Ganti Kurikulum Ganti Menteri, Masa Depan Generasi Mau Dibawa ke Mana?

Oleh: Puja Agustin

Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyatakan bahwa akan menerapkan deep learning dan akan mengkaji ulang terkait penerapan kebijakan Kurikulum Merdeka. Tujuan deep learning ialah memberikan pengalaman belajar lebih bermakna dan menyenangkan bagi siswa dengan tiga elemen utama, yaitu Mindfull Learning (menyadari keadaan murid berbeda-beda), Meaningfull Learning (mendorong murid berpikir dan terlibat dalam proses belajar), Joyfull Learning (mengedepankan kepuasan dan pemahaman mendalam). Seperti yang ditulis Republika.co.id (9/11/24) Mu'ti menyatakan bahwa model pembelajaran tersebut sudah ada sejak 1995 saat dirinya menjalani perkuliahan di Australia.

Isu perubahan kurikulum tersebut menjadi perbincangan ramai di media sosial pasalnya setiap ganti Menteri ganti kebijakan, entah itu ganti kurikulum atau barangkali kebijakan yang lain. Berbagai perubahan dalam sistem pendidikan nasional selama ini, nyatanya belum mampu mewujudkan manusia seutuhnya. Generasi beriman dan bertakwa serta trampil sebagaimana tujuan Pendidikan masih menjadi tantangan tak terhenti.

Di satu sisi, kurikulum yang terus digonta-ganti menjadi bukti pendidikan Indonesia tidak maju. Perubahan ini bisa juga terjadi akibat ketidak jelasan visi dan misi pendidikan yang diterapkan negara, atau pun demi menyesuaikan dengan tuntutan global atau dunia industri. Sebagaimana pendidikan meniru gaya-gaya barat atas asas sekuler kapitalis saat ini.

Di sisi lain, jika pendidikan masih dengan asas sekuler kapitalisme maka tidak akan pernah menghasilkan generasi unggul. Sebab, dalam mencapai kesuksesan hidup diukur dengan materi ditambah lagi dengan pemisahan agama dari tatanan kehidupan yang terus digaung-gaungkan oleh sekulerisme mustahil jika diperoleh generasi yang beriman dan bertakwa serta trampil. Justru potret generasi yang dihasilkannya adalah generasi rusak, minim adab, berperilaku sadis, berpikiran bebas (liberal), hal ini makin berpotensi berbuat kerusakan dan masalah di tengah-tengah masyarakat.

Sistem Pendidikan Islam berasaskan akidah Islam memberikan arah yang jelas pada visi dan misi Pendidikan. Dengan tujuan pendidikan ialah membentuk kepribadian Islam (syaksiyah islamiyah) yang memiliki pola pikir dan cara sikap islam. Maka akan membentuk generasi emas yang menghantarkan kepada pendidikan tinggi yang melahirkan para ahli dan spesialis disemua bidang kehidupan untuk mewujudkan kemaslahatan umat.

Sistem pendidikan Islam yang indah ini bisa kita rasakan didalam negara yang menerapkan Islam Kaffah. Keberhasilan Khilafah dalam sains dan teknologi telah terbukti selama hampir 13 abad. Keberhasilan spektakuler ini tidak luput dari visi misi pemerintah yang orisinil nan kuat.

Hal ini tampak dari beberapa aspek keberhasilan, yaitu desain Politik Islam dan pendidikan yang mulia dan memuliakan ilmu yang bukan dianggap sebagai komoditas dan faktor produksi melainkan jiwa kehidupan. Desain riset negara Khilafah selaras dengan politik dalam dan luar negeri negara Khilafah yang menyejahterakan manusia. Konsep anggaran pendidikan yang wajib diadakan negara. Desain industri yang mewujudkan kemandirian negara di bidang industri.

Dengan banyaknya bukti sejarah Khilafah yang berhasil mencetak para ilmuwan-ilmuwan muslim, akan mudah baginya untuk menuntaskan permasalahan seputar akses pendidikan, ketimpangan pendidikan, kualitas tenaga pengajar, fasilitas dan infrastruktur, kesenjangan digital, kualitas ujian dan evaluasi, hingga kurikulum yang tidak relevan dan gonta-ganti. Wallahu a'lam bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak