Maulid, Spirit untuk Meneladani Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW



Oleh Haura



Rabiul Awwal adalah bulan kelahiran Muhammad SAW. Negara pun memberi ruang sebagai hari besar Islam, kalender pada tanggal 12 Rabiul Awwal tertulis merah, tanda bahwa tanggal tersebut adalah hari libur Nasional. 

Kaum Muslim kerap memperingati setiap tahunnya dengan berbagai kegiatan mulai dari lomba-lomba. Tabligh Akbar, Khataman al-Qur'an, pentas seni Islam maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Hanya saja, masih ada di antara kaum Muslim yang berkutat mempersoalkan boleh tidaknya Maulid Nabi diperingati, sebagaimana yang dialami penulis dalam perbincangan whatsapp group. 

Ada yang menganggap peringatan Maulid Nabi sebagai bid'ah, tidak ada tuntunan Rasulullah untuk melaksanakannya dan berakibat rusaknya aqidah. Ada pula diantara kaum Muslim yang menganggap peringatan Maulid Nabi sebagai aktifitas kebaikan. Selama aktifitas tersebut tidak menyimpang dari aqidah Islam, boleh saja dilakukan. Sayang, jika energi kaum Muslim harus terkuras untuk memperuncing persoalan khilafiyah

Hemat penulis, Maulid Nabi bukan bermaksud untuk mengultuskan atau mengagung-agungkan sosok dengan euforia perayaan, bukan pula sekedar dirayakan secara seremonial setiap tahun. Namun, Maulid Nabi merupakan momen untuk kembali mengingat dan meresapi perjalanan hidup Nabi SAW, dari sejak dilahirkan, diutus menjadi Rasulullah SAW, perjuangan hijrah, menaklukkan mekah hingga berhasil menerapkan Islam di Madinah. 

Sejak menjadi utusan Allah, hidup Nabi SAW senantiasa diisi dengan perjuangan mengemban risalah Islam. Sepanjang 23 tahun baginda Rasul SAW berjuang maksimal dengan penuh pengorbanan baik jiwa, raga maupun harta. Rasulullah SAW menghadapi cacian, hinaan, tuduhan, ancaman, fitnah, persekusi, dan segala bentuk perlawanan dari kafir Quraisy. Pemikiran dan perasaannya, beliau didedikasikan demi tegaknya Islam hingga akhirnya Islam mampu menguasai 2/3 dunia. 

Pengorbanan Rasulullah SAW yang tinggi, hebat, lagi sempurna telah mampu mengubah wajah dunia dari kegelapan menuju cahaya, dari kemusyrikan menuju Tauhid, dari kebodohan menuju peradaban.  Michael H. Heart, seorang penulis buku 100 Tokoh berpengaruh di Dunia telah menempatkan Muhammad SAW dalam urutan pertama karena beliau dinilai sangat sukses, bertanggung jawab atas dasar Islam, mampu menyatukan Jazirah Arab dan akhirnya memberikan kekuatan bagi sejumlah kekhilafahan yang didirikan setelah wafatnya. 
Bagi Kaum Muslim beriman, kegigihan perjuangan Rasulullah tentu menjadi magnet untuk menumbuhkan rasa cinta kepada sosok yang mulia ini. Karena, melalui beliaulah Islam sampai kepada seluruh penjuru dunia untuk menyelamatkan manusia dari segala bentuk kebodohan dan kesesatan.   
Allah SWT telah menyampaikan melalui Surah Al-Ahzab ayat 21   

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Akhir serta banyak menyebut Allah.

Rasulullah SAW adalah teladan dan panutan terbaik setiap manusia di bumi. Bukan hanya sekedar teladan sebagai seorang individu namun beliau juga adalah teladan sebagai seorang pemimpin. Siapa saja yang mencintainya tentu tidak pelit untuk senantiasa bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini termaktub dalam surah Al-Ahzab ayat 56:

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Sungguh Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, berselawat lah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah Salam penghormatan kepadanya.”
 
Selain bershalawat, sebagai wujud cinta kepada Rasulullah SAW, Kaum Muslim juga diperintahkan untuk ber-ittiba' atau menjadi followernya dengan mengikuti serta meneladani setiap sisi kehidupan Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana petunjuk Allah SWT dalam Surah Al-Hasyr ayat 7. Allah berfirman :

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ

Dan apa saja yang Rasul bawa untuk kalian, maka terimalah. Dan apa saja yang dilarang nya atas kalian, maka tinggalkanlah.” 

Kaum Muslim dituntut untuk mengikuti setiap perkara yang dibawa Nabi SAW dan meninggalkan semua yang tidak datang darinya. Apapun yang dicontohkan baginda sejatinya harus diambil seluruhnya tanpa dipilih-pilih dengan mengambil yang sesuai manfaat, kepentingan atau hawa nafsu masing-masing. Setiap yang dicontohkan Rasulullah SAW bukan sekedar perkara akhlak atau aspek ibadah ritual saja, namun aspek muamalah, sosial hingga kepemimpinan beliau pun menjadi role model bagi kehidupan manusia.

Muhammad SAW sebagai Nabi yang membawa risalah Islam juga merupakan seorang pemimpin negara. Beliau telah berhasil mendirikan pemerintahan Islam yang pertama di Madinah. Dibawah kepemimpinan beliau, Islam yang menjadi keyakinan diterapkan dalam semua aspek kehidupan. Al-Qur’an, dan As-Sunnah dijadikan rujukan problem solving setiap kehidupan masyarakat madinah ketika itu.  
 
Kepemimpinan Nabi SAW yang khas berbeda dengan para pemimpin lainnya kala itu. Karakter kepemimpinan beliau yaitu bagaimana menjalankan pemerintahan di atas ketundukan dan ketakwaan kepada Allah SWT (sistem Islam). Tidak terbersit sedikit pun untuk mendirikan dinasti kekuasaan atau keinginan mengumpulkan harta. Yang terpikirkan oleh Nabi SAW bagaimana dirinya selaku pemimpin dapat melayani umat sebagaimana Allah perintahkan kepadanya, menyerahkan kedaulatan kepada syari’ (Allah SWT). Sehingga umat mampu menghambakan dirinya kepada Allah, terpenuhi kebutuhan dasarnya dan menjadi pelindung setiap rakyatnya baik yang Muslim maupun bukan Muslim.
Sungguh sangat disayangkan ketika setiap tahun memperingati Maulid Nabi SAW, namun kaum muslimin tidak peka terhadap teladan kepemimpinan yang harus diambil kaum Muslimin.

Di tengah carut marutnya persoalan umat saat ini, seperti banyaknya kasus pembunuhan, perzinahan, pemerkosaan, aborsi, perjudian, perampokan, korupsi, berbagai transaksi ribawi, eksploitasi sumber daya alam yang merusak serta segudang kemaksiatan lainnya disebabkan oleh kepemiminan sekuler yang telah menjauhkan Islam dari kehidupan umat. Akal dan hawa nafsu manusia dijadikan pijakan dalam mengatur kehidupan umat sehingga mampu mengotak atik hukum agar selaras dengan kepentingan pemimpin. Akhirnya yang nampak adalah keserakahan dan kedhaliman pemimpin terhadap umat. 

Untuk menyelesaikan itu semua, sudah saatnya beralih kepada model kepemimpinan Rasulullah SAW yang kemudian setelah wafatnya beliau tampuk kepemimpinan dilanjutkan para sahabatnya yang diberi gelar Khulafaur-rasyidin lalu dilanjutkan kembali oleh para khalifah lainnya, sampai sekitar 13 abad lamanya. Marilah momen Maulid ini menjadi spirit kaum Muslim untuk mengembalikan kepemimpinan para penerus Rasulullah (Khalifah) dalam naungan khilafah. Karena hanya khilafah yang mampu menerapkan Islam secara Kaffah
Allaahu a'lam bish shawwab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak