Pajak Kian Mencekik



Oleh: Ita Mumtaz



Maafkan kedua orangtuamu
Kalau tak mampu beli susu
BBM naik tinggi
Susu tak terbeli

Lirik lagu lama ini begitu sesuai dengan kondisi sekarang di Indonesia tercinta. Harga BBM naik diiringi dengan kenaikan tarif pajak, melonjaknya harga kebutuhan pokok, termasuk minyak goreng, juga kelangkaan solar. 

Sungguh ironi. Di sebuah negeri dengan kekayaan dan sumber daya alam yang melimpah, termasuk minyak bumi, gas, tambang emas, batu bara, perkebunan sawit dan lain lain namun rakyatnya hidup dalam kemiskinan, jauh dari kesejahteraan. 

Kabar menyedihkan buat rakyat dari penguasa, bahwa ada kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% yang akan diberlakukan pada 2025. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto memastikan kebijakan ini pasti berlaku dan tidak ada penundaan. Airlangga menyatakan kenaikan PPN ini memang berlanjut pada 2025 karena mayoritas masyarakat Indonesia telah menjatuhkan pilihannya kepada (program) keberlanjutan. Dengan demikian, kebijakan masa pemerintahan Jokowi akan terus dilanjutkan oleh pemerintahan berikutnya. 

Keputusan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% di tengah himpitan ekonomi rakyat merupakan kezaliman luar biasa. Daya beli masyarakat yang sudah rendah, masih ditambah pemaksaan untuk membayar pajak.

Bisa dibayangkan betapa rakyat semakin sengsara. Mereka dibiarkan berjuang sendiri memenuhi kebutuhan perut keluarga, sementara pemerintah sibuk melayani kepentingan para oligarki.

Pemerintah biasanya berdalih bahwa pajak yang dibayarkan akan kembali kepada rakyat. Bagaimana mungkin pajak akan kembali pada rakyat, sedangkan untuk memenuhi segala kebutuhan hidup, rakyat harus membayar sendiri. Mulai dari tarikan BPJS yang semakin brutal, biaya listrik, air, bahan pangan, pendidikan, perumahan. Belum lagi transportasi yang harus dibayar mahal sehingga sangat mempengaruhi harga-harga komoditi. 

Kebijakan yang salah kelola inilah yang menjadikan negara ini tak bisa dijadikan pelindung dan pengayom rakyat. Bahkan malah sebaliknya, yakni pemalak uang rakyat. Demikianlah, pajak dijadikan sebagai sumber utama pendapatan negara, sementara kekayaan alam yang sejatinya milik rakyat justru diserahkan pada asing. Mereka merampok sumber daya alam yang melimpah atas nama kerja sama dan investasi. Padahal kerugian besar sudah lama dirasakan penderitaannya oleh rakyat. 

Hal itu berbeda dengan tatanan ekonomi dalam negara Islam. Dalam sistem Islam, pajak diterapkan setelah zakat. Pendapat ini dilandaskan pada dalil dalam Q.S. Al Baqarah ayat 177 dan Al An'am ayat 141. Kedua surat ini menegaskan ada kewajiban lain selain zakat, yakni memberikan harta yang dicintai kepada saudara, anak yatim, fakir, dan miskin. 

"'Dan, Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon kurma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun, dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan.'' (QS Al-An'aam [6]: 141).

Pajak (jizyah) wajib di bayar non-Muslim yang mampu dan besarannya pun tidak memberatkan. Jizyah ini sebagai wujud pengakuan bahwa mereka tinggal di wilayah kekuasaan Islam. Dan dengan membayar pajak itu mereka meminta jaminan keamanan, perlindungan, dan ikut menikmati fasilitas umum dalan negara Islam. 

Maka hanya dengan penerapan sistem Islam, kesejahteraan tak hanya sebatas angan. Sudah terbukti dan tergambar dalam sejarah, betapa negara Islam pernah mengalami kejayaan dan kesejahteraan yang luar biasa. Hingga pernah terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Azis, tak ada penduduk yang berhak menerima zakat karena semua sudah hidup dalam kesejahteraan.

Hal ini merupakan hasil dari diterapkannya aturan ekonomi Islam dalam negara Khilafah. Oleh karena itu, perjuangan  mewujudkan kehidupan Islam dalam naungan syariat-Nya harus lebih digalakkan lagi. Harapannya agar semakin banyak dukungan umat, dan kerinduan mereka terhadap tegaknya Islam semakin membuncah. Allahu Akbar. Wallahu a'lam bishshawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak