Bencana Melanda Saatnya Muhasabah




Oleh Siti Aminah aktivis Muslimah Kota Malang 



Musim hujan telah tiba,musim hujan yang seharusnya menjadi berkah malah menjadi bencana, banjir,tanah longsor terjadi dimana-mana.

Bencana pergerakan tanah di Cianjur, Jawa Barat, semakin meluas di 15 kecamatan dan kemungkinan masih bertambah. CNN Indonesia (07/12/2024)

Anggota BPBD Kabupaten Pandeglang bersama relawan dan Babinsa menggunakan perahu untuk membantu warga melewati banjir di Pagelaran, Pandeglang, Banten.

Banjir yang disebabkan oleh luapan Sungai Cilemer yang terjadi sejak Senin (2/12) tersebut merendam pemukiman warga setinggi 1-2,5 meter.
Akibatnya, akses jalan warga menjadi terbatas dan sebanyak 202 warga harus mengungsi di posko darurat. KumparanNEWS (05/12/2024)

Banjir bandang di Sukabumi dipastikan akibat pendangkalan sungai. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) berupaya melakukan pengerukan terhadap sejumlah sungai di Sukabumi. 12 alat berat dikerahkan menormalkan berbagai sungai. Jawapos.com (7/12/2024).

Penyebab bencana bukan sekadar faktor alam tapi karena ulah tangan-tangan manusia, yaitu banyaknya pelanggaran syariat karena kehidupan tidak diatur dengan syariat yang benar (Islam). Termasuk eksploitasi alam atas nama pembangunan. Kerakusan para kapitalis yang mengeksploitasi alam tanpa memikirkan dampak kerusakannya.

Hutan digunduli dijadikan perkebunan, rumah rumah dibangun tanpa perhitungan penyerapan air sehingga ketika musim hujan banjir dan tanah longsor tak bisa terelakkan lagi.

kesalahan, dosa dan kemaksiatan para penguasa dan pejabat negara. Mereka tampak tidak amanah dalam mengurus rakyat. Tidak profesional. Bahkan cenderung bertindak zalim terhadap rakyat. Mereka sibuk dengan kepentingan sendiri dan golongan dan mengabaikan kemaslahatan umat.

Sebetulnya, kezaliman penguasa bukan saja dalam hal kebijakannya yang cenderung mengabaikan nasib rakyat saat tertimpa bencana. Banyak kebijakan penguasa yang cenderung makin menambah penderitaan rakyat seperti: terus menaikkan harga BBM, tarif listrik, iuran BPJS, tarif tol, semua hal dipajaki dll. Di sisi lain, sumberdaya alam milik rakyat terus dibiarkan dikuasai oleh pihak asing. Akibatnya jelas, rakyat terus ditimpa aneka bencana seperti kemiskinan, pengangguran, mahalnya biaya pendidikan dan kesehatan, dll.

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan akibat perbuatan tangan (kemaksiatan) manusia supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan (kemaksiatan) mereka itu agar mereka kembali (ke jalan-Nya) (TQS ar-Rum [30]: 41).

Teladan Khalifah Umar ra. dalam Mengatasi Bencana
Imam al-Haramain (w. 478 H) menceritakan bahwa pada masa Umar ra. pernah terjadi gempa bumi. Khalifah Umar ra. segera mengucapkan pujian dan sanjungan kepada Allah Azza wa Jalla. Saat itu bumi sedang berguncang keras. Khalifah Umar ra. lalu memukul bumi dengan cambuk sambil berkata, “Tenanglah engkau, bumi. Bukankah aku telah berlaku adil kepadamu.” Seketika bumi pun behenti berguncang.

Imam al-Haramain menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi. Sebabnya, Khalifah Umar ra. adalah Amirul Mukminin secara lahir dan batin. Beliau adalah khalifah Allah bagi bumi dan penduduknya (Yusuf al-Nabhani, Jami Karamati Al-Awliya’,  1/157—158).

Alhasil, keadilan Umar ra. sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi sanggup menjadikan bumi “bersahabat” dengan manusia.

Sebaliknya, kezaliman penguasa bisa menyebabkan bumi terus berguncang. Saat menafsirkan QS ar-Rum ayat 41 di atas, Imam Ibnu katsir mengutip pernyataan Abu al-Aliyah terkait perusakan bumi. Kata Abu al-Aliyah:

مَنْ عَصَى اللَّهَ فِي الْأَرْضِ فَقَدْ أَفْسَدَ فِي الْأَرْضِ لِأَنَّ صَلَاحَ الْأَرْضِ وَالسَّمَاءِ بِالطَّاعَةِ

Siapa saja yang bermaksiat kepada Allah di bumi maka sungguh ia telah merusak bumi. Sungguh kebaikan bumi dan langit adalah dengan ketaatan (kepada Allah SWT) (Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, 6/320).

Segera Bertobat!
Karena itu satu-satunya cara untuk mengakhiri ragam bencana ini tidak lain dengan bersegera bertobat kepada Allah SWT. Tobat harus dilakukan oleh segenap komponen bangsa, khususnya para penguasa dan pejabat negara. Mereka harus segera bertobat dari dosa dan maksiat serta ragam kezaliman. Kezaliman terbesar adalah saat manusia, terutama penguasa, tidak berhukum dengan hukum Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Siapa saja yang tidak memerintah/berhukum dengan hukum yang telah Allah turunkan, mereka adalah para pelaku kezaliman (TQS al-Maidah [5]: 5).

Karena itu pula tobat terutama harus dibuktikan dengan kesediaan mereka untuk mengamalkan dan memberlakukan syariah-Nya secara kaffah dalam semua aspek kehidupan (pemerintahan, politik, hukum, ekonomi, pendidikan, sosial, dsb). Jika syariah Islam diterapkan secara kaffah, tentu keberkahan akan berlimpah-ruah memenuhi bumi. Mengapa? Karena penerapan hukum Islam atau syariah Islam secara kaffah adalah wujud hakiki dari ketakwaan. Ketakwaan pasti akan mendatangkan keberkahan dari langit dan bumi, sebagaimana firman-Nya:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Andai penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan membukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) sehingga Kami menyiksa mereka sebagai akibat dari apa yang mereka perbuat (TQS al-Araf [7]: 96).

Saatnya muhasabah dan bertobat dengan berupaya agar syariat segera tegak di bawah kepemimpinan Islam.
Kepemimpinan Islam akan membangun tanpa merusak sehingga bencana bisa diminimalisir. Negara berperan sebagai raa'in dan junnah sehingga rakyat hidup sejahtera penuh berkah.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak