Mahalnya Masa Depan Anak di Era Sekulerisme

Oleh : Mala Oktavia

(Pelajar SMAN 1 Bojonegoro)

Anak dan perkembangannya tak pernah lepas dari perbincangan publik. Anak yang tumbuh dan berkembangan pada lingkungan yang baik, diharapkan akan tumbuh menjadi pribadi yang baik pula. Berbeda jika anak tumbuh pada lingkungan yang kurang baik, besar kemungkinan anak akan menjadi pribadi yang nakal dan sulit dididik.

Di era modern seperti ini, orang tua dituntut kreatif dalam mendidik dan menumbuhkembangkan anak. Menjadi apa anak di masa depan, bergantung dari apa yang diajarkan orang tua pada saat ini. Namun faktanya, perkembangan anak menjadi remaja dan dewasa tak melulu karena didikan orang tua, lingkungan dan teknologi pun ikut andil di dalamnya. Bahkan peran mereka cukup besar dalam membentuk kepribadian anak-anak bangsa.

Globalisasi telah banyak mengubah wajah dunia, terlebih pada pola asuh anak yang semakin beragam. Hampir sepertiga hari, anak gunakan untuk memegang gawai dan mengutak-atik media sosial. Kedekatan orang tua dan anak hanya diukur dari seberapa banyak kuota internet dan kuatnya sinyal telepon. Akibatnya anak lebih mesra dengan teman dunia mayanya daripada orang tua. Ditambah tidak adanya controlling dari sistem pemerintahan menambah beban orang tua dalam mendidik anak.

Berbagai permasalahan timbul dalam dunia pengasuhan anak. Maraknya pergaulan bebas akibat sistem sekuler telah melahirkan generasi yang rusak bagi masa sekarang dan masa yang akan datang. Seperti dilansir dari data Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung. Temuan di salah satu daerah di Bumi Ruwa Jurai, Direktur PKBI Lampung, Dwi Hafsah Handayani menyebutkan, 12 siswi SMP di satu sekolah di Lampung diketahui hamil, terdiri dari siswa di kelas VII, VIII, dan IX.

Sementara, Dwi Hafsah Handayani juga membeberkan fenomena penjualan kondom dan alat tes kehamilan atau tespack di lingkungan sekitar kampus, sekolah, maupun kosan. Ia menyebut kondom dan tespack  termasuk produk yang laris manis di lingkungan sekitar kampus, sekolah, maupun indekos.

Merosotnya perilaku anak pun digambarkan dari akun-akun media sosial mereka. Alih fungsi media sosial dari sumber infomasi dan komunikasi menjadi tempat prostitusi dan penyimpangan fitrah. Seperti keterangan Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna, telah ditemukan grup Facebook gay siswa SMP/SMA di Garut. Laman grup FB itupun telah discreenshot dan menyebar di berbagai grup aplikasi pesan WhatsApp. Menurut Budi Satria Wiguna, dia akan melakukan penyelidikan mencari orang-orang di balik grup tersebut.

Media digital saat ini bukan hanya sebagai produk teknologi barat saja yang merupakan “madaniyah” tetapi juga sebagai alat sarat dengan “hadhoroh barat”. Penyusupan nilai-nilak kebebasan dan hedonisme telah menjangkiti anak. Inilah yang menjadikan gawai dan teknologi barat yang lain sebagai mesin perusak dan penghancur generasi muslim.

Tanyangan-tayangan TV dalam negeri kini ikut memberi kontribusi yang merusak pemahaman anak. Adegan-adegan yang tidak seharusnya dipertontonkan sekarang menjadi asupan sehari-hari anak. Sehingga tak sedikit anak yang ingin coba-coba mempraktikkan adegan serial TV mereka.

Masalah semakin diperparah dengan penerapan sistem sekuler, dimana sistm ini sendiri tidak akan mampu menyelesaikan masalah pergaulan bebas secara tuntas, bahkan menyimpan bom waktu masalah yang siap meledak untuk menghancurkan peradaban manusia.

Untuk itu orang tua harus bersikap tegas dan selektif dalam memberikan teknologi dan edukasi. Penanaman akidah dan penerapan Syari’at Islam kaffah dalam kehidupan anak merupakan pondasi yang sangat penting untuk dibangun oleh orang tua. Bagaimana seharusnya Islam mengatur setiap pergaulan anak dan tingkah lakunya.

Aktifnya pengasuhan instansi pendidikan dalam hal ini sekolah, juga tak lepas dalam membentuk pemahaman anak. Peran bapak ibu guru dalam mendidik murid-muridnya sebagai pihak orang tua kedua sangat membantu mengatasi rusaknya perilaku anak.

Umat/masyarakat juga dituntut menjadi bagian kehidupan yang menuntun dan mengontrol perilaku yang dapat merusak generasi masa depan. Umat yang paham penerapan Islam dalam diri setiap generasi muda tidak hanya menyelamatkan masa depan anak tetapi juga masa depan dunia. Di situlah Islam memiliki solusi tuntas menyelamatkan generasi dari pergaulan bebas dan mengelola media untuk penanaman akidah, ketaatan terhadap Islam dan pencerdasan umat tentang Islam sebagai ideologi.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak