Musibah dan muhasabah

Oleh: Silvia Anggraeni, S.Pd


Jumat 28 September 2018 adalah hari di mana sebuah cerita mengukir sejarah duka tanah air tercinta. Di saat duka atas derita korban gempa Lombok belum usai terurai. Kini Palu dan Donggala menjerit merasakan luka. Gempa dahsyat mengguncang bumi Sulawesi, disusul gelombang tsunami yang menyapu daratan serta likufaksi yang mengubah pemukiman warga tenggelam Tertelan bumi. Maha dahsyat kuasa Illahi dengan waktu yang sangat singkat wajah Palu dan Donggala porak poranda. Ribuan orang dinyatakan meninggal dan ribuan lainnya masih hilang. 


Gempa susulan masih terus dirasakan hingga menambah rasa trauma yang kian mendalam. Kehilangan sanak keluarga, harta benda dan kini banyak warga yang hidup dalam pengungsian dengan segala keterbatasan dan ketiadaan. Sulitnya akses jalan menuju lokasi membuat bantuan tak dapat di salurkan ke beberapa titik Pengungsian.


Betapa kecilnya kita sebagai makhluk ciptaanNya. Sedikit saja Allah hentakkan bumi ini luluh lantak sudah semua. Sungguh kejadian ini mengandung banyak hikmah di dalamnya. Inilah cara Tuhan semesta alam menyadarkan kita dari keterlenaan.


Musibah besar ini tentulah hanya sebagian kecil jika dibandingkan dengan dahsyatnya huru hara hari kiamat nanti. Betapa lemahnya manusia dan alam semesta ini, semua kejadian di depan mata kita seharusnya menyadarkan kita bahwa hanya atas izin Allah maka hingga saat ini kita masih bisa merasakan pergantian hari.


Dunia milik Allah sang maha pencipta. Ia yang menciptakan maka Ia lah yang berhak mengatur segala yang ada di dunia ini. Kita sebagai makhluk ciptaan Nya harus tunduk atas perintah Nya. Lalu mengapa Allah mengirimkan duka melalui bencana yang mengerikan? Adakah kita menyadari setiap musibah memiliki hikmah.


Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman.” (QS. Al Qhashash, 28 : 59)


Dalam surat lain Allah berfirman:


“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.”(QS. Hud : 117).


Sesungguhnya Allah menimpakan musibah dikarenakan kesalahan manusia itu sendiri. Masihkah kita berani melawan perintah Nya? Jikalau nyawa ini berada di genggam Nya. Waktu yang masih Allah beri sudah sepatutnya kita gunakan untuk mendapatkan Ridho Nya. Dengan menerapkan segala aturan hidup yang berasal dariNya dan menjauhi segala kedurhakaan padaNya. Inilah saatnya kita bangkit dan berbenah diri dengan menerapkan syariat Nya, agar Allah tak lagi murka.

Wallahu'alam bisshowab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak