Krisis Peran Keluarga? Apa yang Harus Diperbuat?



Oleh: Ayu Susanti, S.PD



Keluarga adalah harta berharga bagi setiap insan. Keluarga adalah institusi kecil bagi seseorang untuk merasakan kenyamanan, keamanan, tempat untuk berkembang dan saling melengkapi. Namun apa jadinya jika fungsi keluarga sudah bergeser? Bahkan bukan kenyamanan yang didapat, tapi malapetaka bagi para anggotanya?

Kejadian geger dan membuat warga ngeri terjadi di Jl Sepakat RT 46 Kelurahan Baru Tengah, Kecamatan Balikpapan Barat. Jumat (23/8/2024) sekitar pukul 21.13 Wita, seorang ibu bernama Hj RK meninggal secara tragis dibunuh oleh anak kandungnya sendiri bernama AR. (www.prokal.co, 24/08/2024).

Polisi melakukan prarekonstruksi kasus pembunuhan Nizam Ahmad Alfahri (6), oleh ibu tirinya, IF (24) di sebuah rumah kawasan Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu siang (24/8/2024). (sindonews.com, 24/08/2024).

Fakta diatas hanya segelintir yang terjadi di negeri ini. Masih banyak kasus serupa yang tidak diangkat ke permukaan. Pembunuhan anggota keluarga sudah menjadi hal lumrah di negeri ini. Banyak motif yang melatarbelakangi hal tersebut. Dari mulai ekonomi, ketidakharmonisan dalam keluarga dan lain sebagainya. Sampai kapan ini terus terjadi? 

Miris memang melihat kondisi keluarga saat ini sedang tidak baik- baik saja. Hal ini tidak lepas dari sistem hidup sekulerisme - kapitalisme yang saat ini diterapkan dalam kehidupan. Sekulerisme-kapitalisme berasaskan pemisahan agama dari kehidupan. Sehingga manusia bebas berbuat apapun sesukanya. Tidak lagi menggunakan standar halal haram dari Sang Pencipta. 

Aturan di negeri ini pun dibuat oleh manusia. Karena dalam sistem sekulerisme-kapitalisme, manusia berhak membuat aturan. Sistem ekonomi dalam dalam sekulerisme-kapitalisme tidak lagi menjamin kesejahteraan bagi semua rakyat. Minimnya lapangan pekerjaan, pengangguran semakin meningkat sedangkan kebutuhan hidup terus melonjak, hal ini menjadi salah satu penyebab konflik keluarga. Sehingga hubungan dalam keluarga tidak diliputi oleh keharmonisan. 

Disamping itu, sistem pendidikan pun belum mampu mencetak generasi berkualitas dan bertakwa. Sehingga manusia tidak lagi menggunakan adab dalam berinteraksi termasuk melakukan interaksi sesama anggota keluarga. Bagaimana seharusnya orang tua bersikap kepada anaknya begitupun sebaliknya. 

Permalasahan keluarga bukan hanya sebatas masalah individu saja. Namun sudah termasuk permasalahan kompleks. Karena hal ini erat kaitannya dengan pengaturan negara dalam kehidupan. Seharusnya negara bisa mengedukasi rakyatnya dengan pemahaman yang benar tentang fungsi keluarga. Selain itu negara pun sepatutnya menjamin kesejahteraan bagi semua masyarakat agar tidak ada lagi alasan ekonomi dijadikan salah satu retaknya keluarga. Hal ini tentu memerlukan solusi yang mendasar. 

Berbeda halnya dengan Islam. Islam adalah aturan yang Allah turunkan untuk manusia agar selamat dunia dan akhirat. Dalam Islam semuanya diatur termasuk peran dan fungsi keluarga. Islam menjadikan negara sebagai pengurus rakyat yang bertanggung jawab sehingga peran dan fungsi keluarga terjaga dengan baik. Sistem pendidikan dalam Islam pun bertujuan untuk melahirkan generasi berkualitas dan bertakwa sehingga akan lahir generasi yang beradab dan takut kepada Allah. Generasi ini bukan hanya cerdas tapi memiliki akhlak yang baik terhadap sesama termasuk dalam keluarga. Sistem ekonomi dalam Islam pun akan diterapkan oleh negara yang bisa menjamin kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Karena kebutuhan primer akan terpenuhi dengan layak oleh negara. 

Oleh karena itu, sudah seharusnya kita sebagai seorang muslim kembali kepada aturan Islam secara kaffah. 

Wallahu'alam bi-shshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak