Oleh: Alya Izdihar Ummu Hasan Waldan
(Guru dan Aktivis Muslimah)
Kesucian bulan Ramadan yang sedang dijalani kaum muslimin terusik dengan gelombang serangan udara yang mengakhiri gencatan senjata di Gaza menandai eskalasi besar dalam konflik Zionis-Palestina.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa serangan ini "baru permulaan" dan akan terus berlanjut hingga Israel mencapai tujuan perangnya, yakni menghancurkan Hamas dan membebaskan seluruh sandera yang ditahan oleh kelompok militan tersebut.
Negosiasi gencatan senjata lebih lanjut, kata Netanyahu dalam pidato televisi Selasa (18/3/2025) malam, akan berlangsung "di bawah tembakan". Ini adalah pernyataan pertamanya setelah serangan yang menewaskan lebih dari 400 orang dalam satu hari, menjadi hari paling berdarah sejak awal perang pada 2023.
"Hamas sukepadadah merasakan kekuatan tangan kami dalam 24 jam terakhir, dan saya ingin berjanji kepada Anda dan mereka bahwa ini baru permulaan," ujar Netanyahu, sebagaimana dikutip The Guardian.
CNBCIndonesia (19-03-2025)
Serangan yang dilakukan pasca-gencatan senjata ini dilakukan siang dan malam saat kaum muslimin di palestina harus berpuasa dalam kondisi mendapat serangan bertubi- tubi. Para ibu meratapi tubuh anak-anak mereka yang berlumuran darah sementara pesawat tempur terus berdengung di langit. Dokter berjuang keras menangani arus korban yang terus berdatangan.
Korban tewas termasuk pejabat tinggi Hamas, termasuk pemimpin politik tertinggi di Gaza dan beberapa menteri, selain banyak perempuan dan anak-anak, menurut pejabat Palestina.
Urusan Palestina, tak selesai dengan Gencatan Senjata.
Tanah Palestina keseluruhannya adalah milik kaum muslimin. Dan wajib hukumnya setiap muslim, yang mengaku beriman kepada Allah SWT dan Rasulullah Saw, untuk membela kepentingan kaum muslimin di Palestina keseluruhannya.
Yahudi adalah kaum pengkhianat yang tidak mengindahkan apa pun kecuali sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah, Yang Maha Benar dan Maha Perkasa.
﴿فَإِمَّا تَثْقَفَنَّهُمْ فِي الْحَرْبِ فَشَرِّدْ بِهِمْ مَنْ خَلْفَهُمْ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ﴾
“Jika kamu menemui mereka dalam peperangan, maka cerai beraikan orang-orang yang di belakang mereka dengan (menumpas) mereka, supaya mereka mengambil pelajaran” (QS al-Anfal [8]: 57).
Tidak ada yang dapat menghalangi mereka kecuali “Khandaq” baru yang mencabut akar-akar mereka, dan “Khaibar” yang akan kembali membinasakan mereka sebagaimana kaum Tsamud telah dibinasakan.Jika tidak demikian, maka sesungguhnya mereka telah terbiasa melanggar perjanjian, dan sekarang mereka melakukannya sehingga gencatan senjata merupakan narasi pembodohan kaum muslimin.
Para penguasa negeri muslim menyerukan kepada Amerika dan masyarakat internasional untuk menekan Yahudi, pada waktu bersamaan Amerika adalah pihak yang mendukung Yahudi. Adapun para penguasa itu sendiri, mereka mencukupkan diri merasa puas dengan mengutuk dan perundingan diplomasi. Seolah-olah kecaman dan perundingan akan menghidupkan kembali seorang syahid, mendatangkan kesembuhan untuk orang yang terluka, atau membebaskan satu jengkal tanah dari Jalur Gaza.
Masyarakat internasional harus peduli untuk menghentikan kebiadaban ini yang telah menargetkan anak-anak, wanita, dan orang-orang yang tidak berdosa, dan hari ini hal itu tercermin dalam tindakan tersebut membuat kelaparan dengan mengakibatkan kematian ratusan orang, termasuk wanita dan anak-anak.
Begitulah, pemimpin negeri-negeri muslim yang ada di sekitar Palestina hanya bisa diam dan mengutuk agresi biadab Yahudi dan kejahatan-kejahatan mereka yang terus berlanjut terhadap Jalur Gaza, tanpa menggerakkan pasukan atau mengangkat senjata.
Umat Islam Palestina tidak boleh takut menghadapi kejahatan Zionis yang dibeking AS. Ramadan yang suci seharusnya digunakan untuk menguatkan tekad dalam perjuangan melenyapkan penjajahan zionis. Umat Islam tidak boleh lagi berharap pada solusi bohong yang ditawarkan Barat dan narasi-narasi sesat soal perdamaian.
Yahudi tidak pernah mengenal kata perdamaian yang mereka takuti adalah jika diperangi. Entitas zionis adalah muhariban fi'lan yang wajib dihadapi hanya dengan bahasa perang yang akan efektif dan menjadi jawaban solusi tepat jika di bawah komando seorang khalifah. Sebagaimana Allah berfirman dalam QS At-Taubah: 38, “Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu, ‘Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah’ kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.”
Maka, penegakkan Khilafah adalah kewajiban utama yang menjadi agenda umat Islam. Sehingga kaum muslim memiliki perisai/pelindung untuk seluruh manusia di muka bumi.
Wallahu 'alam bish showwab
Tags
Opini
