Oleh : Bunda Twins
Curah hujan dengan intensitas tinggi, terjadi pada musim penghujan saat ini. Seperti menjadi hal biasa berita langganan kejadian banjir di mana mana. Media memberitakan beberapa daerah di wilayah indonesia mengalami banjir seperti di akhir tahun 2023 banjir di Lampung Selatan, dan di awal bulan Februari 2024 terjadi banjir di kabupaten Demak Propinsi Jawa Tengah.
Lampung Selatan alami banjir bandang akibat hujan yang mengguyur kawasan lereng Gunung Rajabasa melanda Desa Canti dan Desa Banding di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Sabtu.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lampung Selatan, Aflah Efendi, di Kalianda, Sabtu, membenarkan telah terjadi banjir yang melanda dua desa di Kecamatan Rajabasa.
"Banjir itu terjadi dari Jumat (24/11) sekitar pukul 19.00 WIB, dan hingga Sabtu pagi lokasi tersebut masih diguyur hujan," kata dia.
Ia mengatakan banjir tersebut diduga akibat tersumbatnya saluran air di wilayah itu, sehingga curah hujan yang tinggi tidak bisa menampung debit air dan mengakibatkan banjir.
"Terdapat gorong-gorong yang terlampau kecil dan debit air besar sehingga air tidak tertampung dan meluap ke pemukiman penduduk," katanya.
Menurut dia, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun terdapat puluhan rumah dan tambak benur (bibit udang) yang terendam banjir.
Ia juga mengatakan, hujan yang mengguyur daerah itu cukup lama, sehingga sungai-sungai di wilayah itu tidak bisa menampung tingginya debit air.
"Banjir yang terjadi di Canti terjadi karena faktor hujan deras dan tidak adanya saluran pembuangan ke laut karena terhalang pembangunan tanggul pemecah ombak," ujarnya.
Akibat banjir bandang, lanjut dia, akses menuju ke Desa Banding terganggu akibat lumpur dan air yang menutupi jalan.
Hingga saat ini daerah tersebut masih diguyur hujan lebat, dan pihak BPBD dan Damkarmat masih berjaga di lokasi untuk mengantisipasi banjir susulan.
Sementara banjir melanda Kabupaten Demak, Jateng, mengakibatkan 8.170 orang mengungsi. Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Demak M Agus Nugroho Luhur, Jumat (9/2/2024) mengatajkan, jumlah pengungsi yang terdata tersebut per Kamis malam (8/2/2024).
Agus juga mengatakan, jumlah pengungsi tersebut sudah termasuk dampak banjir yang dialami warga di Kecamatan Karanganyar, menyusul jebolnya tanggul Sungai Wulan dan Sungai Jratun.
Ribuan pengungsi banjir Demak tersebut, ada yang menempati tempat ibadah, balai desa, dan sekolah. Sedangkan pengungsi terbanyak di Desa Kedungwaru Lor mencapai 4.500 jiwa, disusul Desa Undaan Kidul mencapai 2.569 orang. Sedangkan tempat lainnya jumlah pengungsi bervariasi.
Ia mengungkapkan tanggul Sungai Jratun jebol karena debit air yang tinggi, sehingga tanggul yang berada di Desa Tambirejo (Kecamatan Gajah) jebol dengan panjang antara 15-20 centimeter.
Sementara tanggul Sungai Wulan yang jebol, kata dia, terjadi di dua titik, yakni di Dukuh Norowito.
Akibat jebolnya tanggul Sungai Wulan dan Jratun, mengakibatkan empat desa di Kecamatan Karanganyar terdampak banjir. Seperti Desa Ketanjung, Desa Karanganyar, Desa Undaan Lor, dan Desa Ngemplik Wetan dengan jumlah rumah terdampak 1.350-an rumah.
"Kami masih melakukan pendataan di Kecamatan Karanganyar karena data yang masuk baru dari dua desa," ujarnya.
_ _
Hujan adalah Anugerah dari Allah
_ _
Hujan sesungguhnya adalah anugerah dari Allah bagi hamba-hambaNya. Hujan adalah ciptaan Allah, tak seorangpun yang mampu mendatangkan hujan sebagaimana Allah mendatangkan hujan. Sebab Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Allah SWT berfirman:
وَمِنْ اٰيٰتِهٖۤ اَنَّكَ تَرَى الْاَرْضَ خَاشِعَةً فَاِذَاۤ اَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَآءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ ۗ اِنَّ الَّذِيْۤ اَحْيَاهَا لَمُحْيِ الْمَوْتٰى ۗ اِنَّهٗ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"Dan sebagian dari tanda-tanda (kebesaran)-Nya, engkau melihat bumi itu kering dan tandus, tetapi apabila Kami turunkan hujan di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya (Allah) yang menghidupkannya pasti dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Fussilat 41: Ayat 39)
Hujan adalah salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasul pernah bersabda,
اُطْلُبُوا اسْتِجَابَةَ الدُّعَاءِ عِنْدَ ثَلَاثٍ : عِنْدَ الْتِقَاءِ الْجُيُوشِ ، وَإِقَامَةِ الصَّلَاةِ ، وَنُزُولِ الْغَيْثِ
“ Carilah do’a yang mustajab pada tiga keadaan: bertemunya dua pasukan, menjelang shalat dilaksanakan, dan saat hujan turun.” (HR Baihaqi’).
Bahkan Rasulullah pernah berdoa,
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا ، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan.” (HR. Bukhari).
_ _
Hujan Sebagai Peringatan dan Teguran dari Allah
_ _
Hujan secara ekologis adalah fenomena yang biasa terjadi saat musimnya datang. Namun dalam perspektif teologis, musim hujan adalah bagian dari peringatan dan teguran dari Allah bagi manusia. Dari Aisyah berkata apabila Rasululloh melihat mendung atau angin (kencang) terlihat (perubahan) di wajahnya, lalu aku bertanya:
قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ النَّاسَ إِذَا رَأَوُا الْغَيْمَ فَرِحُوا ، رَجَاءَ أَنْ يَكُونَ فِيهِ الْمَطَرُ ، وَأَرَاكَ إِذَا رَأَيْتَهُ عُرِفَ فِى وَجْهِكَ الْكَرَاهِيَةُ . فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ مَا يُؤْمِنِّى أَنْ يَكُونَ فِيهِ عَذَابٌ عُذِّبَ قَوْمٌ بِالرِّيحِ ، وَقَدْ رَأَى قَوْمٌ الْعَذَابَ فَقَالُوا ( هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا ) »
“ Wahai Rasululah, jika orang-orang melihat mendung, mereka akan begitu girang. Mereka mengharap-harap agar hujan segera turun. Namun berbeda halnya dengan engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan tanda tidak suka.” Beliau pun bersabda, “Wahai ‘Aisyah, apa yang bisa membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adaah azab. Dan pernah suatu kaum diberi azab dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu kaum ‘Aad) ketika melihat azab, mereka mengatakan, “Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita".(HR. Bukhari dan Muslim).
Al Qur'an mengisahkan azab melalui hujan yang terjadi pada kaum ‘Aad
فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا هَذَا عَارِضٌ مُمْطِرُنَا بَلْ هُوَ مَا اسْتَعْجَلْتُمْ بِهِ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ (24) تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لَا يُرَى إِلَّا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (25)
“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa.” (QS. Al Ahqaf[24]: 24-25)
_ _
Bencana Berkaitan Erat dengan Kerusakan Akibat Ulah Manusia
_ _
Peringatan dan teguran Allah kepada manusia berkaitan erat dengan perilaku manusia dalam mensikapi kehidupan, alam dan sesama manusia. Terhadap alam dan lingkungan, manusia terbukti telah melakukan berbagai kerusakan. Manusia telah melakukan berbagai eksplorasi bumi dan hutan hingga merusak keseimbangan alam yang telah Allah atur keseimbanganya secara sistemik dan sistematis.
Eksploitasi sumber daya alam besar-besaran dan pembakaran hutan dengan tujuan materialisme segelintir manusia kapitalis dengan mengabaikan aspek teologis dan kesejahteraan rakyat adalah bentuk kezaliman kemanusiaan.
Allah telah mengingatkan manusia untuk menjaga keseimbangan alam yang telah Allah tata sedemikian rupa bagi kebaikan manusia seluruhnya. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan Kedua-duanya tunduk kepada nya. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Allah SWT berfirman:
وَالسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيْزَانَ. اَ لَّا تَطْغَوْا فِى الْمِيْزَانِ. وَاَقِيْمُوا الْوَزْنَ بِالْقِسْطِ وَلَا تُخْسِرُوا الْمِيْزَانَ
" Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan. Agar kamu jangan merusak keseimbangan itu.Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu."
(QS. Ar-Rahman [55]: 7- 9)
Kesalahan dan pengrusakan lingkungan demi keuntungan duniawi akan mendatangkan bencana bagi manusia itu sendiri. Ketidakseimbangan lingkungan alam akan mendatangkan kekeringan jika musim kemarau dan akan mendatangkan banjir dan tanah longsor saat musim hujan.
Terjadinya bencana memang bagian qada Allah SWT yang harus diterima dengan penuh ridho dan sabar lagi pula dalam hadist dikatakan:
"Tidaklah suatu musibah yang terjadi menimpa sesorang muslim melainkan Allah akan menghapus (dosa orang itu) dengannya, bahkan duri yang menyakitinya sekalipun"._ ( HR Al Bukhari).
Akan tetapi meski bencana termasuk ketetapan Allah yang tidak bisa dipastikan kedatangannya setidknya manusia dapat memperkirakan dan memiliki alarem pertama menghadapi bencana alam. Pertama manusia diberi kelebihan oleh Allah berupa akal untuk berpikir ini ranah kuasa yang bisa dioptimalkan oleh manusia untuk menghadapi bencana. Sayang konsep seperti ini tidak berjalan optimal dalam sistem kapitalisme, pasalnya setiap kebijakan yang timbul dalam sistem ini berasaskan untung rugi, terlebih dalam sistem ini pihak yang berkuasa adalah para kolporat, negara hanya berperan sebagai regulator kebijakan. Hal tersebut terbukti dengan kegiatan eksploitasi lingkungan seperti alih fungsi lahan yang berlebihan, eksploitasi kekayaan alam maupun pembalakan liar hutan masih tetap eksis hingga sampai saat ini , bahkan semakin meluas. Kegiatan tersebut memang menguntungkan bagi korporat terkait, namun tindakan itu sekaligus membawa dampak buruk bagi lingkungan karena ekosistem kehilangan daya dukungnya.
_ _
Sistem Khilafah dalam menangani Bencana Banjir
_ _
Sistem khilafah sebagai institusi negara yang membawa amanah sebagai ra'ain, khilafah islamiyah menggariskan kebijakan kebijkaan komperhensif . Prinsip prinsip kebijakan didasarkan pada syariat islam dan ditujukan untuk kemaslahatan umat, maka penanggulangan bencana meliputi penangan pra bencana, ketika dan sesudah bencana.
Upaya pra bencana dirancang untuk mencegah atau menghindari penduduk dari bencana. Misal khilafah akan membangun kanal, bendungan, pemecah ombak, tanggul dan lain sebagainya, sebagai khilafah akan melakukan reboisasi atau penanaman kembali. Pemeliharaan daerah aliran sungai dari pendangkalan, relokasi, tata kelola yang berbasis pada AMDAL, memelihara kebersihan lingkungan, masyarakat akan diedukasi cara memelihara lingkungan .
Khilafah juga akan membentuk tim SAR secara khusus yang dibekali dengan kemampuan dan peralatan yang canggih untuk mengevakuasi korban bencana banjir dan membuka akses jalan dan komunikasi dengan para korban. Khilafah akan menyiapkan tempat pengungsian, pembentukan dapur umum dan posko kesehatan.
Selayaknya manusia mulai sadar dengan bencana banjir yang terus berulang tiap musim penghujan adalah akibat dari ulah manusia yang merusak lingkungan dan abainya pemerintah dalam mengatur pemanfaatan lingkungan. Saatnya Khilafah Islamiyah diterapkan untuk terciptanya keberkahan alam sebagai pemberian dari sang pencipta Allah SWT, dan hujan merupakan keberkahan dari langit yang Allah turunkan ke bumi.
Wallohu al 'am bishshawab
Tags
Opini
