Duta Moderasi, Jebakan untuk Membajak Potensi Generasi Muda




Oleh : Ummu Hayyan, S.P.



Kegiatan Apresiasi Inisiator Muda Moderasi Beragama (IMMB) tahun 2024 telah diselenggarakan oleh Kementerian Agama. Kegiatan yang diikuti siswa Madrasah Aliyah dari berbagai provinsi ini bertujuan untuk mencari inisiator muda penggerak moderasi beragama.

Setelah melalui tahap seleksi kemudian penilaian dan presentasi, terpilih 40 siswa madrasah yang ditetapkan menjadi Inisiator Muda Moderasi Beragama atau dikenal juga dengan sebutan Duta Moderasi Beragama. Harapannya, mereka akan mensosialisasikan moderasi beragama di kalangan teman mereka dan publikasi melalui media sosial (medsos). kemenag.go.id.

Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) Abu Rochmad menyampaikan bahwa Indonesia memiliki tantangan besar untuk menstimulasi cara pandang, sikap dan perilaku generasi muda dalam beragama di tengah keberagaman, tak terkecuali siswa madrasah. Generasi muda juga memiliki tantangan menghadapi kelompok yang memiliki cara pandang intoleran. Oleh karena itu, program ini menjadi salah satu upaya menguatkan pemahaman dan praktik beragama agar sesuai dengan esensinya. Ada pun esensi beragama yang harus dihayati yaitu menjaga harkat, martabat, dan peradaban manusia, bersikap ‘ditengah’ dan tidak berlebihan sehingga mampu menciptakan lingkungan yang harmonis di antara sivitas akademika, menghargai perbedaan, menciptakan persatuan, dan menolak ekstrimisme. kemenag.go.id.

Direktur KSKK (Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan) Madrasah Sidik Sisdiyanto  menyampaikan, kegiatan ini merupakan upaya Kementerian Agama mencegah intoleransi dan ekstremisme serta merawat Kebhinekaan Indonesia, terutama di Lingkungan Madrasah.
Kasubdit Kesiswaan Madrasah Solla Taufiq secara terpisah menjelaskan bahwa IMMB menjadi kegiatan rutin yang digelar setiap tahun sejak 2021. Harapanya dari IMMB akan telahir generasi muda yang menjadi penggerak moderasi beragama di masyarakat terutama di kalangan remaja, tandasnya.
kemenag.go.id.

Paham Moderasi Beragama, Ancaman Bagi Generasi 

Jika diperhatikan, sekilas narasi-narasi yang terungkap dalam moderasi beragama seolah-olah baik dan benar. Namun, bila kita telaah lebih mendalam pada hakekatnya program moderasi beragama ini adalah sebuah ancaman bagi generasi muda muslim. Karena, dengan dalih mempresentasikan Islam dengan wajah damai, program moderasi beragama ini telah menanamkan pemahaman-pemahaman yang justru tidak sejalan dengan Islam kepada generasi muda muslim.
Kalau kita telaah apa yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Oman Fatur Rahman, M.Hum, beliau ketua kelompok kerja moderasi beragama Kementerian Agama, menurutnya, moderasi beragama itu dibutuhkan karena adanya sikap ekstrim dalam beragama. Sementara ekstrim yang dimaksud itu memiliki tiga patokan. Yakni, pertama, dianggap ekstrim kalau atas nama agama seseorang melanggar nilai luhur dan harkat mulia kemanusiaan. Kedua, yang dianggap ekstrim itu adalah kalau atas nama agama, seseorang melanggar kesepakatan bersama yang dimaksudkan untuk kemaslahatan. Dan ketiga, dianggap ekstrem kalau atas nama agama seseorang melanggar hukum.

Jadi, orang yang atas nama menjalankan ajaran agamanya tapi melanggar ketiga batasan ini, maka bisa disebut ekstrim dan melampaui batas. 
Inilah bukti bahwa moderasi agama itu sesuatu yang berbahaya. Karena ajaran agama dikerdilkan oleh batasan-batasan yang dibuat oleh manusia. Yaitu, harkat mulia manusia, kesepakatan bersama dan juga batasan hukum. Padahal, siapa sebetulnya yang berhak memastikan kebenaran ketiga batasan, sehingga agama harus tunduk? Kenapa orang yang menjalankan agamanya justru dituduh ekstrim, hanya karena dianggap melanggar batasan yang dibuat oleh manusia? Mengapa peraturan agama yang berasal dari pencipta manusia Yang Maha Tahu itu harus dikalahkan oleh aturan manusia? 

Maka, moderasi beragama ini jelas-jelas bertentangan dengan akidah Islam. Seorang muslim seharusnya memiliki keyakinan kuat, bahwa Islam lah ajaran yang benar. Ajaran islam itu akan mengangkat martabat manusia. Ajaran Islam akan menyelamatkan manusia dari kejahiliahan. Hanya dengan keimanan yang sempurna lah akan memberikan kebahagiaan hidup di dunia dan keselamatan di akhirat. Jika ada yang meyakini akidah lain selain Islam, maka dia akan berujung pada kerugian yang pasti, sebagaimana di dalam Al-Qur'an surat Ali Imran ayat 85, Allah berfirman : 
"Dan barang siapa mencari selain Islam sebagai agamanya, maka tidaklah diterima darinya, dan dia di hari akhirat nanti termasuk orang-orang yang merugi."

Duta Moderasi Membajak Potensi Generasi

Jika melihat dengan kacamata moderat, sikap konsisten pada kebenaran dan semangat untuk penyebaran ajaran islam itu bisa dituduh intoleran. Maka, para pelajar muslim lewat para duta moderasi itu diarahkan untuk menjauhkan diri dari sikap intoleran versi moderat. Jadilah mereka itu mensosialisasikan karakter moderat tanpa merasa bersalah bahwa itu bertentangan dengan akidah mereka. Sungguh, program moderasi beragama ini pada hakekatnya sangat berbahaya bagi generasi. 

Di antara bahayanya itu, yakni :
pertama, akan mencetak generasi sekuler yang inklusif dan sangat toleran. Mereka akan menolak pemberlakuan syariat secara totalitas yang akan membiarkan penyimpangan akidah maupun syariah. Mereka akan menganggap Islam itu tidak ada bedanya dengan aturan yang lain. Kedua, adalah akan menyesatkan generasi muda sehingga menganggap moderasi Islam ini adalah bagian dari ajaran Islam. Padahal, hakikatnya ini adalah ajaran Islam yang menyimpang, dimana penyimpangan itu bisa dilihat dari konsep dasar moderasi yang mengambil sikap kompromi dan jalan tengah. Jadi Islam itu berkompromi dengan selain Islam. Padahal, Islam itu adalah ajaran yang hak yang tidak mungkin dikompromikan dengan ajaran selain Islam yang tentunya pasti batil. Ketiga, bahayanya adalah akan mencetak generasi muda muslim yang berkarakter Barat pemuja kebebasan. Keempat, akan menjadikan para pemuda Muslim yang seharusnya menjadi pejuang dan pembela Islam, akhirnya terjerumus menjadi pembela dan pejuang pemikiran-pemikiran kufur produk Barat. 

Moderasi beragama itu pada realitanya adalah ajaran yang menyimpang dari Islam, tapi di propagandakan sebagai Islam yang terbaik bagi umat. Sementara ajaran islam yang benar, yang mengajak untuk taat dan menjalankan semua syariat atau hukum Allah justru di opinikan buruk dan berbahaya. 

Sungguh miris ketika para pelajar Muslim ditarget mempropagandakan moderasi Islam lewat program Duta Moderasi atau Duta Harmoni. Profil mereka dianggap sebagai teladan di kalangan rekan-rekannya, padahal mereka justru menebarkan pemikiran yang tak sejalan dengan kemurnian agama Islam.

Inilah buah dari penerapan sistem Sekuler Kapitalisme hari ini, di mana Islam tidak dijadikan sebagai ruh dalam sendi-sendi kehidupan. Bahkan, ajaran Islam yang murni kini didistorsi atas nama cinta damai. 

Para pelajar pun akhirnya terbajak potensinya sehingga jauh dari jati diri Muslim yang hakiki. Tentu hal yang seperti ini bukanlah hal yang boleh dibiarkan. 

Islam Menjaga Generasi

Pelajar muslim harus dijaga dan diselamatkan dari paparan paham moderasi agama yang akan membajak potensi mereka, yang akan melemahkan keimanannya dan merusak ketaatan mereka. Mereka seharusnya dipahamkan tentang hakikat moderasi Islam atau moderasi beragama dan juga bahayanya. Mereka pun harus terus dibina dengan pemahaman Islam kaffah yaitu pembinaan yang akan mencetak pemuda Muslim yang teguh keimanannya, memiliki ketaatan yang sempurna, serta siap memperjuangkan agamanya. 
Para pelajar muslim itu pada dasarnya tidak butuh moderasi. Mereka butuh Islam hakiki sebagai solusi. Maka, semoga kita bisa mewujudkan para pelajar muslim istiqomah dalam aqidah, yang terikat dengan syariah serta menjadi pionir kebaikan bagi sesama pelajar lainnya.
_Wallahu a'lam bish shawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak