Oleh: Nuria Fakih
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu visi dan misi yang termuat dalam Nawacita pemerintahan Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pembangunan kesehatan ini salah satu titik tekannya adalah membangun masyarakat sehat. Dan program pembangunan kesehatan ini pastinya juga akan menjadi program bagi daerah-daerah di Indonesia.
Sebagai bentuk apresiasi terhadap pelaksanaan program ini, pemerintah memberikan Anugrah Swasti Saba kepada kabupaten/kota sehat di Indonesia. Ada 3 kategori dalam penghargaan tersebut, yakni Swasti Saba Padapa (Pemantap), Swasti Saba Wiwerda (Pembinaan) dan Swasti Saba Wistara (Pengembangan). Secara teknis pelaksanaan Kabupaten/Kota Sehat melibatkan kementrian dan lembaga teknis serta Kemendagri sebagai pembina umum pemerintah daerah. (koran-jakarta.com)
Program Kabupaten/Kota Sehat atau KKS ini adalah program unggulan yang sudah menjadi agenda dua tahunan Departemen Kesehatan untuk mengakomodasikan dan mengkoordinasi berbagai program di tingkat kabupaten dan kota (dengan peran aktif masyarakat) sehingga dapat sinkron dan menjelma menjadi daya ungkit besar terhadap kriteria sehat pada segala sektor dan bidang.
Pengertian Kabupaten/Kota Sehat adalah suatu kondisi dari suatu wilayah yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni penduduknya dengan mengoptimalkan potensi ekonomi masyarakat yang saling mendukung melalui koordinasi Forum Kecamatan dan difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan masing-masing desa. (bappeda.gianyarkab.go.id)
Terkait program pembangunan kesehatan di daerah-daerah, pemerintah Kota Madiun telah meraih capain apik, terbukti dengan beberapa penghargaan yang diraih beberapa tahun terakhir. Masyarakat Kota Madiun patut berbangga karena berturut-turut Kota Madiun mampu meraih anugrah swasti saba. Pada tahun 2015 Kota Madiun mendapatkan Anugrah Swasti Saba Padapa dan di tahun 2017 meningkat predikatnya menjadi Anugrah Swasti Saba Wiwerda. Artinya ada 4 indikator Kota Sehat telah terpenuhi, yakni masyarakat mandiri hidup sehat, tata pemukiman dan sarana prasarana sehat sebagai indikator dasar serta pemenuhan ketahanan pangan dan gizi, dan juga lalu lintas yang sehat sebagai indikator pembinaan. (madiunkota.go.id)
Dan program Kota Sehat di Kota Madiun tidak akan berhenti hanya dengan verifikasi tingkat nasional dengan 5 tatanan saja, tetapi akan terus berproses mengikuti perkembangan pembangunan yang berjalan terus menerus guna mencapai visi Kota Madiun Sehat yaitu “Terwujudnya Kota Madiun Sehat, Sejahtera, dan Mandiri“. Untuk mendukung terwujudnya visi Kota Madiun, maka Forum Kota Madiun Sehat akan terus mendorong masyarakat untuk lebih aktif dan berperan dalam pembangunan sehingga bisa berhasil guna dan berdaya guna. (gemmmas.madiunkota.go.id)
Capaian apik dari Kota Madiun ini akhirnya menarik daerah lain, buktinya Forum Kota Sehat Kota Bandung datang berkunjung. Tujuannya untuk saling belajar terkait Kota Sehat. (madiunkota.go.id)
Dengan melihat capaian Kota Sehat yang diraih Kota Madiun dengan 4 indikatornya yaitu masyarakat mandiri hidup sehat, tata pemukiman dan sarpras sehat, pemenuhan ketahanan pangan dan gizi serta lalu lintas sehat. Dan dengan melihat visi Kota Madiun sehat untuk mewujudkan masyarakat sehat, sejahtera dan mandiri maka akan terkait dengan bagaimana gaya hidup masyarakatnya, bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakatnya, bagaimana tata kota nya serta pelayanan terhadap masyarakatnya.
Kota Madiun sebagai kota yang mandiri dan berkembang sekaligus sebagai pusat karesidenan dari daerah Magetan, Ponorogo, Ngawi dan Pacitan menjadikan Kota Madiun sebagai kota dengan tingkat kegiatan ekonomi yang paling besar sehingga banyak orang dari daerah lain
yang datang ke Kota Madiun. Hal ini juga didukung dengan letak Kota Madiun di tengah-tengah antara Surabaya dengan Yogyakarta sehingga banyak orang yang transit di Kota Madiun. Sebagai kota transit pada jalur selatan yang menghubungkan kota-kota di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat menjadikan Kota Madiun sebagai kota yang sangat cocok dan menarik untuk mengembangkan sektor industri, perdagangan, jasa maupun angkutan. Hal ini tampak dari keberadaan sarana dan prasarana di Kota Madiun yang dapat melayani kepentingan dalam skala regioanal dan nasional seperti pendidikan, kesehatan serta komoditi hasil produksi industri. Salah satu sarana yang mendukung peranan perekonomian dalam skala regional adalah jaringan jalan yang kondisinya sangat baik untuk menghubungkan Kota Madiun dengan daerah diluar Madiun yaitu Magetan, Nganjuk, Ponorogo, Ngawi dan Kediri. (Ciptakarya.pu.go.id)
Kegiatan ekonomi yang tinggi menjadikan Kota Madiun menjadi kota yang mandiri dan berkembang sehingga berimbas pada munculnya banyak hotel, mall, klub malam, kafe, dan rumah makan sehingga akhirnya memunculkan perubahan gaya hidup di masyarakat Madiun. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa alasan gaya hidup sebagai motif maraknya pergaulan bebas, jadi hanya karena tergiur materi seseorang bisa terjerumus pada pergaulan bebas (m.semarang pos.com).
Dengan maraknya pergaulan bebas maka semakin marak pula kasus hamil pra nikah, aborsi dan penularan penyakit HIV/AIDS atau penyakit kelamin lainnya. Ungkap Kepala Dinkes Kota Madiun, tren penyebaran penyakit HIV/AIDS di Kota Madiun cenderung diakibatkan karena hubungan sex yang tidak sehat yakni sering berganti-ganti pasangan menyumbang hingga 49%. Dinkes Kota Madiun mencatat, sejak tahun 2004 sampai akhir Juli 2016 telah ditemukan 248 orang positif mengidap penyakit HIV/AIDS (m.rri.co.id). Namun kasus HIV/AIDS merupakan fenomena gunung es dimana kasus yang diungkap hanya bagian luarnya, yang belum terungkap masih sangat banyak.
Selain maraknya pergaulan bebas dan efek turunannya, kasus miras juga marak sebagai imbas dari semakin banyaknya fasilitas dunia malam di Kota Madiun. Selama operasi pekat Semeru 2018, Polres Madiun berhasil mengungkap 205 kasus, diantaranya kasus pencurian dengan kekerasan, pencurian dengan pemberatan, prostitusi, judi, narkoba dan penyumbang terbanyak adalah miras dengan 120 kasus (Jatimpos.co).
Belum lagi masalah kemiskinan di Kota Madiun, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun mencatat angka kemiskinan di Kota Madiun selama tahun 2016 meningkat 0.27% dibanding tahun 2015. Secara total tahun 2016 angka kemiskinan mencapai 9050 orang (m.rri.co.id). Padahal saat ini kehidupan ekonomi semakin sulit, dengan kebutuhan hidup yang sangat tinggi bisa jadi akan memunculkan orang miskin baru. Hal ini menunjukkan bahwa tingginya kegiatan ekonomi di Kota Madiun ternyata belum merata dirasakan individu masyarakat.
Inilah sedikit gambaran masyarakat di Madiun, gambaran fakta nyata di lapangan. Dibalik Anugrah Swasti Saba Wiweda yang dicapai Kota Madiun ternyata masih banyak persoalan yang menyelimutinya. Keberhasilan Kota Sehat tidak benar-benar menyentuh level bawah yakni individu masyarakat. Berbeda dengan Islam yang memiliki perhatian tinggi kepada tiap individu masyarakat, Islam punya aturan yang khas yang mengatur pergaulan sehingga terjaga betul interaksi laki-laki dan perempuan agar tidak terjerumus di dalam pergaulan yang bebas. Dan yang terpenting ada sanksi tegas yang diberikan kepada pelanggar aturan Islam, hal inilah yang akan memberikan efek jera sehingga kriminalisasi bisa ditekan pada titik terendah. Di dalam Islam ada aturan yang mengatur kegiatan ekonomi, pengaturan dilakukan agar distribusi harta merata di tengah masyarakat dan tidak bertumpu pada segelintir orang sehingga jurang antara si miskin dan si kaya tidak terbuka lebar. Islam memperhatikan betul kebutuhan setiap individu sehingga kemiskinan dapat dihindari. Begitulah, program yang digagas Islam akan memberikan hasil sampai pada level bawah yakni keberhasilan yang bisa dirasakan individu bukan hanya sekedar angka atau predikat semata karena sumber programnya berasal dari Al Khaliq pencipta manusia yang maha mengetahui solusi yang tepat bagi permasalahan hambaNya.