Oleh : Dinna Chalimah,
Pegiat Literasi, Ciparay Kab. Bandung.
Kasus kematian Aulia Risma Lestari, mahasiswa PPDS Anestesi Undip yang bunuh diri karena diduga tak kuat atas perilaku bullying yang dialaminya, kian menambah daftar panjang kasus bunuh diri di Semarang, Jawa Tengah. Sebelum kasus bunuh diri dokter muda asal Tegal itu, telah terjadi beberapa kasus serupa yang terjadi di beberapa kampus di Semarang.
Bisa kita bayangkan bahwa begitu kompleksnya masalah kehidupan mereka. Sehingga, memilih untuk mengakhiri hidupnya. Parahnya, mereka juga ditakut-takuti agar tidak mengikuti kajian Islam kaffah di luar jam mata kuliah mereka karena kajian seperti itu dianggap radikal. Sementara di perkuliahan, mereka dijenuhkan dengan orientasi materi yang tidak bertepi. Alhasil, kondisi kejiwaan mahasiswa semakin rapuh karena mereka perlahan dipaksa tidak boleh mengenali agama sebagai jalan hidupnya.
Meningkatnya kasus bunuh diri, bukan karena faktor internal individu semata. Tapi, juga faktor eksternal yang mempengaruhi. Pakar Psikologi Unair Dr. Nur Ainy Fardana menyebut ada lima faktor yang membuat mahasiswa bunuh diri, seperti masalah kesehatan mental, tekanan dan tuntutan tinggi dalam lingkup akademik dan keluarga, perasaan kesepian karena tidak adanya dukungan sosial, masalah finansial yang serius, dan perasaan traumatis atau mengalami pelecehan. Kompas (21-11-2023).
Semua ini tak lepas dari sistem hidup yang diterapkan yaitu kapitalis-sekuler. Sehingga, sistem pendidikan pun tidak jauh berbeda dari itu. Sejatinya sistem ini lahir dari peradaban barat yang sengaja di tanam di negeri-negeri muslim termasuk di negeri ini. Keluarga yang merupakan pondasi pertama gagal menanamkan akidah yang benar dan keyakinan akan takdir Allah SWT.
Sekularisme sudah menghancurkan setiap lini kehidupan manusia, termasuk dalam sistem pendidikan. Kurikulum buatan Barat yang jauh dari akidah Islam membuat generasi semakin jauh dari agama. Biaya pendidikan mahal yang membuat tidak semua orang bisa untuk belajar. Selain itu, lingkungan pendidikan pun jauh dari rasa aman dan nyaman ketika menimba ilmu. Perundungan sudah dimaklumi, pelecehan hingga perbuatan, dan berbagai hal memicu stres, depresi dan bunuh diri.
Sistem ini memisahkan agama dari kehidupan dan menjadikan materi sebagai prioritas utama ini telah membunuh potensi besar mahasiswa sebagai makhluk intelektual. Agama yang harusnya dijadikan sebagai pondasi berpikir, justru dihilangkan dan dianggap sebagai kebutuhan pribadi.
Islam adalah agama yang sempurna dan menyeluruh, semua persoalan hidup ada solusinya dalam Islam, Termasuk kasus bunuh diri, Islam memiliki mekanisme untuk mencegahnya.
Pertama, peran keluarga untuk menanamkan akidah Islam sejak dini. Keluarga memberikan pemahaman kepada anaknya bahwa tugas manusia di bumi untuk menjadi hamba-Nya. Sehingga setiap perbuatan bersandar pada syariat agama. Selain itu, keluarga yang harmonis sangat penting untuk menjaga kesehatan mental seorang anak. Ibu dan ayah berperan penting dalam proses pendidikan dan pengasuhan. Sehingga tumbuh generasi yang akidahnya kokoh dan bermental kuat.
Kedua, lingkungan juga penting karena setelah menginjak usia sekolah, anak banyak berinteraksi dengan masyarakat. Lingkungan kampus yang terdiri dari orang dengan tsaqafah Islam dan memiliki pola pikir dan sikap yang sesuai dengan tuntunan Islam sedikit kemungkin melakuan perundungan. Senior menyayangi yang lebih muda darinya. Junior menghormati yang lebih tua juga. Mereka saling memberi dukungan, semangat dan tetap beramar ma’ruf nahi mungkar sehingga tercipta lingkungan belajar yang nyaman. Semangat fastabiqul khairat dan bermanfaat untuk umat.
Ketiga, peran negara adalah menerapkan kurikulum pendidikan berbasis akidah Islam. Selain itu negara akan memberi pendidikan gratis untuk semua jenjang usia. Hal ini akan mengurangi beban pikiran orang tua dan anak yang sedang menempuh pendidikan. Sehingga mereka akan lebih fokus pada studi yang sedang dijalani.
Demikian, ketika Islam diterapkan secara menyeluruh di setiap sendi kehidupan. Tidak ada lagi, kaum terpelajar yang mengakhiri hidup karena perundungan. Maka yang lahir adalah generasi unggul, sehat mentalnya, kuat dan tangguh menghadapi tantangan kehidupan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala, telah menetapkan bahwa orang berilmu merekalah orang yang bertaqwa, sebagaimana penjelasan di Qur’an Surat Al Mujadillah ayat 11. Maka, pendidikan yang diberikan kepada generasi pun seharusnya pendidikan yang mampu mencetak mereka memiliki kepribadian Islam.
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab Muqaddimah Dustur pasal 167 menjelaskan, bahwa:
“Tujuan pendidikan adalah membentuk kepribadian Islam (syakhshiyah islamiyah) dan membekalinya dengan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan masalah kehidupan. Metode pendidikan di rancang untuk merealisasikan tujuan tersebut. Setiap metode yang berorientasi bukan kepada tujuan tersebut dilarang.”
Pertama, Pendidikan tsaqafah Islam harus diberikan kepada para mahasiswa tanpa memandang siapapun. Jadi, materi tentang fiqih, hadis, tafsir, ushul fiqih, dan lain-lain diberikan untuk membentuk mahasiswa agar senantiasa memiliki pola pikir dan pola sikap sesuai Islam.
Kedua, membentuk kumpulan para ulama yang mampu melayani kemaslahatan hidup umat dan mampu menyusun rencana jangka pendek maupun jangka panjang atau strategis. Makna kemaslahatan hidup adalah hidup adalah kepentingan demi menjaga kelestarian hidup uuma.
Ketiga, mempersiapkan sekumpulan orang-orang yang diperlukan untuk ditugaskan dalam mengelola urusan umat, seperti para hakim (qadhi), para pakar fiqih, dokter, insinyur, guru, penerjemah, manager, akuntan, perawat, dan lain-lain.
Tujuan pendidikan Islam membuat motivasi generasi dalam mencari ilmu agar menjadi orang yang lebih mulia yakni manusia bertakwa, berkepribadian Islam, dan berguna untuk urusan kemuliaan Islam dan umat manusia. Terlihat bahwa dalam pendidikan Islam pemahaman agama selalu dikaitkan dalam kehidupan. Tujuan manusia diciptakan untuk beribadah kepada Allah harus sampai melekat kuat di benak-benak para mahasiswa, sehingga mahasiswa akan senantiasa disibukkan untuk melakukan fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) dengan ilmu yang dimilikinya.
Betapa mulia sekali sistem pendidikan Islam dalam mencetak mahasiswa unggul berkepribadian Islam. Sangat disayangkan, perkara ini hanya akan terwujud jika umat berada dalam Daulah Khilafah.
Wallahu a'lam bish shawwab
Tags
Opini
