Ekonomi Keluarga Terhimpit, Fitrah Ibu Terusik




Oleh Nur Hasanah, S.Kom 
Aktivis Dakwah Islam


Berita yang dilansir dari kompas.com, tanggal 14 Agustus 2024, tentang seorang ibu yang terpaksa menjual bayinya, seharga 20 juta rupiah karena kesulitan ekonomi sungguh mengiris hati. Di tengah tekanan hidup yang semakin berat, tindakan ini mencerminkan betapa parahnya situasi yang dialami banyak keluarga. Betapa menyedihkan, ketika seorang ibu, yang seharusnya menjadi pelindung dan pemberi kasih sayang bagi anaknya, terpaksa mengambil langkah yang begitu ekstrem.

Kita perlu merenungkan bagaimana sistem ekonomi dalam sistem kapitalisme kita saat ini, bisa membiarkan seseorang sampai pada titik terdesak seperti ini. Keterbatasan akses terhadap pendidikan, pekerjaan yang layak, serta dukungan sosial yang memadai, seringkali membuat mereka yang berada dalam kesulitan merasa tak memiliki pilihan lain.

Nasib Perempuan dalam Sistem Kapitalisme

Dalam sistem kapitalisme yang berjalan saat ini, perempuan sering kali dipaksa untuk memikul beban ekonomi yang seharusnya bukan menjadi tanggung jawab utama mereka. Tekanan ekonomi dan tuntutan sosial memaksa banyak perempuan untuk terlibat aktif dalam mencari nafkah, bahkan menjadi tulang punggung keluarga. Hal ini tidak hanya merenggut waktu dan energi mereka, tetapi juga mengabaikan fitrah perempuan sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya serta penjaga harmoni dalam rumah tangga.

Sistem kapitalisme, sangat mengutamakan materi daripada yang lainnya, termasuk kesejahteraan individu, sehingga mampu menggeser peran alami perempuan. Perempuan tidak lagi dihargai karena peran mereka dalam mendidik anak dan mengelola rumah tangga, tetapi dinilai berdasarkan kontribusi finansial mereka. Ini adalah bentuk ketidakadilan yang mencederai nilai-nilai keluarga dan merusak keseimbangan kehidupan.

Kasus ini seharusnya menjadi alarm bagi kita semua, terutama bagi pemerintah dan pihak terkait, untuk lebih serius menangani masalah kemiskinan dan keterpurukan ekonomi. Tidak hanya memberi bantuan sesaat, tetapi juga menyediakan solusi jangka panjang yang memungkinkan setiap orang, khususnya para ibu, untuk hidup layak tanpa harus mengorbankan hal yang paling berharga dalam hidup mereka.

Negara Abai dalam Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat

Saat ini negara telah abai dalam mewujudkan kesejahteraan, termasuk penyediaan lapangan kerja bagi suami. Ketika suami kesulitan mendapatkan pekerjaan yang layak, beban ekonomi keluarga sering kali jatuh pada istri, memaksa mereka keluar dari peran fitrah sebagai pengasuh utama anak dan pengelola rumah tangga. 

Kegagalan negara dalam memberikan pelayanaan kepada rakyatnya, sangat berhubungan dengan sistem pendidikan dalam membentuk pribadi yang bertakwa bagi para pemangku kebijakan negara. Ini adalah cerminan dari kegagalan lebih besar dalam sistem yang mengatur kesejahteraan rakyat.

Islam menempatkan negara sebagai raa’in, yaitu penjaga dan pelindung rakyat, dengan kewajiban mewujudkan kesejahteraan bagi semua warganya. Kesejahteraan dalam Islam bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi merupakan kewajiban negara yang harus diwujudkan melalui sistem ekonomi yang adil dan merata.

Sistem pendidikan yang ada saat ini sering kali lebih fokus pada aspek akademis dan keterampilan teknis, tetapi mengabaikan pembentukan karakter dan ketakwaan. Padahal, pendidikan seharusnya membentuk manusia yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki integritas moral dan spiritual yang kuat. Pendidikan yang berfokus pada pencapaian materi tanpa disertai pembinaan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan hanya menghasilkan individu yang mudah terpengaruh oleh godaan duniawi, tanpa pegangan kuat dalam menghadapi tantangan hidup.

Sistem Islam Menempatkan Perempuan Sesuai Fitrah

Islam memiliki sistem ekonomi yang mensejahterakan rakyat melalui berbagai mekanisme, termasuk penyediaan lapangan pekerjaan yang memadai. Dengan banyaknya lapangan pekerjaan, suami sebagai kepala keluarga dapat menjalankan peran mereka sebagai pencari nafkah tanpa membebani istri dengan tanggungan jawab ekonomi yang berat. Dalam konteks ini, negara harus berperan aktif dalam menciptakan peluang kerja dan memastikan distribusi kekayaan yang adil, sehingga kesejahteraan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat.
Ketika negara gagal menjalankan peran ini, akibatnya adalah ketidakadilan sosial yang meluas, di mana perempuan dipaksa keluar dari peran fitrah mereka sebagai ibu dan pengasuh utama keluarga. 

Tidak ada pilihan lain ntuk mencapai masyarakat yang sejahtera dan hidup sesuai fitrah, selain kembali kepada sistem Islam. Islam telah terbukti mampu menciptakan tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera melalui sistem yang komprehensif dan holistik. Dalam Islam, kesejahteraan bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi merupakan kewajiban negara yang harus dijalankan dengan penuh amanah.

Islam menempatkan perempuan dalam posisi yang mulia, menghargai peran mereka sebagai ibu dan pengasuh utama dalam keluarga, sambil tetap melindungi hak-hak mereka di ranah publik. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka..." (QS. An-Nisa: 34).

Ayat ini menegaskan bahwa peran laki-laki sebagai pemimpin keluarga adalah untuk menafkahi dan melindungi perempuan, sehingga mereka dapat menjalankan peran fitrah mereka tanpa dibebani tanggung jawab yang tidak semestinya. Dalam sistem Islam, perempuan tidak dipaksa keluar dari peran fitrah mereka karena sistem ekonomi dan sosial Islam menjamin kesejahteraan bagi semua anggota masyarakat.

Sistem ekonomi Islam, yang didasarkan pada prinsip keadilan dan distribusi kekayaan yang merata, telah terbukti mampu menciptakan masyarakat yang sejahtera dan harmonis. Dengan kembali kepada sistem Islam, kita dapat membangun kembali tatanan sosial yang adil, di mana setiap individu dihargai dan diperlakukan sesuai dengan fitrahnya.

Mari kita bersama-sama mengupayakan penerapan sistem Islam dalam kehidupan kita sehari-hari, untuk mewujudkan kesejahteraan yang sejati dan mengembalikan peran perempuan sesuai dengan fitrahnya. Hanya dengan kembali kepada Sisitem Islam, kita dapat mencapai kehidupan yang sejahtera dan bermakna, sebagaimana yang diinginkan oleh Allah SWT.

Wallahualam bissawab. []

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak