Harga Telur Tidak Stabil, Perekonomian Masyarakat Kian Labil




Penulis : Sri Indrianti (Pemerhati Sosial dan Generasi)

Gebyar kemerdekaan usai sudah. Hiruk pikuk karnaval tak nampak lagi. Masyarakat dituntut kembali pada realita yang sungguh menyesakkan dada. Yakni kenaikan harga berbagai bahan kebutuhan pokok yang membuat masyarakat menjerit. Tawa gembira selama mengikuti dan menyaksikan berbagai pertunjukan yang menghibur saat perayaan kemerdekaan lenyap seketika.

Telur merupakan salah satu kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga. Hari demi hari harga yang tertera di pasaran semakin melambung tinggi. Tak salah kiranya masyarakat menjerit pilu karena telur merupakan salah satu sumber protein hewani penunjang gizi keluarga yang selama ini mudah didapat dan tergolong murah. Jika telur ayam saja harganya mahal, masyarakat dengan perekonomian menengah ke bawah harus mengonsumsi apalagi? 

Kenaikan harga telur tidak hanya berhenti di satu titik saja. Namun, melambungnya harga telur akan berdampak pada konsumsi industri lainnya terutama UMKM. Ya, meroketnya harga pangan pokok berprotein tinggi tersebut berdampak besar pada pelaku UMKM berbahan dasar telur dalam produksinya. Jika harga telur tetap tidak stabil bahkan cenderung tinggi maka dikhawatirkan banyak pelaku usaha yang gulung tikar.

Di kalangan para menteri terjadi perbedaan pendapat mengenai penyebab kenaikan harga telur. Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menjelaskan jika kenaikan harga telur ayam disebabkan oleh adanya tingginya permintaan telur ayam Bantuan Sosial (Bansos) yang dirapel beberapa bulan. (kompas.com, 26/8/2022)

Menteri sosial, Tri Risma Harini, membantah pernyataan dari Menteri Perdagangan dengan mengatakan bahwa Kementerian Sosial tidak memberikan telur dalam bansos. Sehingga naiknya harga telur tidak berkaitan dengan bansos. 

Pernyataan kedua menteri tersebut yang saling lempar pendapat tentu saja mengecewakan masyarakat. Bagaimana bisa mereka sebagai pejabat menteri tidak bisa mengetahui akar permasalahan penyebab semakin melambungnya harga telur. Jika akar permasalahan saja untuk level menteri masih ada perbedaan pendapat, tentu saja solusi untuk penanganan kasus kenaikan harga telur tidak bisa terselesaikan secara tuntas. 

Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira kenaikan harga telur ayam disebabkan kenaikan harga pakan ternak yakni jagung dan gandum. (kompas.com, 26/8/2022)

Jagung dan gandum yang menjadi pakan ternak utama selama ini masih impor. Sehingga jika harga di pasar internasional mengalami kenaikan akan berdampak pada harga telur ayam dalam negeri yang memang untuk ayam petelur lebih banyak membutuhkan pakan daripada ayam pedaging.  

Selain itu, selama ini industri pakan ternak juga dikuasai oleh beberapa perusahaan saja. Sehingga para peternak ayam mengalami ketergantungan pada produk perusahaan tersebut. Perusahaan pun dengan mudahnya dapat mengendalikan harga pakan ternak yang sangat berpengaruh pada harga telur ayam di peternak. 

Sistem ekonomi kapitalisme telah membuat semrawut perekonomian masyarakat. Harga-harga kebutuhan pokok melambung tidak stabil, perekonomian masyarakat pun menjadi labil. Sedangkan negara seakan-akan lepas tangan terhadap permasalahan tersebut. Tak  ada langkah cepat dan tepat agar permasalahan kenaikan harga lekas selesai dan perekonomian kembali membaik. 

Sistem ekonomi kapitalisme ini tak layak dibandingkan dengan Islam. Sebab Islam dengan sempurnanya dapat menyelesaikan segala permasalahan secara tuntas. Penguasa bertindak sebagai pelayan masyarakat benar-benar memperhatikan tiap detail kebutuhan masyarakat. 

Penguasa dalam hal ini Khalifah memang tidak menetapkan harga barang di pasaran. Tapi Khalifah dengan sigap akan menyelesaikan persoalan di pasar jika terdapat tindakan mafia pengacau harga pasar yang mencurigakan. Khalifah mengangkat Qadhi Muhtasib yang memiliki wewenang salah satunya adalah mengawasi pasar. Qadhi Muhtasib ini tersebar di berbagai pelosok wilayah Khilafah. Jika ada tindakan menyimpang di pasar maka pelaku bisa dihukum saat itu juga. Biasanya Qadhi Muhtasib bekerja sama dengan syurtoh atau polisi wilayah. 

Dalam perkembangannya, bisa jadi pasar yang dimaksud terkait peredaran barang-barang dan berbagai kebutuhan masyarakat. Dengan langkah seperti ini maka hadirnya mafia yang merusak harga pasar  dapat terselesaikan dengan cepat dan tepat.

Selain itu, Khalifah senantiasa berusaha untuk melakukan swasembada pangan. Khalifah akan berupaya secara maksimal untuk mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri. Seperti jagung dan gandum yang menjadi bahan utama pakan ternak akan diupayakan Khalifah berasal dari petani lokal. Sehingga Khilafah terlepas dari harga pasar internasional. 

Persoalan kenaikan harga telur yang terjadi di negeri ini tidak akan terselesaikan dengan tuntas jika tetap menggunakan sistem ekonomi kapitalisme. Hanya dengan menggunakan sistem ekonomi Islam segala kesemrawutan yang terjadi pada ekonomi kapitalisme dapat diselesaikan. 

Wallahu a'lam bish showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak