Oleh ; Arini
Kasus mahasiswa IPB University meninggal dunia karena bunuh diri dengan cara gantung diri bukan kali pertama terjadi. Sejak 2015, setidaknya ada lima kasus mahasiswa IPB University yang mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri.
Sebelum Sulthan Nabinghah Royyan (18 tahun) ditemukan tidak bernyawa di dalam kamar mandi sebuah Hotel OYO di Dramaga, Bogor, Jawa Barat, kasus bunuh diri mahasiswa IPB University di Kota Hujan sudah empat kali terjadi. Ada empat mahasiswa yang melakukan aksi serupa, satu di antaranya gagal.
Pada 2 Agustus 2015, seorang mahasiswa kedokteran hewan IPB ditemukan meninggal dunia bunuh diri di Perumahan Dramaga Cantik, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jumat, 09/08/2024.
(REPUBLIKA.CO.ID)
Maraknya kasus bunuh diri dikalangan mahasiswa kian meningkat,tentu hal ini mengerikan bagi masa depan generasi. Apa jadinya generasi masa depan bermental rapuh lalu bunuh diri sebagai solusinya? Inikah definisi kesehatan mental kian sekarat?
Fakta ini mengindikasikan bahwa negeri ini sedang darurat kesehatan mental. Ketika seseorang dihinggapi masalah hidup yang begitu pelik, diambillah jalan pintas kematian. Bunuh diri seolah menjadi aktualisasi atas keputusasaan menyelesaikan masalah atau mencari jalan keluar terbaik dari masalah yang ada. Angka bunuh diri yang makin meninggi menunjukkan seakan hidup tidak ada artinya lagi.
Faktor Sistem
Ada banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang nekat bunuh diri. Salah satu faktor terbanyak adalah depresi karena persoalan hidup yang tidak kunjung usai. Makin banyaknya pemuda bunuh diri sesungguhnya menggambarkan realitas generasi hari ini. Mereka cenderung mengambil jalan pintas dengan bunuh diri untuk menyelesaikan masalah.
Tidak jarang, generasi muda banyak meniru gaya hidup sekuler liberal lewat tayangan yang mereka tonton sehari-hari tanpa filter yang benar. Di sinilah peran negara terkesan mandul untuk sekadar bersikap tegas terhadap muatan film atau tayangan bernuansa sekuler liberal.
Mereka juga menjadi generasi yang mudah menyerah dalam menghadapi gelombang kehidupan. Alhasil, sikap putus asa, hopeless, stres, hingga depresi, menjadi penyakit mental yang mudah menghinggap dalam kehidupan mereka. Mereka berpikir dengan bunuh diri, semua beban masalah dan mental mereka akan terlepas dan berakhir.
Walhasil, peran negara saat ini sebatas membatasi akses konten, tetapi akar masalahnya, yakni pemikiran dan gaya hidup kapitalisme sekuler, justru tidak dihilangkan. Sedangkan akibat gempuran pemikiran inilah generasi kita memiliki mental dan kepribadian rapuh dan lemah. Mereka kerap dijejali dengan kesenangan sesaat hingga lupa cara menjalani hidup dan menyelesaikan masalah dengan cara pandang Islam.
Solusi Islami dalam Mengatasi Krisis Kesehatan Mental dan Mencegah Bunuh Diri
Islam menegaskan bahwa kebahagiaan hakiki seorang muslim adalah meraih ridha Allah Ta’ala. Islam sebagai ideologi sempurna yang mewajibkan Negara (Khilafah) menjaga, melindungi, dan menjamin kehidupan warganya. Islam memang memberikan pijakan individual bahwa ketakwaan dan ketawakalan seorang hamba menjadi modal besar dan pedoman utama menjalani kehidupan. Akan tetapi, di sisi lain Islam juga memberikan pilar-pilar yang harus diwujudkan oleh penguasa bagi rakyat yang dipimpinnya.
Penguasa dalam Islam memahami dengan sungguh-sungguh bahwa rakyat adalah amanah, layaknya gembalaan yang wajib dijaga dan dilindungi oleh penggembalanya. _Rasulullah saw. bersabda, “Imam (khalifah) itu pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus.” (HR Bukhari dan Ahmad)._
Rasulullah saw. juga Khulafaurasyidin dan khulafa setelahnya, selain menerapkan hukum-hukum Allah Ta’ala, juga berperan menjaga hak-hak kaum muslim beserta seluruh rakyat untuk menjamin kebahagiaan mereka, tidak terkecuali kebutuhan asasi/primer bagi hidup mereka.
Negara akan membina dan mengedukasi para orang tua agar dapat mengimplementasikan pendidikan dan pengasuhan sesuai akidah Islam, sebab orang tua adalah pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Selain itu, negara akan menyelenggarakan pendidikan berbasis akidah Islam. Kurikulum pendidikan Islam telah mampu mencetak generasi yang berkepribadian Islam, yaitu generasi yang pola pikir dan pola sikapnya sesuai syariat Islam. Sehingga lahirlah generasi yang kuat imannya, tangguh mentalnya dan cerdas akalnya.
Penerapan Islam secara kaffah akan menghasilkan individu-individu yang bertakwa, masyarakat yang cinta dakwah, dan negara yang benar-benar mengurusi rakyatnya. Dengan demikian, permasalahan bunuh diri akan teratasi karena setiap individu muslim dapat memahami hakikat dan jati dirinya, yaitu sebagai hamba Allah swt. dengan memeluk Islam sebagai pedoman hidupnya. Ketika tuntunan syariat menjadi nahkoda seluruh umat Islam, maka generasi akan jauh dari depresi, mudah menyerah atau terkena gangguan mental. Generasi Islam akan menjadi generasi terbaik yang memiliki mental sehat dan kuat seperti para pendahulunya. Maka, menjaga kesehatan mental dan menghentikan kasus bunuh diri ini hanya dapat dilakukan dengan mengganti sistem kapitalisme sekuler dengan sistem Islam di bawah naungan Khilafah Islamiah.
Wallahu a'lam bishshawab.
Tags
Opini
