Oleh Iin Indrawati
Calon Wakil Bupati (Cawabup) Bandung nomor urut 2, Ali Syakieb, mengajak anak-anak muda, terutama kaum milenial dan gen Z, agar berani berperan dan berkontribusi aktif dalam pembangunan di Kabupaten Bandung. Hal ini sejalan dengan semangat dan makna Sumpah Pemuda yang diperingati setiap tanggal 28 Oktober yang menjadi tonggak kebangkitan para pemuda.
Dengan berkontribusi aktif dan melek politik, anak-anak muda dapat memilih calon pemimpin mereka dengan mendasarkan pada track record atau rekam jejak calon, kinerja dan prestasi, kebermanfaatan program yang digulirkan untuk masyarakat, serta visi misi dan program calon pemimpin. Dengan begitu, kaum milenial dan gen Z tidak akan tertipu oleh calon-calon yang hanya omon-omon dan umbar janji, modal tampang dan popularitas, serta tidak punya gagasan maupun visi misi yang jelas dalam memimpin Kabupaten Bandung ke depan (TribunJabar.id, 28-10-2024).
Dari fakta ini dapat kita lihat bahwa menjelang Pilkada, Gen Z kembali menjadi sorotan. Pasalnya, kelompok anak muda yang lahir pada 1997-2012 ini menjadi kelompok kedua terbesar setelah generasi milenial.
Berbeda dengan generasi milenial yang cenderung memiliki minat yang tinggi terhadap politik, Gen Z identik dengan buta politik. Oleh karena itu, parpol diharapkan dapat mereformasi tubuhnya agar mampu mengakomodasi Gen Z, mulai dari pola rekrutmen, kaderisasi, hingga distribusi kader. Sebab merekalah yang nantinya akan menggantikan kepemimpinan hari ini yang dinilai telah cukup banyak merusak tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sistem sekuler demokrasi, secara pragmatis telah membentuk pola pikir para pemuda, sehingga mereka menjauh dari politik alias apolitis. Hal ini karena realitas dari masalah kepemimpinan dalam sistem sekuler demokrasi ini, bahwa siapa pun yang menjadi pemimpin negara, nasib rakyat tetap sengsara. Faktor inilah yang membentuk para pemuda yang malas berpolitik meskipun mereka tidak memahami kesalahan sistem ini secara konseptual.
Sebagai contoh, saat Pilpres 2024, koalisi parpol bukan berdasarkan pada kesatuan visi dan misi, melainkan hanya kesatuan kepentingan parpol dalam mendapatkan kursi jabatan. Buktinya, partai Islam malah berkoalisi dengan partai sekuler yang pemimpinnya kerap melecehkan ajaran Islam.
Oleh sebab itu, hendaklah para pemuda jangan mau menjadi corong penguasa dengan turut menjaga eksistensi sistem kufur ini. Ini sama saja dengan menjaga kepentingan para elite yang berkuasa, dan bukan kepentingan rakyat banyak.
Gen Z seharusnya mampu membawa perubahan fundamental pada politik Indonesia, yakni perubahan dari politik sistem kufur menjadi politik Islam, yang mana Islam menempatkan kedaulatan berada di tangan syara’, bukan di tangan manusia. Sistem sekuler demokrasi juga bukan jalan yang dicontohkan Rasulullah SAW sehingga tidak akan membawa pada keberhasilan dan keberkahan.
Menurut Islam, politik adalah mekanisme pengaturan seluruh urusan umat agar bisa terselesaikan. Kebutuhan umat akan terpenuhi dengan sebaik-baik pengaturan dari penguasa yang menerapkan syariat Islam secara kafah dalam bingkai Khilafah. Lebih dari itu, politik Islam akan menciptakan suasana iman yang tinggi sehingga ketakwaan menjadi satu-satunya motivasi dalam berpolitik.
Dalam rangka memahami politik Islam, pemuda membutuhkan peran partai politik, yang mana fungsinya adalah mengedukasi umat tentang politik. Sudah seharusnya pemuda bergabung dengan parpol sahih untuk turut berkontribusi membangun kehidupan bermasyarakat dan bernegara, serta mewujudkan tata dunia baru yang berbeda dengan model politik sekuler demokrasi.
Kriteria parpol sahih yang harus dipahami pemuda adalah memiliki fikrah (ide-ide, pemikiran) yang jelas dan ideologi yang sahih, yaitu sistem Islam. Parpol dalam Islam juga harus memiliki thariqah (metode) perubahan yang relevan dengan problem sistem serta sesuai dengan metode dakwah Rasulullah SAW. Jika ada parpol Islam yang masuk ke dalam sistem demokrasi, artinya mereka tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, karena Beliau tidak pernah masuk ke dalam parlemen.
Ikatan yang menghimpun para anggotanya pun haruslah akidah Islam, bukan ikatan kemaslahatan atau kebangsaan, sebab ikatan akidah Islam merupakan satu-satunya ikatan yang mampu mengikat para anggotanya dengan kuat. Selain itu, di antara para anggotanya memiliki kesadaran yang benar tentang fikrah dan thariqah partai dalam ikatan akidah Islam. Dengan demikian, orang-orang yang menjadi anggota parpol bukan sekadar karena ketokohannya, kepakarannya, apalagi jabatannya, melainkan karena pemikirannya.
Maka, satu-satunya parpol yang sahih adalah parpol Islam, bukan parpol yang ada di sistem sekuler. Oleh karena itu, masyarakat jangan salah memilih parpol. Parpol sekuler tidak dapat dijadikan wadah perjuangan menuju perubahan. Parpol sekuler ini justru berfungsi untuk menjaga demokrasi agar tetap eksis di negeri ini. Pemuda harus menjadikan parpol berideologi Islam sebagai wadah perjuangan untuk kebangkitan dan masa depan umat.
Pihak yang paling bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan politik pada umat, termasuk Gen Z, adalah negara. Negaralah yang bertanggung jawab terhadap seluruh kebutuhan umat termasuk kebutuhan akan pendidikan politik. Kebutaan seseorang terhadap politik akan membahayakan diri dan negaranya, karena hal itu bisa membuatnya memperjuangkan kebatilan, sebagaimana para aktivis demokrasi, dan tentulah negara yang dimaksud dalam hal ini bukanlah negara demokrasi.
Tegaknya sistem politik demokrasi memang bukan untuk kemaslahatan umat, melainkan untuk segelintir elite yang berkuasa. Negara demokrasi nyata-nyata abai terhadap kebutuhan umat. Di alam demokrasi itu sendiri, umat bahkan sengaja dibuat apolitis agar tidak bersuara kritis dan tidak mengganggu kepentingan mereka di pemerintahan.
Rakyat dalam sistem demokrasi dianggap penting hanya saat musim pemilu. Lihat saja, duta-duta demokrasi dipilih semata untuk menyukseskan kontestasi, bukan untuk memberikan wawasan politik kepada rakyat. Begitu pula parpol sekuler yang malah tampak lebih sibuk mengupayakan berbagai cara sekadar agar suara Gen Z mendukung parpol mereka.
Berbeda dengan sistem dalam negara Islam (Khilafah) yang akan melakukan pendidikan politik Islam kepada seluruh rakyatnya, termasuk para pemudanya. Seluruh rakyat wajib berpolitik sesuai dengan tuntunan Islam. Dengan memahami politik Islam, umat akan tergerak untuk memperjuangkan penerapan syariat Islam dan menyebarkannya ke seluruh dunia.
Hendaklah Gen Z tidak mudah terbuai apalagi sampai terjebak oleh dusta demokrasi yang telah jelas menjadi akar persoalan runyamnya kehidupan hari ini. Hal yang harus dilakukan pemuda adalah melakukan perubahan politik di tengah umat dari politik demokrasi menuju politik Islam.
Pemuda harus bergabung bersama parpol Islam ideologis yang mencita-citakan perubahan fundamental, yakni dari sistem kufur demokrasi menuju sistem Khilafah, agar terwujud kehidupan umat yang adil dan sejahtera. Wallahu a’lam bishshawab.
Tags
Opini
