Oleh: Hana Rahmawati
(Penulis Opini Daerah)
Setelah Pemerintah sempat menaikkan harga beras ke HET tertinggi menjelang lebaran hingga beberapa pekan setelah lebaran idul fitri berakhir, kini masyarakat kembali harus menerima kebijakan baru tentang harga ecer beras yang akan kembali dinaikkan pemerintah. Lagi dan lagi masyarakat harus bersikap pasrah dan terpaksa menerima keputusan yang dirasa amat sangat memberatkan. Pasalnya, ditengah lonjakan harga pokok yang terus meningkat, daya beli masyarakat tidak ditunjang pemerintah dengan kenaikan gaji misalnya, atau lapangan pekerjaan bagi para pemuda yang belum bekerja tetapi memiliki tanggungan keluarga yang harus terus dinafkahi.
Dikutip dari CNNIndonesia 20 mei 2024, Harga Eceran Tertinggi (HET) beras akan dinaikkan setelah 31 mei mendatang. Kisaran kenaikan sekitar seribu rupiah perkilo beras premium dan medium. Kini, Badan Pangan Nasional (Bapanas) tengah menyiapkan aturan mengenai penetapan HET Relaksasi beras yang saat ini berlaku menjadi HET permanen. Bapanas masih terus membahas penetapan harga beras premium apakah 12.000 per kg beras ataukah akan ditetapkan sebesar 12.500 per kg, naik dari HET beras sebelumnya.
Dalam laman Bisnis.com yang diterbitkan pada 24 Mei 2024, dikatakan bahwa kenaikan harga beras ini tidak akan berimbas pada masyarakat. Mengapa? Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P. Sasmita menyampaikan bahwa kenaikan HET beras sebenarnya hanyalah formalitas sebab pada kenyataannya harga beras sudah lama bergerak di level 13,000 per kilogram hingga 15,000 perkilogram baik untuk jenis premium maupun medium.
Ronny menambahkan, bahwa daya beli konsumen sudah tertekan oleh harga beras yang tinggi sejak beberapa waktu lalu. Ini artinya penetapan relaksasi HET beras menjadi permanen tidak akan terlalu berimbas terhadap daya beli masyarakat. Pemerintah berdalih bahwa kenaikan harga beras kali ini dapat membantu petani dalam rangka meningkatkan daya produksi petani terhadap hasil sawahnya. Pemerintah akan melakukan stabilisasi harga dan pasokan pupuk untuk petani seiring adanya kenaikan HET dan HPP gabah dan beras. Dengan demikian, biaya produksi di tingkat petani dapat ditekan sedemikian rupa.
Bukan hanya beras yang akan mengalami kenaikan harga, tetapi gula dan minyak goreng akan turut mengalami kenaikan harga. Dikutip dari Okezone.com, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengungkapkan bahwa kenaikan HET pada gula dikarenakan memiliki tujuan agar gula tidak hilang di pasar yang disebabkan harga yang tinggi di luar. Ia juga mengatakan bahwa kenaikan harga gula juga untuk menjaga pasokan gula agar tetap stabil.
Tentunya kenaikan harga bahan pokok ini membuat kehidupan rakyat semakin sulilt. Mengingat besarnya angka PHK belakangan ini dan angka pengangguran serta kemiskinan yang semakin tinggi. Faktanya pula bahwa kenaikan harga bahan pokok semisal beras ataupun gula yang terus berulang tidak lantas membuat petani sejahtera, terlebih saat ini distribusi beras justru di kuasai oleh pengusaha.
Dalam sistem demokrasi hari ini, rakyat hanya di anggap sebagai penggerak ekonomi negara. Pemerintah tidak memperdulikan dampak negatif dari kebijakan yang diambil yang tidak memihak pada rakyat. Justru kebijakan tersebut mengesankan bahwa pemerintah saat ini berpihak pada para pemilik modal, sehingga tidak menutup kemungkinan kenaikan harga pokok juga merupakan pesanan para pemilik modal tersebut.
Kesulitan yang dialami rakyat yang terus berulang ini adalah imbas dari sistem manusia yang diterapkan hari ini. Dimana pada sistem ini keuntungan adalah sebesar-besar kepentingan yang harus di raih sekalipun mengorbankan rakyat. Jelas jauh berbeda sikap pemimpin di dalam Daulah Islam.
Dalam aturan Islam, kepala negara berperan sebagai periayah rakyat. Dimana seorang pemimpin harus selalu memperhatikan kepentingan rakyat yang dipimpinnya disamping kepentingan dirinya sendiri. Sebab Ia tahu bahwa segala kebijakan yang dikeluarkan akan dipertanggung jawabkan kelak di hadapan Allah.
Didalam aturan Islam, kenaikan lonjakan harga mustahil terjadi. Sebab, sumber daya alam yang dimiliki oleh Daulah akan sepenuhnya dipakai untuk sebesar-besar kepentingan rakyat. Islam telah menjadikan negara bertanggung jawab terhadap kebutuhan rakyat termasuk beras dan bahan pokok lainnya. Negara pun akan menjaga agar harga bahan pokok termauk beras tetap stabil, sehingga masyarakat tidak kesulitan dalam membelinya. Dan negara juga akan memastikan bahwa distribusi beras berada pada kendali negara bukan perusahaan.
Wallahu A`lam. []
Tags
Opini
