan. Dengan demikian, rakyat dapat merasakan perlindungan, keselamatan dan pelayanan yang optimal.
Wallahu'alam bisshowwab.
Tags
Opini