Oleh : Ukhti Tari
Berita tentang seorang ibu di Medan yang terpaksa menjual bayinya seharga Rp 20 juta karena kesulitan ekonomi merupakan cerminan dari permasalahan sosial yang kompleks. Dalam kasus ini, kita dapat melihat beberapa faktor yang berkontribusi, antara lain kemiskinan, tekanan ekonomi, kurangnya dukungan sosial, serta lemahnya pemahaman dan implementasi nilai-nilai agama. Dalam perspektif Islam, tindakan seperti ini tidak hanya memerlukan analisis dari sudut pandang ekonomi, tetapi juga harus dilihat dari kacamata etika dan moral.
1. Kemiskinan Ekstrem Salah satu fakta utama dari kasus ini adalah adanya kondisi ekonomi yang sangat sulit. Ibu tersebut merasa tidak mampu untuk merawat bayinya karena keterbatasan ekonomi. Ini menunjukkan bahwa kemiskinan masih menjadi masalah yang serius di Indonesia, khususnya di wilayah-wilayah tertentu
2. Desperasi
Fakta lain adalah tindakan ibu tersebut yang didorong oleh keputusasaan. Ketika seseorang berada dalam situasi yang sangat sulit, mereka mungkin merasa tidak memiliki pilihan lain selain mengambil langkah-langkah drastis, meskipun itu berarti melanggar norma-norma sosial dan moral.
3. Kurangnya Dukungan Sosial
Fakta ini juga mengungkapkan bahwa mungkin ada kekurangan dalam jaringan dukungan sosial. Masyarakat atau lembaga sosial mungkin tidak hadir untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan oleh ibu tersebut.
Dalam perspektif Islam, tindakan menjual bayi sangat bertentangan dengan ajaran agama. Islam menekankan pentingnya menjaga kehidupan dan kesejahteraan anak-anak. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
> "Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar" ( QS. Al Isra : 31 )
Ayat ini menunjukkan bahwa ketakutan terhadap kemiskinan tidak dapat dijadikan alasan untuk mengorbankan kehidupan anak-anak. Meskipun dalam kasus ini, bayi tersebut tidak dibunuh, tetapi dijual, namun prinsip dasarnya tetap sama: anak-anak tidak boleh menjadi korban dari tekanan ekonomi atau keputusasaan orang tua.
Kemiskinan dalam Islam dilihat sebagai ujian, bukan alasan untuk melakukan hal-hal yang dilarang. Islam juga mengajarkan konsep zakat dan sedekah sebagai solusi untuk mengatasi kemiskinan. Jika masyarakat Muslim benar-benar menerapkan konsep zakat dan sedekah, serta jika institusi zakat berfungsi dengan efektif, maka seharusnya kasus seperti ini dapat dicegah.
Desperasi seringkali muncul karena kurangnya iman atau keyakinan pada Allah sebagai pemberi rezeki. Dalam Islam, ada yang disebut tawakkal yaitu berserah diri kepada Allah setelah melakukan usaha yang maksimal. Tawakkal tidak berarti pasif atau tidak berusaha, tetapi yakin bahwa hasil akhirnya ada di tangan Allah. Dalam kondisi seperti ini, ibu tersebut mungkin membutuhkan dukungan spiritual yang dapat memperkuat iman dan keyakinannya.
Kurangnya dukungan sosial juga menunjukkan kelemahan dalam implementasi nilai-nilai Islam dalam masyarakat. Islam mendorong umatnya untuk saling membantu dan mendukung, terutama bagi mereka yang membutuhkan. Dalam hadits disebutkan bahwa "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR. Ahmad). Ini menunjukkan bahwa tanggung jawab sosial dalam Islam sangat ditekankan.
Lalu bagaimana seharusnya?
1. Peningkatan Ekonomi Masyarakat: Salah satu solusi utama adalah dengan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Pemerintah, bersama dengan lembaga-lembaga sosial, perlu fokus pada program-program yang dapat memberdayakan masyarakat, seperti pelatihan keterampilan, akses ke modal usaha, dan penciptaan lapangan kerja. Dalam Islam, ada konsep wakaf produktif yang dapat dioptimalkan untuk membantu mengatasi kemiskinan.
2. Penguatan Jaringan Sosial
Masyarakat perlu lebih lebih aktif dalam membangun jaringan sosial yang kuat. Masjid, sebagai pusat kegiatan komunitas, dapat memainkan peran yang lebih besar dalam mengidentifikasi dan membantu anggota masyarakat yang membutuhkan. Program seperti pengumpulan dan distribusi zakat, infaq, dan sedekah harus dioptimalkan dan dilakukan secara transparan serta tepat sasaran.
3. Peningkatan Pendidikan dan Kesadaran Agama
Pendidikan agama yang baik dapat menjadi solusi jangka panjang. Jika seseorang memiliki pemahaman yang baik tentang Islam, termasuk tentang pentingnya tawakkal dan kesadaran untuk saling membantu, mereka akan lebih mampu menghadapi ujian hidup tanpa harus melanggar ajaran agama. Selain itu, pemerintah dan lembaga yabg terkait, harus terus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang program-program bantuan yang tersedia.
4. Penanganan Kasus dengan Pendekatan Holistik Penanganan kasus seperti ini harus dilakukan secara menyeluruh. Tidak hanya melalui pendekatan hukum, tetapi juga dengan memberikan dukungan psikologis dan spiritual kepada pelaku. Konseling keluarga dan pendampingan agama dapat membantu individu dalam mengambil keputusan yang lebih bijak di masa depan.
Kasus penjualan bayi akibat tekanan ekonomi adalah sebuah tragedi yang memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak. Dalam perspektif Islam, ini adalah cerminan dari kurangnya implementasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, solusi yang diusulkan tidak hanya bersifat ekonomis, tetapi juga melibatkan penguatan jaringan sosial dan pendidikan agama. Dengan demikian, diharapkan kejadian serupa dapat dicegah di masa yang akan datang.
Wallahu'Alam Bishshawab
Tags
Opini
