Tren Mahasiswa Bvnuh Diri, Buah Sistem Pendidikan Sekuler



Oleh : Yuno ukiyo 

Kasus kematian Aulia Risma Lestari, mahasiswa PPDS Anestesi Undip yang bunuh diri karena diduga tak kuat atas perilaku bullying yang dialaminya, kian menambah daftar panjang kasus bunuh diri di Semarang, Jawa Tengah.Sebelum kasus bunuh diri dokter muda asal Tegal itu, ternyata telah terjadi beberapa kasus serupa yang terjadi di beberapa kampus negeri maupun swasta di Semarang. Penyebab bunuh dirinya pun beragam, mulai dari perundungan, persoalan asmara, depresi, hutang pinjol, hingga tekanan dalam proses belajar di kampus. (Radar Semarang, Jawa Pos Grup Sabtu 17 Agustus).

Tidak hanya di Semarang, IPB University juga berduka setelah seorang mahasiswa baru bernama Sulthan Nabinghah Royyan (18 tahun). Mahasiswa tersebut ditemukan meninggal dunia karena gantung diri di kamar mandi sebuah penginapan OYO di dekat kampus IPB University Dramaga Bogor, Jawa Barat (selasa, 6 Agustus 2024).

Pendidikan tinggi seharusnya mencetak generasi menjadi orang-orang kuat menghadapi hidup dengan bekal ilmu yang dimiliki. Nyatanya pendidikan tinggi saat ini justru membuat generasi bermental rapuh dn selalu berada di bawah tekanan. Kondisi demikian, menunjukkan pendidikan saat ini membuat generasi tidak memiliki prinsip hidup yang kuat. akhirnya, tidak mampu berpikir benar menentukan tujuan hidup dan capaian tertinggi sebagai seorang manusia. menjadi kehilangan arah dan lelah dalam menjalankan sistem kehidupan yang apapun dituntut berdasarkan nilai materi.

Pendidikan seperti ini adalah hasil dari pendidikan sistem Sekulerisme Kapitalisme, sistem yang memisahkan agama dengan kehidupan, menjadikan materi sebagai orientasi telah membunuh potensi besar mahasiswa sebagai makhluk intelektual. Agama yang seharusnya diberikan sebagai pondasi berpikir, justru dihilangkan dan dianggap sebagai kebutuhan pribadi. Parahnya, mereka juga ditakut-takuti agar tidak mengikuti kajian Islam kaffah, karena kajian seperti itu dianggap radikal. Sementara, mereka dijenuhkan dengan orientasi materi yang tidak bertepi, akibatnya kondisi kejiwaan mahasiswa semakin rapuh karena mereka perlahan “dipaksa” tidak boleh mengenali agama sebagai jalan hidup.

Allah telah menetapkan, bahwa orang berilmu merekalah orang yang bertaqwa. Maka pendidikan yang diberikan kepada generasi pun, seharusnya pendidikan yang mampu mencetak mereka memiliki kepribadian Islam.

Syaikh Taqiyyudin An-Nabhani dalam bukunya Muaqaddimah Dustur pasal 167, menjelaskan bahwa “Tujuan pendidikan adalah membentuk kepribadian Islami (Syakhshiyah Islamiyah) dan membekalinya dengan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kehidupan. Metode pendidikan dirancang untuk merealisasikan tujuan tersebut. Setiap metode yang berorientasi bukan kepada tujuan tersebut dilarang.”

Syaikh Atha bin Khalil dalam kitab Usus at-Ta’lim fi Daulah al-Khilafah. menjelaskan, keberadaan pendidikan tinggi, adalah pendidikan yang sistematis setelah pendidikan sekolah, karena tujuan pendidikan tinggi yaitu Peningkatan kualitas kepribadian Islam. Hal ini dilakukan dengan intensif pada mahasiswa perguruan tinggi, bagi yang telah sempurna pembinaannya di jenjang pendidikan sekolah. Tujuannya, agar para mahasiswa bisa menjadi pemimpin dalam memantau permasalahan-permasalahan krusial) bagi umat, termasuk mengatasinya. 

Agar permasalahan krusial tetap hidup dan menjadi pusat perhatian dalam benak dan perasaan maka pendidikan tsaqafah Islam harus diberikan kepada para mahasiswa tanpa memandang spesialisasinya. Sehingga, materi tentang fikih, hadits, tafsir, usul fikih, dan lain lain diberikan untuk membentuk mahasiswa agar senantiasa memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai Islam.

Selain itu, tujuannya adalah membentuk himpunan ulama yang mampu melayani kemaslahatan hidup umat dan mampu menyusun rencana jangka pendek maupun jangka panjang (strategis). Makna kemaslahatan hidup adalah kepentingan menjaga kelestarian hidup umat seperti kebutuhan tentara yang melindungi umat, juga termasuk terpenuhinya kebutuhan asasi seperti air, makanan, tempat tinggal, keamanan, dan pelayanan kesehatan.

Perguruan tinggi dituntut melahirkan para peneliti yang kompeten dalam ilmu dan praktek untuk menyediakan dan menyelesaikan masalah tersebut.

Juga mempersiapkan sekumpulan orang-orang yang diperlukan dalam mengelola umat yang dimaksud hal ini, seperti para hakim (qadhi), para pakar fikih, dokter, insinyur, guru, penerjemah, manajer, akuntan, perawat, dan lain lain.Tujuan pendidikan Islam, membuat motivasi generasi dalam mencari ilmu agar menjadi orang yang mulia, yakni bertaqwa, berkepribadian Islam, dan berguna untuk urusan kemuliaan Islam dan umat manusia.

Terlihat jelas dalam pendidikan Islam, agama senantiasa dikaitkan dalam kehidupan. Tujuan manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah melekat kuat di benak-benak para mahasiswa, sehingga mahasiswa senantiasa disibukkan melakukan fastabiqul khairat atau berlomba-lomba dalam kebaikan dengan ilmu yang dimiliki.
 
Betapa mulia sistem pendidikan Islam dalam mencetak mahasiswa berkepribadian Islam. Sayangnya, hal ini hanya akan terwujud jiwa umat berada dalam Daulah Khilafah

Wallahu’Alam bishowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak