Program Jabar "Nyaah ka Indung", Benarkah Menjadi Solusi bagi Ibu Kurang Beruntung?



Oleh Ai Hamzah



Belum lama ini gubernur Jawa Barat mengeluarkan program "Nyaah ka Indung", sebagai bentuk kepedulian terhadap ibu ibu di Jawa Barat yang dianggap tidak beruntung, atau kekurangan. Dalam pidatonya, ia menegaskan bahwa memuliakan ibu bukan hanya tindakan mulia, tetapi juga sumber kebahagiaan sejati dalam hidup. Ia berharap seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat dapat menghidupkan kembali nilai-nilai kasih sayang terhadap ibu yang menjadi pondasi budaya Sunda. Program ini pula digadang-gadang akan meringankan beban para ibu yang hidup kekurangan. Dengan memberikan bantuan baik secara moril ataupun materi. Program ini nantinya akan memberikan perhatian khusus, baik itu berupa bantuan, serta pendampingan dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Dimana dalam program ini nanti akan melibatkan aparat pemerintahan, ASN dan BUMD yang berperan sebagai ibu asuh.

Pemerintah Kota Bogor pun mulai menggelar rapat perencanaan pelaksanaan program “Nyaah Ka Indung” sebagai tindak lanjut dari instruksi Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. 
Program ini merupakan gerakan sosial yang menempatkan peran ibu sebagai pusat perhatian dan penghormatan dalam kehidupan masyarakat. Fokus utama rapat adalah membahas skema implementasi dan dukungan teknis yang dibutuhkan agar program ini dapat dijalankan secara optimal di Kota Bogor. Radar Bogor, 14 April

Dan program ini pun akhirnya diresmikan oleh wali kota Bogor bertepatan dengan hari Kartini. Dalam Kesempatan ini, Wali Kota Bogor Meluncurkan dan Mensahkan Program "Bogor Nyaah Ka Indung" yang ditujukan untuk kaum perempuan yang sudah renta dan tidak berdaya. Tepat tanggal 21 April 2025 Dedi Rachim, meluncurkan Program Bogor Nyaah Ka Indung. Yang mana fokus program ini adalah memberikan perhatian khusus kepada kaum perempuan yang sudah tua, dalam bentuk sembako, kunjungan kasih atau bantuan kecil lainnya dari ASN di wilayah masing-masing. Yang melibatkan para Lurah dan OPD untuk identifikasi dan menyampaikan bentuk perhatian tersebut disertai didokumentasikan. Program ini akan menjadi program rutin dan akan menjadi dasar perbaikan kebijakan. kota.bogor.go
id, 21 April 2025

Ibu dalam Cengkeraman Kapitalis 

Cengkraman kapitalis saat ini membuat ibu tidak banyak bergerak untuk kehidupan keluarga dan anak-anaknya. Kehidupan yang semakin terjepit memaksa para ibu untuk keluar dari kodratnya. Dengan dalih emansipasi wanita dan kesetaraan gender, digaungkan berbagai profesi dan kedudukan yang menggiurkan sebagai solusi dari kehidupan yang sempit. Tak ayal saat ini banyak para ibu yang lebih memilih berperan ganda sebagai penopang kehidupan. Terlebih ekonomi yang carut marut membuat para ibu pun menjadi tidak ada pilihan dalam kondisi yang lain. Dan akhirnya pasrah menerima kondisi yang ada.

Peran ibu yang ganda menjadi bumerang bagi ibu. Kondisi yang tidak bisa dipungkiri, keluarga yang seharusnya dimana ibu menjadi peran utama didalamnya, kini peran itu bergeser dan keluarga hanya sebagai tempat labeling "ibu", dimana julukan ibu itu berada. Akibatnya keluarga menjadi korban, sehingga tak heran saat ini terdapat keluarga keluarga yang kekurangan, bahkan miskin baik secara ekonomi ataupun pendidikan. 

Mau tidak mau, suka tidak suka memaksa ibu harus menguras seluruh energinya demi keberlangsungan kehidupan. Kondisi ini membuat ibu tidak bisa berbuat banyak, dan taruhannya adalah keluarga bahkan dirinya sendiri. Mental illness menjadi penyakit yang menjamur dikalangan para ibu. Menjaga agar tetap waras menjadi barang mahal bagi ibu. Bahkan akibatnya bisa terjadi kematian baik bunuh diri atau menjadi korban pembunuhan. Nauzubillah...

Dalam hal ini anakpun menjadi korban ketidak warasan seorang ibu. Tindak kriminal ibu terhadap anak anak ataupun pasangan kerap kali tersiar di media sosial dan televisi. Bahkan  apa yang dilakukan ibu kriminal ini diluar nalar manusia. Menganiya anaknya secara fisik hingga merenggut jiwa si anak. Atau dengan sengaja menyerahkan keperawanan anak gadisnya kepada lelaki hidung belang, bahkan kepada ayah tirinya. Demi materi yang ingin didapatkan nya. Naluri seorang ibu pun kini telah hilang, berganti dengan bagaimana caranya untuk meraih materi demi memenuhi kebutuhan hidupnya. Jeratan kapitalisme sekularisme yang diusung negara hari ini membuat muslimah terkungkung dengan hidup yang berat serta jauh dari agama. 

Program Jabar Nyaah ka Indung 

Program ini dicanangkan oleh gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. Menurut Dedi, sasaran utama program ini adalah ibu-ibu yang hidup dalam kemiskinan, ditinggalkan suaminya, atau harus menanggung beban hidup berat di usia senja. Langkah ini sebagai upaya untuk meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan kaum ibu, terutama ibu-ibu yang mengalami nasib kurang beruntung dibanding yang lain. Kompas com, 11 April 2025.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, meluncurkan program sosial bernama "Jabar Nyaah ka Indung" yang melibatkan ASN dan pegawai BUMD di seluruh wilayah Jawa Barat. Program ini bertujuan untuk membantu kaum ibu, terutama mereka yang hidup dalam kondisi kurang mampu. Fokus program ini adalah terhadap isu ibu-ibu yang menghadapi kesulitan hidup, seperti kemiskinan, ditinggal pasangan, atau menanggung beban hidup di usia tua. Inisiasi ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan serta kebahagiaan para ibu yang selama ini kurang mendapat perhatian dan juga menjadi gerakan kolektif yang berdampak luas bagi kesejahteraan sosial. Program ini akan terus dilanjutkan hingga ke tingkat desa, dimana kepala desa se-Jabar dapat merawat ibunya atau merawat ibu angkat lanjut usia yang tinggal di wilayah masing-masing.

Jabar Nyaah ka Indung seakan akan menjadi angin segar bagi para ibu yang tidak beruntung. Dengan aksi kepedulian sosial ini berharap para aparatur pemerintah ASN dan BUMD menjadi sosok yang perhatian terhadap ibu yang kekurangan dilingkungan sekitarnya. Sehingga ibu ibu yang tidak beruntung tadi diharapkan hidup lebih sejahtera dan berkecukupan. 

Pandangan Ibu Menurut Islam 

Didalam Islam kedudukan ibu sangatlah penting dan mulia, oleh karena itu diperlukan beberapa aspek yang menunjang. Sehingga kedudukan ibu tetap pada posisinya. 

1. Keluarga; peran keluarga sebagai penunjang kedudukan ibu tentu sangatlah vital, dimana kedudukan ibu disini bagaikan jantung yang setiap kali berdetak sesuai dengan ritmenya. Andai saja jantung itu berdetak tidak sesuai dengan ritmenya maka seluruh tubuh akan merasakan pengaruhnya. Begitupun dengan ibu yang kondisinya tidak ideal maka akan sangat berpengaruh kepada seluruh keluarga. Sehingga disini pentingnya untuk memperhatikan kesehatan ibu secara fisik dan mental. Karena sebagai seorang perempuan dalam sebuah keluarga maka seorang perempuan berperan sebagai istri, ibu, atau anak.

Secara syariat, perempuan dipilih Allah untuk menjadi pemimpin dalam rumah suaminya dan memimpin anak-anaknya (ummun wa rabbatul bait, yakni sebagai ibu dan pengelola rumah suaminya). Sebagaimana hadis Rasulullah saw., “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang imam adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawabannya. Laki-laki adalah pemimpin atas keluarganya dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya. Seorang perempuan memimpin rumah suaminya dan anak-anaknya. Ia akan ditanya tentang kepemimpinannya.“ (HR Bukhari)

Sehingga hukum asal seorang perempuan adalah ibu dan pengatur rumah suaminya. Dan ini merupakan kehormatan yang wajib dijaga. Sungguh luar biasa Islam memberikan posisi yang sangat mulia bagi seorang perempuan. Oleh karena itu sudah seharusnya kaum perempuan berbahagia dengan posisi dan tanggung jawab yang diberikan oleh Allah Taala ini.

2. Lingkungan; dalam hal ini seorang ibu menjalankan perannya sebagai Ummu Ajyal (ibu generasi) dimana akan membebaskannya dari siksa neraka. Sesungguhnya, Islam sebagai din yang lengkap dan sempurna telah menempatkan sosok ibu dalam posisi yang sangat tinggi. Fungsi ibu bukan hanya bersifat biologis, melainkan juga bersifat strategis dan politis. Oleh karenanya, Islam juga menuntut agar kaum perempuan benar-benar menjalankan fungsi keibuan ini dengan sebaik-baiknya dan optimal. Dengan demikian, sekalipun Islam mengatur tugas dan peran kaum perempuan sebagai anggota masyarakat, tetapi tugas dan peran tersebut tidak boleh mengalahkan peran dan fungsi utamanya sebagai ummu ajyal, ibu generasi. 
“Barang siapa yang mendapat ujian atau menderita karena mengurus anak-anaknya, kemudian ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya akan menjadi penghalang baginya dari siksa neraka.” (HR Bukhari-Muslim dan Turmudzi). 
Jika ingin menghancurkan sebuah peradaban, maka rusaklah para wanitanya. Begitulah musuh-musuh Islam menancapkan jargonnya. 

3. Negara; dalam hal ini peran negara tidak kalah penting, posisi ibu yang mulia ini sangat bergantung kepada sistem yang diterapkan. Bagaimana negara memberikan fasilitas fasilitas yang menunjang kehidupan. Dalam hal ini negara akan membuka lapangan kerja yang seluas luasnya bagi kepala keluarga, sehingga kebutuhan hidup keluarga terpenuhi dengan baik. Hal ini akan mencakup jaminan penyediaan nafkah bagi perempuan sehingga mereka tidak ditekan untuk mencari nafkah dan mengganggu tugas-tugas penting mereka terhadap anak-anak dan keluarga mereka. 
Sebagai contoh, jika seorang perempuan tidak memiliki kerabat laki-laki yang mendukungnya, di bawah Islam, negara berkewajiban menyediakannya. Oleh karena itu, hukum Islam yang dilaksanakan di bawah sistem Khilafah mendukung para ibu dalam memenuhi kewajiban vital mereka, yaitu merawat dan membesarkan anak-anak mereka, serta menjaga rumah mereka. Mereka juga menjamin keamanan finansial bagi perempuan dan memastikan bahwa mereka tidak pernah ditinggalkan untuk mengurus diri mereka sendiri dan anak-anak mereka, atau dibiarkan menderita kesulitan keuangan.

«مَنْ تَرَكَ مَالاً فَلأِهْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا فَإِلَيَّ وَعَلَيَّ» (رواه مسلم)

Nabi saw. bersabda, “Jika seseorang meninggal (di antara kaum muslim) meninggalkan beberapa harta, harta tersebut akan diserahkan kepada ahli warisnya; dan jika ia meninggalkan utang atau tanggungan, kami akan mengurusnya.” (HR Muslim).
Pandangan Islam tentang rasa hormat yang besar—yang pantas diberikan terhadap peran keibuan dan posisi pentingnya dalam kehidupan keluarga dan masyarakat—dijaga di bawah kekuasaan Islam. Hal ini membentuk pola pikir warga negara terhadap peran vital perempuan ini. 

Status ibu yang tidak tertandingi ini dinikmati di bawah naungan Islam sepanjang sejarah Khilafah. Pada masa Kekhalifahan Utsmani, misalnya, peran strategis ibu meningkatkan posisi perempuan dalam masyarakat. Para ibu dihormati dan diperlakukan dengan sangat hati-hati oleh anak-anak mereka. Sebagai balasannya, para ibu menghujani anak-anak mereka dengan cinta dan kasih sayang yang sangat besar.

Abdullah bin Abbas ra., seorang sahabat Nabi saw. dan ilmuwan Islam yang hebat, pernah berkata, “Aku tahu tidak ada perbuatan lain yang membawa seseorang lebih dekat kepada Allah daripada perlakuan baik dan hormat terhadap ibunya.”
Sistem pendidikan dan media Khilafah, serta lingkungan Islam umum masyarakatnya, akan membantu para ibu muslimah dalam tanggung jawab besar mereka untuk membesarkan anak-anak mereka agar menjadi pribadi Islam yang kuat dan para hamba Allah yang taat. Oleh karenanya, warga negara yang jujur merupakan sumber kebaikan bagi komunitas mereka.

Di bawah kekuasaan Islam, hal ini menanamkan dalam diri perempuan suatu rasa yang sangat besar tentang tugas penting mereka sebagai penjaga rumah dan pengasuh anak-anak mereka. Mereka melakukannya dengan kesungguhan dan kepedulian yang paling serius. 
Kesehatan juga menjadi point penting bagi negara. Sehingga penguasa akan menjamin agar kesehatan ibu tetap terjaga. Dalam hal ini negara harus memastikan ibu memiliki akses dengan mudah terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, termasuk layanan kehamilan, persalinan, dan perawatan anak.

Syariat Islam juga menciptakan unit keluarga yang kuat dan terpadu. Dengan demikian, hanya Khilafah—yang menerapkan Islam secara komprehensif—yang akan mengembalikan status besar yang layak dimiliki ibu dalam suatu masyarakat, memastikan terjaminnya hak dan pengasuhan efektif bagi anak-anak, serta melindungi kesucian dan keharmonisan kehidupan keluarga

Wallahu alam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak