Miris, Pinjol Meningkat Saat Ramadan




Oleh : Ade Irma



Pinjol (Pinjaman Online) bukanlah hal baru di kehidupan kapitalisme saat ini. Trend pinjol terjadi dikarenakan tingginya kebutuhan masyarakat, gaya hidup, termasuk pelaku UMKM, akses pinjaman keuangan yang lebih mudah dan cepat, dibandingkan melalui perbankan atau perusahaan pembiayaan lainnya membuat masyarakat tertarik untuk melakukan pinjaman online. Yang berakibat menjamurnya bisnis pinjaman baik online maupun offline. Dan trend pinjol ini pula terus meroket naik. Terutama dibulan Ramadan saat ini. 

Seperti yang dilansir dari situs Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memproyeksi penyaluran pinjaman online (pinjol) pada saat momentum Ramadan 2024 ini akan melonjak. Ketua Umum AFPI Entjik S. Djafar menyampaikan bahwa asosiasi menargetkan pendanaan di industri financial technology peer-to-peer (fintech P2P) lending saat Ramadan dapat tumbuh sebesar 12%. “Industri fintech lending cenderung melihat peningkatan penyaluran pendanaan menjelang Ramadan karena permintaan yang meningkat,” kata Entjik kepada Bisnis, Minggu (3/3/2024). 

Fenomena meningkatnya trend pinjol tidak lain disebabkan adanya faktor kebutuhan hidup tidak terpenuhi, seperti tidak adanya jaminan kesehatan yang diberikan pada masyarakat. Sehingga masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah kesulitan untuk mengakses layanan kesehatan yang memadai. Selanjutnya terdapat faktor memenuhi gaya hidup yang biasanya terjadi pada kalangan anak muda. Pada kalangan anak muda trend pinjol umumnya digunakan untuk melakukan hal mubah, bahkan kemaksiatan. Seperti pembelian tiket konser. Namun kini pinjol kini merebak ke kawasan kampus yaitu pembayaran kuliah melalui pinjol. Sungguh ironi sekali.

Dibulan Ramadan ini diperkirakan akan melonjak naik masyarakat menggunakan pinjol. Tak dipungkiri harga kebutuhan pokok naik dan masyarakat akan sibuk persiapan menyambut lebaran, namun ekonomi sulit. Maka pinjol adalah solusi bagi masyarakat saat ini yang sedang dihantui oleh kehidupan kapitalisme liberal.

Masyarakat yang terjangkiti virus sekuler akan memandang bahwa satu-satunya sumber kebahagiaan ada pada materi dan kesenangan jasadiyah semata, padahal mengejar kesenangan materi juga membutuhkan uang yang tidak sedikit.

Tidak hanya itu, gaya materialistik masyarakat diperkuat lagi dengan gempuran media yang secara terus menerus mem-persuasif masyarakat agar hidup hedon. Terlebih masyarakat yang jauh dari mafhum agamanya -pemahaman Islam-  yakni tidak lagi mempedulikan apakah harta yang didapatkan untuk memenuhi kebutuhan asasiyah dan gaya hidupnya diperoleh melalui jalan yang halal atau justru bertentangan dengan syariat-Nya, sebagaimana pinjol yang disertai dengan aktivitas ribawi.

Mirisnya, negara cenderung abai terhadap persoalan ketakwaan rakyatnya termasuk kesejahteraannya. Celakanya, negara justru melegalisasikan praktik pinjol dengan perizinan lembaga pinjol.

Didalam Islam untuk mewujudkan masyarakat bersih dari aktivitas ribawi, membutuhkan peran sentral negara dalam menjauhi aktivitas haram tersebut dengan segala bentuknya. Khilafah sebagai sistem kepemimpinan yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak akan membiarkan praktik ribawi berlangsung. Penerapan syariat Islam secara kaffah sejatinya akan menghapuskan praktik ribawi. Negara akan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, memudahkan mendapatkan pekerjaan dan menstabilkan harga kebutuhan pokok. 
Jika demikian maka aktivitas ribawi seperti pinjol ini tidak akan tumbuh subur didalam Islam.
Wallahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak