Oleh : Nettyhera
Tagar #KaburAjaDulu ramai diperbincangkan di media sosial, mencerminkan keresahan generasi muda terhadap masa depan mereka di negeri sendiri. Banyak yang memilih bekerja atau melanjutkan pendidikan di luar negeri, bukan sekadar karena keinginan pribadi, tetapi karena realitas yang memaksa. Sulitnya mencari pekerjaan, upah yang rendah, mahalnya biaya hidup, serta minimnya kesempatan berkembang menjadi alasan utama di balik fenomena ini.
Fenomena ini bukan hanya sekadar pilihan individu, tetapi lebih dalam dari itu: ini adalah cerminan kegagalan sistem dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya. Jika negeri ini mampu menyediakan pekerjaan dengan gaji layak, biaya hidup yang terjangkau, serta sistem pendidikan yang berkualitas, masihkah mereka ingin “kabur” ke luar negeri?
Brain Drain dan Kesenjangan Global
Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengalami brain drain, di mana tenaga kerja terdidik dan berbakat lebih memilih pergi ke luar negeri. Ini adalah pola yang umum terjadi di negara berkembang. Di sisi lain, negara maju dengan ekonomi kapitalis justru mendorong migrasi tenaga kerja terampil untuk mengisi kebutuhan industri mereka.
Akibatnya, negara berkembang kehilangan aset paling berharga: sumber daya manusia berkualitas. Mereka yang seharusnya membangun negeri justru berkontribusi bagi negara lain. Ini semakin memperlebar kesenjangan ekonomi global, di mana negara maju semakin kuat, sementara negara berkembang terus bergantung pada mereka.
Sistem Kapitalisme Gagal Menjamin Kesejahteraan
Fenomena ini tidak bisa dilepaskan dari sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan di negeri ini. Dalam kapitalisme, ekonomi dikuasai segelintir elite dan korporasi besar, sementara rakyat kecil harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup. Negara berperan sebagai fasilitator bagi pemilik modal, bukan sebagai pelindung rakyat.
Lapangan pekerjaan yang terbatas, biaya pendidikan yang mahal, serta ketimpangan ekonomi yang semakin tajam adalah bukti nyata dari kegagalan sistem ini. Wajar jika generasi muda merasa pesimis terhadap masa depan mereka di negeri sendiri.
Membangun Sistem Ekonomi yang Berkeadilan
Islam menawarkan solusi yang komprehensif dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya, melalui sistem ekonomi berbasis syariah. Dalam Islam, negara memiliki peran aktif dalam memastikan setiap individu mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak.
1. Negara Wajib Menyediakan Lapangan Pekerjaan
Negara bertanggung jawab membuka sektor-sektor industri, pertanian, perdagangan, dan jasa agar setiap laki-laki baligh mendapatkan pekerjaan. Sumber daya alam (SDA) dikelola negara untuk kepentingan rakyat, bukan diserahkan kepada korporasi asing.
2. Sistem Pendidikan yang Berorientasi pada Kemandirian
Pendidikan dalam Islam tidak hanya bertujuan mencetak tenaga kerja, tetapi membentuk individu yang beriman, berilmu, dan siap membangun negeri sendiri. Negara wajib menyediakan pendidikan berkualitas tanpa biaya yang membebani rakyat.
3. Distribusi Kekayaan yang Adil
Islam melarang praktik ekonomi yang memusatkan kekayaan hanya di tangan segelintir orang. Pajak yang menekan rakyat digantikan dengan sumber pendapatan dari pengelolaan SDA, zakat, dan jizyah.
Saatnya Perubahan, Bukan Kabur!
Daripada terus-menerus pasrah dengan keadaan atau memilih "kabur" sebagai solusi, saatnya kita melihat akar masalahnya dan memperjuangkan perubahan yang nyata. Sistem kapitalisme telah terbukti gagal, sementara Islam telah memberikan solusi yang terbukti dalam sejarah.
Jika negeri ini menerapkan sistem Islam secara menyeluruh, rakyat tidak perlu lagi mencari kesejahteraan di negeri orang. Sebaliknya, negeri ini akan menjadi pusat keadilan dan kemakmuran bagi seluruh penduduknya.
Maka pertanyaannya, masihkah kita memilih “kabur,” ataukah saatnya kita berjuang untuk perubahan yang hakiki?
Tags
Opini