Kesehatan yang Merata Terwujud dalam Kepemimpinan Islam




Oleh Yuli Cantayani, S.E.
(Ibu Rumah Tangga, Aktivis Muslimah)




Akses dan pelayanan kesehatan yang baik merupakan salah satu hak dasar bagi setiap manusia. Namun, sayangnya hak itu saat ini tidak bisa dirasakan setiap manusia, terutama masyarakat yang hidup di pedesaan atau pedalaman.

Problem Kesehatan di negeri ini masih banyak sekali, diantaranya fasilitas dan nakes tidak merata, berbiaya mahal/komersialisasi, dan lain-lain. Sehingga alih-alih mendapat layanan terbaik, tidak semua warga negara bisa mengakses layanan kesehatan.

Sebagaimana yang terjadi di Kalimantan Tengah kurangnya nakes terutamanya dokter yang jumlahnya sedikit. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Suyuti Syamsul, menegaskan kebutuhan dokter saat ini masih banyak. Lantaran apabila mengikuti rasio baru, setiap seribu penduduk, memerlukan satu orang dokter.

Dengan penduduk Kalimantan Tengah berjumlah sekitar 2,7 juta jiwa, sehingga memerlukan 2.700 dokter. Namun saat ini, jumlah dokter hanya ada 800 orang, sehingga masih memerlukan sekitar 1.900 dokter lagi untuk mencapai ideal. (RRI.co.id, 1/10/2024)

Selain itu, fasiltas kesehatan juga tidak merata hingga ke pelosok-pelosok negeri. Sehingga warga yang tinggal di pedesaan masih melakukan self medication, yaitu pengobatan mandiri tanpa konsultasi ke tenaga kesehatan. Sebagaimana dilansir di GoodStat.id pada 6 Juni 2024 “80% warga desa masih melakukan pengobatan sendiri’.

Kapitalisme Gagal Mewujudkan Pemerataan Kesehatan

Banyaknya masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dikarenakan adanya salah tata kelola jaminan kesehatan saat ini. Pelayanan kesehatan saat ini disediakan sebagai jasa komersil. Sistem kapitalisme memang akan mengomersilkan apapun yang bisa mendatangkan keuntungan, meskipun hal itu merupakan kebutuhan publik. Kesehatan justru dikapitalisasi atau menjadi industri. Bisa dipastikan narasi pemerintah soal anggaran kesehatan yang diprioritaskan dan upaya peningkatan standarisasi profesi kesehatan sejatinya bukan untuk rakyat, melainkan demi melayani kepentingan korporasi.

Demi mewujudkan tujuan tersebut kapitalisme akan menihilkan peran negara, karena itu kepemimpinan kapitalisme menjadikan penguasa abai terhadap perannya sebagai raa’in. Negara hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator. Akhirnya konsep negara seperti ini menghasilkan pemimpin yang tidak memiliki tanggungjawab terhadap dirinya sebagai pemimpin. Mereka hanya akan menjadi pemimpin yang populis demi pencitraan seolah-olah sudah mengurus rakyat. Mereka hanya jadi pemimpin yang minim empati kepada rakyat, padahal rakyat sudah menjerit kesakitan akibat pelayanan fasilitas kesehatan yang tidak memadai. Begitu menderitanya rakyat dipimpin oleh kepemimpinan kapitalisme.

Kepemimpinan Islamlah Satu-Satunya Solusi
Kesehatan adalah kebutuhan dasar publik yang wajib disediakan negara. Jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat ini hanya mungkin terwujud dalam sistem kepemimpinan Islam. Dimana Khalifah berperan sebagai raa'in (pengurus) terhadap urusan rakyat, yang menjamin terpenuhinya layanan kesehatan hingga pelosok, dengan fasilitas yang memadai, berkualitas, dan gratis.
Rasulullah saw. bersabda, “Setiap kalian adalah pemimpin (raa’in) dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya”. (HR. Bukhari)

Di antara tugas pengaturan urusan umat yang dibebankan kepada negara yaitu Khilafah adalah menyediakan pelayanan kesehatan secara gratis. Hal ini terdapat dalam Muqaddimah ad-Dustuur Pasal 164, “Negara menyediakan seluruh pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat secara cuma-cuma. Namun, negara tidak melarang rakyat untuk menyewa dokter, termasuk menjual obat-obatan.”
Rasulullah saw. mencontohkan sebagai pemimpin umat Islam beliau menyediakan layanan kesehatan gratis untuk rakyat. Dari Jabir ra., ia berkata, “Rasulullah saw. pernah mengirim seorang dokter untuk Ubay bin Kaab.” (HR Muslim).

Semua rakyat, baik kaya ataupun miskin, muslim ataupun kafir, berhak menikmati layanan kesehatan gratis dengan kualitas layanan terbaik. Di rumah sakit, setiap pasien diterima dan mendapatkan layanan kesehatan, termasuk fasilitas kamar, baju ganti, makanan, dan obat.

Dalam sistem Islam negara menyediakan kampus kesehatan, staf pengajar, laboratorium, dan fasilitas lainnya. Negara juga membangun industri farmasi sehingga kebutuhan obat bisa dipenuhi secara mandiri, tidak perlu impor. Negara membiayai aktivitas penelitian di bidang kesehatan meski membutuhkan biaya besar.

Semua layanan tersebut disediakan negara secara gratis. Sumber pendanaannya dari baitulmal, terutama dari pos kepemilikan umum yang di antaranya meliputi hutan, laut, sungai, dan berbagai tambang. Negara mengelola pos ini secara amanah sesuai syariat Islam dan mengembalikan hasilnya untuk kemaslahatan rakyat, termasuk untuk penyediaan layanan kesehatan gratis. Dengan demikian, kesehatan untuk semua rakyat akan terwujud nyata dalam sistem Islam (Khilafah).
Sejarah peradaban Islam mencatat bahwa layanan kesehatan pada masa Khilafah luar biasa bagus dan benar-benar gratis. Dari Zaid bin Aslam, dari bapaknya, ia berkata, “Saya pernah sakit keras pada masa Khalifah Umar bin al-Khaththab. Khalifah Umar memanggil dokter untukku.” (HR Al-Hakim).

Para Khalifah membangun bimaristan (rumah sakit) dan terus-menerus menyempurnakannya. Salah satunya adalah Bimaristan Al-Mansouri yang dibangun di Kairo, Mesir pada 1248 M dengan 8.000 tempat tidur dan banyak bangsal khusus. Rumah sakit ini dilengkapi fasilitas ruang shalat untuk pasien. Penerimaan pasien tidak memandang ras, warna kulit, atau agama. Tidak ada batasan waktu untuk rawat inap, pasien tetap di rumah sakit sampai benar-benar sembuh. Pasien yang pulang diberi satu set pakaian baru dan uang saku.

Penguasa dalam Khilafah gemar mewakafkan hartanya untuk keperluan umat, termasuk kesehatan. Seorang penguasa bernama Saifuddin Qalawun (673 H/1284 M) mewakafkan hartanya untuk memenuhi biaya tahunan rumah sakit Al-Manshuri Al-Kabir, termasuk membayar gaji karyawan rumah sakit. Di rumah sakit tersebut ada petugas yang khusus berkeliling setiap hari untuk memberikan motivasi kepada para pasien.

Semua ini menggambarkan tanggung jawab pemimpin dalam Khilafah terhadap urusan kesehatan rakyat. Kepemimpinan Islam menjamin penuh kesehatan sehingga terwujudlah kesehatan yang merata untuk seluruh rakyat.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak