Harga BBM Makin Naik, Rakyat Makin Tercekik





Oleh : Nia Faeyza



Pertamina akhirnya menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax di seluruh SPBU Pertamina pada Sabtu 10 Agustus 2024. Kenaikan harga Pertamax ini mengikuti kenaikan Pertamax Turbo yang sudah naik di awal bulan.

Kebijakan penyesuaian harga BBM Non Subsidi Pertamina selalu mempertimbangkan stabilitas ekonomi, sehingga meskipun tren ICP mengalami kenaikan sejak akhir trimester pertama, harga BBM Non Subsidi Pertamina Patra Niaga tidak mengalami perubahan sejak Maret 2024.

Lengkapnya, berikut ini tiga artikel terpopuler di kanal bisnis Liputan6.com pada Minggu 11 Agustus 2024:

1. Harga BBM Pertamax Naik Rp 750 per Liter
 PT Pertamina Patra Niaga menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertamax di seluruh SPBU Pertamina pada Sabtu 10 Agustus 2024, pukul 00.00 waktu setempat.

Kenaikan harga Pertamax yang adalah BBM RON 92 ini menjadi Rp 13.700 per liter (harga untuk wilayah dengan PBBKB 5%) dari sebelumnya Rp 12.950 per liter. Harga Pertamax ini masih paling kompetitif untuk di Indonesia.

Akibat Salah Tata Kelola

Kian hari harga kebutuhan pokok semakin naik, beras, telur, daging, minyak, bawang. Lalu disusul dengan naiknya BBM non subsidi. Belum lagi kenaikkan listrik, dan lain-lain.
Hal ini merupakan fenomena yang biasa terjadi dari tahun ke tahun. Alhasil banyak masyarakat kelas menengah kebawah yang merasa kesulitan dalam mencari sesuap nasi akibat dari semakin tingginya harga kebutuhan. 

Memikirkan untuk makan  saja sulit, ditambah dengan susahnya mencari lapangan pekerjaan, harus memikirkan biaya pendidikan,  biaya hidup di zaman sekarang memang mahal, apa-apa harus pakai uang. Untuk memenuhi kebutuhan yang pokok saja kesulitan, bagaimana dengan kebutuhan yang lain. 

Sebagian orang mungkin bergembira menyambut hari kemerdekaan negeri ini, namun ternyata dibalik semua itu tersimpan luka yang tidak bisa diobati hanya dengan menyemarakkan dan mengikuti lomba-lomba. Bukannya terobati, namun luka itu hanya terlupakan sejenak. Selepas semaraknya selesai, selesai pula kegembiraannya dan luka itu mulai terasa kembali. Luka atas beban hidup yang semakin berat. Luka atas harga-harga yang semakin melangit yang membuat rakyat semakin tercekik. Ini realita yang sedang dihadapi oleh bangsa ini, kepedihan yang selalu menyelimuti setiap kali memperingati kemerdekaan. Karena sejatinya negeri ini belum benar-benar merdeka.

Banyak imbas yang dirasakan masyarakat akibat harga-harga yang terus naik, diantaranya :
- Angka kemiskinan semakin tinggi
- Angka pengangguran semakin tinggi
- Minimnya lapangan pekerjaan
- Meningkatnya kasus gizi buruk
- Daya beli masyarakat menurun
- Banyak perusahaan gulung tikar
- Mengingkatnya tingkat kejahatan
- Menjamurnya praktek pinjol dan judol
- Bahkan sampai terjadi pembunuhan atau bunuh diri

Apapun dilakukan demi bertahan hidup, bahkan yang dilarang agamapun dilakukan. Antara satu persoalan dengan persoalan lain saling berkaitan. Ini bukan sekedar tentang kenaikan harga, tapi ini  tentang nyawa rakyat yang terus dipertaruhkan. Jika terus seperti ini, bukan mustahil jika kedepannya  negara akan berada dalam keterpurukan ekonomi yang semakin parah. Ini bukan soal individu apakah harus lebih giat dalam bekerja atau tidak, tapi ini soal tanggungjawab negara dalam mengambil peran dan fungsinya. Perkara ini bukanlah perkara yang bisa diselesaikan oleh individu, namun ini adalah persoalan sistemik yang hanya bisa diselesaikan oleh negara. 

Apalagi Indonesia adalah negara yang memiliki SDA yang melimpah ruah. Artinya apabila dikelola dengan semestinya akan bisa mencukupi kebutuhan rakyat. Tidak perlu lagi berhutang ke luar negeri. Tidak perlu bergantung pada asing. Harga-harga akan stabil. Lapangan pekerjaan akan luas, angka kemiskinan akan minim. Rakyat akan sejahtera. 
Andai semua ini nyata. Namun sayang, semua ini hanya khayalan belaka. 

Karut marut yang terjadi sampai hari ini adalah akibat dari sistem kapitalisme yang diterapkan di negeri ini. Dimana negara hanya berfungsi sebagai regulator. Yang berimbas pada terjadinya liberalisasi dalam pengelolaan SDA dan membuka keran investor. Pengelolaan yang demikian hanya menguntungkan para kapital dan merugikan rakyat yang sejatinya adalah pemilik SDA tersebut.

Pengelolaan yang Benar dalam Islam

Negara dalam Islam berperan sebagai raa'in atau pengurus rakyat yang akan menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyat dengan penerapan sistem politik dan ekonomi Islam.
Islam memiliki konsep tersendiri dalam mengelola SDA yang tertuang dalam konsep kepemilikan. Bahwasannya apa-apa saja yang menjadi hajat hidup masyarakat adalah milik umum. Dan harta milik umum ini sepenuhnya adalah milik rakyat. Itulah hakikat kepemilikan umum di dalam Islam. 

Berdasarkan hadist Rasulullah SAW : 
"Kaum Muslim berserikat (memiliki hak yang sama) dalam 3 perkara yaitu :  padang rumput, air, dan api. (HR. Abu Dawud & Ahmad). "

Para ulama sepakat bahwa seluruh kepemilikan umum baik itu air yang mencakup sungai,  danau, laut, saluran irigasi, padang rumput yang mencakup hutan, dan api yang mencakup sumber energi mencakup minyak bumi, batu bara, barang tambang, emas, perak, gas, listrik, dan lain-lain. Begitu juga dengan fasilitas umum yang mencakup jalan raya, tol, bandara, stasiun, terminal, semua yang termasuk milik umum tersebut haram dikuasai oleh individu, swasta, apalagi oleh asing. 
Yang berhak mengelolanya hanya negara dan hasilnya untuk memenuhi kebutuhan rakyat.

Termasuk BBM akan dikendalikan oleh negara sehingga rakyat tidak akan menderita dengan perubahan harga minyak dunia. Negara Islam dengan baitul malnya yang memiliki sumber penerimaan  beragam akan mampu menjaga kestabilan harga sehingga rakyat tidak terkena dampak buruk perubahan minyak dunia. 
Itulah cara Islam mengelola SDA yang ada di negara. 

Wallahu 'alam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak