Gadget Bikin Greget

Oleh: Devi Novita 

(Pemerhati Remaja Kota Batu) 


Game mobile legends tahun lalu mendadak menjadi perbincangan dikalangan para remaja, cowok maupun cewek. Ada yang bilang, permainan ini cukup berbahaya. Ternyata memang bikin ketagihan sampai lupa segalanya. Ujungnya banyak menelan korban sampai ada yang meninggal dunia.


Lain dulu lain sekarang. Game online bukan lagi primadona di kalangan remaja. Kini gadgetlah yang tak bisa lepas dari tangan. Berbagai aplikasipun dihadirkan untuk membuat remaja berlama-lama di depan HP pintarnya. 


Facebook, youtube, instagram, bahkan sampai WhatsApp pun hari ini menjadi aplikasi wajib di gadjet kaum muda.  Sebenarnya, tak masalah jika yang ada didalamnya adalah kebaikan. Sayangnya aplikasi yang diunduh hanyalah aplikasi yang mendukung mereka untuk bisa mengikuti challenge-challenge tak berfaedah hingga yang paling bikin ngeri sosial media digunakan untuk obrolan-obrolan, share gambar-gambar dan video adegan dewasa, dan ternyata yang beginilah yang paling banyak diminati remaja. 


Betul memang remaja saat ini sangat antusias terhadap berbagai tantangan yang ada. Tapi jika tak diarahkan dalam kebaikan, pasti kehancuran generasi di depan mata. Lihat saja, beberapa bulan terakhir tercatat fakta yang cukup mengejutkan terkait perkembangan remaja hari ini. Pekanbaru diakhir bulan September lalu menemukan bahwa di salah satu SMP ada 56 anak yang menyayat tangannya sendiri karna mengikuti tantangan yang tersebar di WhatsApp dan Instagram (Jawapos.com). Medan ikut dikejutkan pula dengan adanya kabar seorang remaja wanita yang terjatuh ketika melakukan gerakan kiki challenge hingga ia mengalami retak tulang tengkorak sampai terjadi pendarahan di otak (tribunnews.com)


Sungguh amat disayangkan jika potensi luar biasa yang dimiliki remaja hari ini tidak diarahkan sebagaimana mestinya. Nyatanya sistem sekuler liberal yang disuntikkan barat hari ini sukses membuat mereka terperosok ke dalam jurang kehancuran hanya melalui sebuah media. Dunia mereka dipenuhi kebebasan berekspresi yang kian hari tak bisa dikalahkan. Bahkan sampai mengabaikan syari’at Ilahi. Prinsipnya asal bisa eksis, apapun akan dilakukan meski nyawa menjadi taruhan.


Padahal Islam memandang media bukan sebagai alat untuk merusak generasi seperti saat ini. Sebaliknya, media akan digunakan untuk melejitkan potensi generasi yang nantinya akan memajukan peradaban yang mulia. Negara yang menggunakan syari’at Islam sebagai aturan kehidupan akan mengawasi dan segera menindak konten-konten negatif yang beredar ditengah-tengah masyarakat untuk menjaga aqidah kaum muslim. Remajapun akan dijauhkan dari aktivitas sia-sia yang tak berfaedah bagi kehidupannya.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak