Oleh: Rina Tresna Sari, S.Pd.I
(Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif)
Ditindih yang berat, dililit yang panjang. Itulah peribahasa yang menggambarkan kemalangan-kemalangan yang datang silih berganti yang tak bisa dihindari di sepanjang tahun 2018 yang baru saja berlalu meninggalkan kita.
Ya, 2018 adalah tahun penuh duka bagi Indonesia? Dimana musibah datang bertubi-tubi silih berganti. Diantaranya, pada tanggal 29 Juli 2018, gempa mengguncang Lombok dengan kekuatan 6.4 SR, kemudian disusul gempa lagi pada tanggal 5 Oktober 2018 dengan kekuatan 7 SR, korban tewas berjumlah 98, korban yang mengalami luka-luka 269 orang, dan 20.000 orang mengungsi karena rumah mereka rata dengan tanah. Kemudian, pada tanggal 20 Oktober 2018 Palu dan Donggala digunacang gempa 7,4 SR yang disusul tsunami dan likuifaksi yang mengakibatkan 2.073 orang meninggal, 680 orang hilang dan ribuan luka-luka.
Belum kering luka negeri ini, Indonesia kembali lagi berduka, Lion Air JT 610 hilang kontak dan ditemukan jatuh di perairan Karawang Jawa Barat. Seluruh penumpang dan awak pesawat Korban tewas berjumlah 189 orang. Dan di bulan Desember tanggal 22 tsunami melanda Banten dan Lampung, korban tewas berjumlah 426 orang, 7.202 orang mengalami luka-luka, dan 23 orang dinyatakan hilang. Masih belum habis rupanya bencana yang melanda,pada tanggal 30 Desember 2018, angin puting beliung melanda Cirebon tepatnya terjadi di Desa Panguragan Kulon, Kecamatan Panguragan, Kabupaten Cirebon, dampaknya dirasakan 1.198 jiwa.
Bahkan disela-sela malam pergantian tahunpun, negeri kita tercinta ini dirundung bencana longsor yang terjadi di Sukabumi pada tanggal 31 Desember 2018. Petugas gabungan mendata korban terdampak longsor di Sukabumi. Data sementara 15 orang tewas. Selain itu, ada puluhan korban lainnya yang diduga masih tertimbun di area longsor, Kampung Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Perlu kiranya kita menengok ke belakang, menganalisis apa penyebab kemalangan yang selalu menimpa di sepanjang tahun 2018 untuk kemudian kita bermuhasabah, dan mengambil pelajaran agar di tahun 2019 terjadi perubahan yang hakiki menuju Indonesia yang jauh lebih baik lagi.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Ar-Rum ayat 41, "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar".
Ayat tersebut merupakan muhasabah untuk kita semua agar mengintropeksi diri atas perbuatan yang telah dilakukan, kezaliman, kemaksiatan, ketidakadilan serta meremehkan hukum-hukum Allah.
Selain luka yang masih basah, ditambah lagi perekonomian yang semakin merosot, utang melambung tinggi, kesehatan serta pendidikan yang tidak merata, free sex di kalangan remaja, aborsi yang terjadi 2.5 juta tiap tahunnya, serta bola api perpolitikkan yang semakin memanas menambah deretan kemelut negeri.
Sistem Kapitalis demokrasi yang masih diagungkan oleh negeri ini, membuat segala lini kehidupan manusia diporakporanda tak berbekas. Saatnya kita kembali pada petunjuk hidup yaitu Al'Quran dan As-Sunnah, sebagai obat paten untuk negeri dari sang khaliq yang mendatangkan keberkahan hidup.
Bukankah bila kita kembali pada aturan yang telah ditetapkan oleh-Nya maka kita dijanjikan keberkahan dan kebahagian hidup, sebagaimana firman Allah SWT, "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi" (Al A'raf:96).
Allaahu a'lam bi ash-shawab.