Oleh : Eli Maryati
Berbagai seruan untuk menghentikan perang di Palestina masih terus disuarakan, termasuk ketua DPR RI Puan Maharani yang menegaskan kembali dukungan Indonesia untuk kemerdekaan Palestina dan Ukraina. Hal ini disampaikan dihadapan puluhan delegasi negara- negara Afrika dalam forum Parlementer Indonesia Afrika (IAPF) 2024 di Nusa Dua, Bali, pada hari Ahad (01/09/2024). Dalam pidatonya Puan mengingatkan, peran parlementer agar berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan global, menghargai HAM, menegakkan hukum, dan mendorong perdamaian dunia dengan menolak kekerasan untuk menciptakan perdamaian.
Didalam sistem negara Demokrasi, parlemen akan berperan menentukan kebijakan suatu negara. Apakah akan memulai perang atau menempuh jalan damai, termasuk dalam hal memperjuangkan Palestina, menghentikan perang di Gaza, Ukraina, dan berbagai wilayah yang dilanda perang dan konflik lainnya. Hal yang sama juga disampaikan oleh menteri luar negeri Retno Marsudi. Beliau mengatakan hal yang senada dengan apa yang disampaikan oleh Puan. Retno juga menegaskan, peran parlemen untuk memobilisasi tekanan publik internasional untuk mengakhiri genosida di Palestina, yang telah berupaya sejak tahun 1955.
Seruan hentikan genosida di Palestina tanpa mengirimkan pasukan tentara adalah pencitraan belaka. Hingga saat ini terbukti seruan tersebut tidak mampu menghentikan serangan Zionis, dan tidak membawa dampak kebaikan bagi Palestina. Sudah berbulan-bulan seruan ini digaungkan oleh dunia Internasional maupun pejabat, atau penguasa negeri muslim termasuk PBB, selaku organisasi global tetapi tidak membawa pengaruh kebaikan, bahkan malah memburuk. Serangan Zionis makin brutal, semakin jahanam, semakin tidak beradab dan tidak berkemanusiaan. Wilayah Palestina semakin sempit, Rafah yang merupakan benteng terakhir kaum muslim juga dihancurkan.
Untuk menyolusi krisis Palestina tidak cukup dengan ancaman dan narasi saja, apalagi dengan perundingan damai, maupun solusi dua negara. Sejati nya Islam membangun kekuatan ukhuwah atas dasar akidah, tidak memandang suku, etnis, dan RAS manapun. Selama mereka mengakui Allah SWT adalah Tuhannya dan nabi Muhammad SAW adalah rasulnya, mereka adalah saudara sesama muslim, Seperti yang di jelaskan dalam TQS alhujurat (49:10) " Orang-orang beriman itu bersaudara". Juga sabda Rasullullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim " Orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga ( tidak bisa tidur dan turut merasakan sakitnya ). Perasaan ini adalah syarat yang diperintahkan oleh Allah SWT kepada seluruh kaum muslim dimanapun berada, terlebih yang sedang di jajah di Palestina.
Syariat Islam yang diterapkan didalam sistem negara Khilafah membina setiap umatnya, agar memiliki kesadaran politik Islam. Sehingga memahami kewajiban untuk melakukan dakwah dan jihad terutama jihad untuk mengusir penjajah, bukan hanya sekedar memberi kecaman saja. Penguasa nya akan mengirim kan tentara atau pasukan ke wilayah kaum muslim yang sedang terjajah. Semua itu dapat dilakukan secara nyata, jika sistem pendidikan juga berbasis akidah Islam. Karena hanya sistem pendidikan Islam yang akan membangun kepribadian Islam ( pola pikir dan pola sikap ) sesuai akidah Islam. Dengan kepribadian Islam, maka setiap muslim akan menyeru kepada kebenaran melalui berbagai mekanisme. Sampai pada akhirnya Palestina dapat dibebaskan dari Zionis secara hakiki.
Solusi strategis untuk krisis Palestina tidak lain dengan tegaknya syariat Islam di dalam sistem negara Khilafah. Khilafah yang akan menjalankan politik luar negeri berupa dakwah dan jihad fisabilillah. Karena tegaknya Khilafah tidak turun dari langit begitu saja, sebagai hadiah dari Allah SWT, maka menjadi kewajiban bagi seluruh kaum muslim untuk ikut memperjuangkannya. Wallahualam bishshawab.
Tags
Opini
