Hiruk Pikuk Pemilu 2019


Oleh : Dwi A. 


Hari masih subuh, ketika terdengar derap langkah orang bolak balik lewat depan rumah. Saya pikir mereka para pejuang subuh, yang baru pulang sholat subuh berjamaah di mesjid. Mereka lewat jalan ini karena jalan sebelah sedang ditutup. Setelah saya perhatikan, ternyata para panitia pemilihan umum yang sedang beberes TPS, yang ada di samping rumah. Jam 6.30an, speaker mesjid berbunyi, mengajak masyarakat untuk datang ke TPS. 


Saya masih melanjutkan aktivitas sehari-hari, seperti ke warung untuk belanja kebutuhan harian. Setelah ke warung, saya ditelepon oleh tetangga untuk membantu pesenan catering makan siang dan makan malam panitia pemilu dan ternyata budgetnya lumayan besar. Setelah dipikirkan, saya menyanggupi membantu. 

Tak mungkin tak ada obrolan kalau ibu-ibu sedang ngumpul. Ada salah satu ibu yang juga ikut membantu, sebut saja bu Tarsem. Ibu Tarsem tak suka dengan orang yang tak menggunakan hak suaranya untuk memilih. "Mau apa hidupnya? Ga mau punya pemimpin, ga mau diatur negara, ga ngerti agama", katanya. Pandangan matanya sinis ditujukan pada saya. Saya berusaha tetap senyum walaupun hati panas. Tiba-tiba ibu yang lain nyeletuk, sebut saja ibu Yatem."Saya liat di group wa  ada yang punya ektp lebih dari satu dan itu bukan manusia ternyata hewan kesayangan. Eh, kita manusia bikin ektp ga jadi jadi, heran deh".


Serasa dapat Ilham, ibu Tarsem bilang, "Jangan-jangan sekarang juga gitu. Surat suara satu orang bisa dibikin buat dua atau lebih. Dan surat suara yang tercoblos yang ramai diberitakan medsos bener. Jadi, sebenarnya suara kita  cuma formalitas". Ibu Tarsem langsung memandang saya. Akhirnya dia mengerti kenapa saya memilih untuk tidak menggunakan hak suara saya. Karena demokrasi hanya panggung sandiwara. Apapun bisa direkayasa asal sesuai kepentingan para stakeholder negara. 


Masihkah kita berharap pada sistem bobrok ini? Sudah saatnya kita beralih, kembali pada aturan Allah yang sempurna. 


Wallahu'alam bish shawab.

45Zahra

Ibu, Istri, Anak, Pribadi pembelajar yang sedang suka menulis.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak