Safda Sae, S. Sosio
Aktivis Dakwah Kampus
Konsumsi makanan yang seharusnya bergizi, justru sebaliknya di Kota Bogor makanan beracun. Jumlah korban keracunan yang diperkirakan akibat mengkonsumsi makanan bergizi gratis (MBG) di Kota Bogor bertambah menjadi 210 siswa yang mana jumlah ini berdasarkan perkembangan kasus hingga 9 Mei 2025. Sedangkan, Dinas Kesehatan Kota terkait masih melakukan penyelidikan epidemiologis untuk mencari sumber keracunan, serta berkoordinasi dengan pihak sekolah dan instansi terkait dalam upaya penanganan, pengambilan sampel. Hingga saat ini, hasil uji laboratorium sampel makanan belum diumumkan. Sekitar 210 orang yang diduga keracunan berasal dari delapan sekolah. Mereka mendapat MBG dari satu SPPG yang sama. (Cnnindonesia.com, 11/05/2025)
Program makanan yang bergizi agar memastikan para peserta didik dipastikan makanan yang dikonsumsi adalah bergizi. Namun, yang terjadi adalah sebaliknya. Program MBG sendiri sangat besar digelontorkan alokasi anggaran sebesar Rp71 triliun dari APBN 2025. Program tersebut menjadi program pertama dalam Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC).
Sedangkan dalam MBG dikenal terdapat Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), yaitu pihak yang menjadi dapur umum atau yang menjadi tempat produksi makanan bergizi yang tersebar di 26 provinsi di Indonesia. Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah titik lokasi SPPG terbanyak di Indonesia, yakni total 57 titik lokasi SPPG yang dijalankan. Konsep dapur umum tersebut bekerja sama dengan satuan koperasi, yayasan, hingga perusahaan perseroan terbatas di wilayah terkait.
Begitu pula, SPPG ini bekerja sama dengan seorang ahli gizi dan seorang akuntan dalam rangka memastikan pengawasan ketat terhadap kualitas gizi dan kelancaran proses pendistribusian makanan bergizi. Selain itu, memastikan kecukupan gizi dalam setiap porsi MBG. SPPG memiliki wewenang dalam mengawasi standar kebersihan, pengelolaan gizi, dan pengolahan limbah pada setiap dapur dengan ketat. Menu makan siang bergizi akan berganti sesuai dengan jadwal yang telah disiapkan SPPG.
Namun, meskipun sudah dipastikan ternyata masih kecolongan dan terjadi keracunan siswa. Sehingga, yang perlu dipertanyakan apakah benar sudah dipastikan dengan teliti?. Jika sudah, seharusnya tidak mungkin terjadi keracunan. Maka, keracunan MBG terjadi akibat industri kapitalis yang lebih mengutamakan keuntungan daripada keselamatan dan kesehatan masyarakat. Proyeksi keuntungan yang sebesar-besarnya dan dengan modal seminim-minimnya.
Negara berlepas tangan bahkan mengusulkan asuransi MBG yang makin menunjukkan komersialisasi risiko, bukan solusi preventif.
Negara yang menerapkan sistem Kapitalisme gagal menjamin kualitas gizi generasi, karena dengan adanya pasar bebas membiarkan produk-produk berbahaya beredar luas tanpa kontrol ketat oleh negara. Sehingga, sampai kapan pun bahaya akan mengintai masyarakat negeri ini. Tidak ada yang menjamin apa yang beredar di pasaran baik dan layak di konsumsi masyarakat.
Khilafah Islamiyah hadir sebagai solusi sistemik, mengatur ekonomi dan kehidupan rakyat berdasarkan syariat Islam yang berorientasi pada kemaslahatan.Khilafah bertanggung jawab penuh atas keamanan pangan dan gizi masyarakat, bukan diserahkan kepada mekanisme pasar atau korporasi. Sehingga pemenuhan kebutuhan masyarakat adalah pelayanan dan jaminan yang diberikan kepada masyarakat dan bukan berorientasi pada keuntungan tapi orientasi pada kemaslahatan.
Tags
Opini