Oleh : Maulli Azzura
Pemerintah akan menetapkan secara permanen relaksasi harga eceran tertinggi atau HET beras premium dan medium mulai Juni 2024. Kenaikan HET ini disebut tidak berimbas terhadap konsumen. (ekonomi.bisnis.com 24/05/2024)
Dalam kehidupan ekonomi sering kali kita menjumpai permasalahan-permasalahan pokok yang mengkaitkan antara hubungan individu, perusahaan dan masyarakat. Itulah sebabnya pemerintah harus membuat kebijakan-kebijakan dan membuat keputusan terbaik dalam melakukan kegiatan ekonomi. Sehingga baik individu ( konsumen) dan perusahaan ( produksi) bisa berjalan dengan seimbang.
Pemerintah harusnya memberi ruang yang cukup untuk sektor pertanian yang mencakup produksi bahan pangan pokok. Serta memetakan per-daerah sesuai dengan kondisi tanahnya agar setiap wilayah bisa memproduksi pangan baik skala kecil maupun besar yang cocok dengan kondisi daerah tersebut. Semakin sempitnya lahan pertanian diambil alih fungsikan menjadi perumahan, perindustrian menyebabkan semakin berkurangnya hasil panen. Meski disisi lain ada kebijakan jangka pendek seperti impor beras yang dilakukan oleh bulog, itu belumlah bisa menutupi kebutuhan pangan negri ini yang semakin hari tingkat pertumbuhan penduduknya semakin meningkat.
Naiknya harga pangan terutama beras sebagai makanan pokok negri ini disebabkan adanya ketidak seimbangan antara kebutuhan masyarakat yang tak terbatas dengan faktor produksi yang tersedia untuk produksi barang /jasa. Sehingga terjadilah Scarcity/kelangkaan. Jika dibiarkan terus menerus bukan tidak mungkin pemerintah akan kewalahan menanganinya. Sehingga kuota bulog perlu adanya penambahan impor pangan, yang memicu kenaikan harga.
Sangat disayangkan negri dengan sebutan "Gemah ripah loh jinawi " ini rakyatnya seperti tikus yang kelaparan didalam lumbung padi. Padahal jika tata kelola pemerintahannya baik, maka tidak akan terjadi kenaikan harga pangan. Justru sebaliknya negri ini harusnya bisa mengekspor beras ke negara lain.
*Islam hadir sebagai solusinya*
Bidang pertanian mendapat perhatian yang besar dalam Islam. Islam memberikan dorongan ruhiyah yang besar untuk bertani/berladang atau lebih umum menanam bebijian atau pepohonan. Rasulullah saw. pun bersabda:
Tidaklah seorang Muslim menanam sebatang pohon (berkebun) atau menanam sebutir biji (bertani), lalu sebagian hasilnya dimakan oleh burung, manusia atau binatang, melainkan baginya ada pahala sedekah.
(HR al-Bukhari, Muslim, at-Tirmizi dan Ahmad).
Selain dorongan ruhiyah, peran negara yang menjalankan politik ekonomi Islam juga amat penting dan berperan besar. Hasilnya, kaum Muslim berhasil meraih kegemilangan di sektor pertanian serta memberikan konstribusi besar bagi kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia selama berabad-abad. Semua itu terekam baik dalam sejarah kaum Muslim dan diakui oleh sejarahwan Barat sekalipun.
Kemajuan besar di sektor pertanian itu menunjukkan besarnya peran kebijakan pertanian Khilafah ketika itu. Kebijakan itu dimaksudkan untuk meningkatkan produksi pertanian dan menjamin kelangsungannya. Kebijakan itu mencakup kebijakan intensifikasi, ekstensifikasi, pembangunan infrastruktur pertanian, litbang dan dukungan kepada petani.
Intensifikasi dilakukan untuk meningkatkan produktivitas. Di antaranya dalam bentuk penggunaan sarana produksi pertanian yang lebih balk seperti bibit unggul, penggunaan pupuk, obat-obatan dan saprotan, dan sebagainya. Intensifikasi juga dilakukan dengan jalan penciptaan, penyebarluasan serta penggunaan teknik budidaya dan produksi modern yang lebih efisien di kalangan petani.
Pola intensifikasi sudah dilakukan sejak awal. Setidaknya pada awal abad ke-9, sistem pertanian modern telah menjadi pusat kehidupan ekonomi dan organisasi di negeri-negeri Muslim. Pertanian di Timur Dekat, Afrika Utara dan Spanyol didukung sistem pertanian yang maju, menggunakan irigasi yang canggih dan pengetahuan yang sangat memadai. Kaum Muslim telah menguasai teknik budidaya modern untuk kebun buah dan sayuran. Mereka juga tahu bagaimana membasmi serangga dan menggunakan dosis pupuk yang tepat.
Kemajuan pertanian tidak bisa diraih tanpa dukungan infrastruktur yang baik dan memadai. Ini disadari betul oleh para khalifah. Infrastruktur penting adalah irigasi. Khilafah Umayyah membangun jaringan irigasi yang canggih di seluruh wilayah dan yang terkenal di wilayah Irak. Sistem jaringan irigasi ini lalu diintroduksi ke Spanyol pada masa pemerintahan Islam di sana. Pompa-pompa juga dikembangkan untuk mendukung irigasi itu. Awalnya digunakan pompa ungkit. Berikutnya dikembangkan pompa Saqiya yang digerakkan dengan tenaga hewan. Yang fenomenal adalah dikembangkan kincir air sejak abad ke-3H (9M) untuk mengangkat air sungai dan diintegrasikan dengan penggilingan. Ada ratusan di sepanjang sungai Eufrat dan Tigris. Infrastruktur lainnya adalah jalan. Jalan terus dibangun dan ditingkatkan kualitasnya sejak masa Khalifah Umar bin al-Khaththab.
Khilafah juga membiayai pemeliharaan kanal kanal besar untuk pertanian. Air dari Sungai Eufrat dialirkan hampir ke seluruh wilayah Mesopotamia atau Irak sekarang, sedangkan air dari Tigris dialirkan ke Persia. Negara juga membangun sebuah kanal besar yang menghubungkan dua sungai di Baghdad. Kekhalifahan Abbasiyah memelopori pengeringan rawa-rawa agar digunakan untuk pertanian.
Maka dari itu, wajar dengan kebijakan itu dan kebijakan lainnya, tercapai kegemilangan pertanian pada masa Khilafah. Berdasarkan catatan sejarah dan komentar para ilmuwan termasuk dari Barat, sistem pertanian pada era Spanyol Muslim merupakan sistem pertanian yang paling kompleks dan paling ilmiah, yang pernah disusun oleh kecerdikan manusia.
Catatan gemilang di bidang pertanian pada masa Khilafah. Semua itu bisa diulang kembali, bahkan bisa jauh melebihi, pada masa sekarang dan akan datang, yaitu dengan tegaknya kembali Khilafah Rasyidah di tengah-tengah kita. Sungguh sistem Islam mengungguli daripada sistem yang ada di era sekarang. Mau tidak mau, perubahan yang paling mendasar agar permasalahan pangan teratasi , hanya dengan menerapkan sistem Islam.
Sehingga bahan pokok dapat diperoleh secara terjangkau bahkan gratis. Penanganan yang tepat yang dilakukan pemerintahan saat ini adalah mengembalikan ekosistem perekeonomian Slam dan menghadirkannya ditengah-tengah kita.
Allah Ta'ala berfirman dalam ayatNya :
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ
وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan( QS. Al a'raf :96 )
Sungguh pengingkaran terhadap syariatNya hanya akan mendatangkan bencana yang terus menerus. Andai saja pemimpin negri ini beriman dan mau tunduk pada aturanNya, tentu akan membuahkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Namun diterpakannya ideologi kapitalis, melahirkan ketamakan dan keserakahan. Tidak ada seseuatu yang gratis kecuali ada kepentingan atau keuntungan didalamnya. Padahal cukup jelas , kegagalan kepemimpinan amat berat pertanggungjawabannya kelak dihadapan Allah SWT. Karena pereka benar-benar telah lalai dan bertindak zalim terhadap urusan rakyatnya. Fa'tabiru ya ulil abshar...
