Bangunan Keluarga Hancur akibat Sistem Sekularisme Kapitalisme



Oleh : Anne, Pegiat Literasi, Ciparay Kab. Bandung.



Walaupun, keluarga adalah institusi terkecil dalam masyarakat, akan tetapi peradaban manusia di bangun pada asas peran sebuah keluarga. Akan menjadi sebuah peradaban yang baik, jika bangunan keluarga yang ada di masyarakat itu sendiri sebuah bangunan yang kokoh. Keluarga yang seharusnya adalah tempat menyemai kasih sayang di antara seluruh anggotanya, pada kenyataannya telah hancur. Negara sekuler kapitalistik telah merusak semuanya. Tidak hanya membuat bangunan keluarga retak dan tidak harmonis, tetapi sistem sekuler juga telah menghancurkan ikatan antaranggota keluarga. Ayah dan ibu bisa menjelma menjadi predator bagi anak-anaknya, dan anak-anak mereka pun bisa berubah menjadi monster yang siap menzalimi ayah dan ibunya.

Pada akhir Agustus 2024, setidaknya ada tiga berita viral terkait rusaknya keluarga. Pertama, seorang anak membunuh ibu kandungnya di Balikpapan (www.prokal.co/kriminal).
Kedua, seorang anak membunuh ayah kandungnya dan melukai adik perempuannya di Cirebon, Jawa Barat (www.metrotvnews.com).
Ketiga, seorang ibu tiri membunuh anaknya yang berusia 6 tahun di Pontianak (daerah.sindonews.com).

Mirisnya, kasus di atas hanya segelintir dari banyak kasus serupa. Hubungan antara anak dan orang tua, suami dan istri, atau kakak dan adik menjadi terkoyak. Sakinah pun menjadi sesuatu yang sangat mahal harganya. Kehidupan sekuler telah benar-benar merusak bangunan keluarga. Hal ini karena sekularisme telah menjauhkan manusia dari agamanya. Konsekuensi dari itu semua, mereka kehilangan makna kehidupan, yakni terkait untuk apa mereka diciptakan dan apa yang harus dilakukannya di dunia.

Jauhnya mereka dari agama menyebabkan amarah mudah tersulut, alias sumbu pendek. Kehidupan sekuler membuat manusia merasa bebas melakukan segala sesuatu tanpa memperhatikan konsekuensinya. Hilangnya agama dari pedoman hidup manusia juga menjadikan hubungan antarmanusia penuh dengan kerusakan. Karena, sistem sekuler kapitalisme memaknai kehidupan hanyalah sebatas tempat mencari materi. Pada akhirnya, kesenangan jasadi bisa mengalahkan rasa kasih sayang, belum lagi ditambah konsep untung rugi, telah menjadi satu-satunya pengikat hubungan antarmanusia. Bangunan keluarga muslim benar-benar hancur tersebab jauhnya mereka dengan agamanya sendiri.

Ide sekuler kapitalisme yang menjadi pangkal rusaknya bangunan keluarga makin kuat menancap di tengah masyarakat dengan hadirnya negara yang menerapkan ide tersebut dalam wujud tata aturan kehidupan. Negara menjadikan sekularisasi kian kencang di berbagai sistem kehidupan, mulai dari sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem sanksi, hingga sistem politik , telah dibuat saling terkait untuk mendukung sekularisasi itu sendiri.
Inilah sederet faktor yang menjadikan negara sebagai pihak yang paling bertanggung jawab terhadap tumbuh suburnya sekularisme. Kebijakan-kebijakannya telah nyata mengoyak bangunan keluarga muslim.

Bertolak belakang dengan sekularisme, Islam menjadikan umat makin dekat dengan agamanya. Tanpa agama, manusia akan tersesat di dunia. Agama adalah pedoman hidup bagi seluruh umat manusia. Dengan paham agama, mereka akan memahami hakikat kehidupan. Dengan memahami tujuan penciptaan semata untuk beribadah kepada Allah Taala, seorang muslim akan terdorong untuk terus beramal saleh. Keimanan yang tertanam akan menjadikan manusia-manusia penuh dengan ketakwaan dan kasih sayang. Sedangkan negara akan menjamin keimanan dan ketakwaan tumbuh kuat dalam diri kaum muslim. Inilah yang menjadi pangkal solusi bagi persoalan kriminalitas. Bangunan keluarga akan kukuh dan para anggotanya akan memahami hak dan kewajibannya.

Dalam sistem Islam, Negara akan menjaga fungsi dan peran keluarga tersebut agar sesuai syariat. Negara akan menghadang masuknya pemahaman-pemahaman sekuler kapitalistik untuk merasuki umat seperti paham materialistis, hedonistik, juga kesetaraan gender. Sebaliknya, negara akan terus memberikan pemahaman akan pentingnya hidup sederhana dan bukan berfokus pada materi, melainkan pada amal saleh untuk bekal akhirat. Maka, hanya dengan sistem Islam dalam naungan Khilafah, yang hanya mampu menjamin terwujudnya maqasid syariah, yakni terpeliharanya agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Sehingga, hubungan manusia dengan manusia akan harmonis, baik dalam keluarga maupun masyarakat.
Wallahu a'lam bish shawwab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak