Mahasiswa kok Bunuh Diri



Oleh : Aksara Adhikari (Pelajar Kota Bogor)




Akhir-akhir ini banyak kasus bunuh diri terjadi di kalangan mahasiswa. Terakhir menimpa seorang dokter cantik yang tengah menempuh pendidikan dokter spesialis (PPDS) di Universitas Diponegoro. Adapun penyebabnya disinyalir akibat bullying yang dilakukan oleh senior nya di kampus.

Kasus yang menimpa dokter cantik ini bukanlah yang pertama, melainkan sudah berulangkali terjadi dengan penyebab yang berbeda di tiap kasusnya. Mulai dari pinjaman online, asmara, beratnya beban UKT dan biaya hidup, faktor kekecewaan dan lain-lain.

Kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa ini menggambarkan beratnya kompleksitas persoalan yang para mahasiswa hadapi. Padahal jelas, jargon mahasiswa agen perubahan menunjukkan bahwa mereka seharusnya menjadi simbol kekuatan dan potensi perubahan masyarakat. Jika mahasiswa nya saja dilanda masalah yang sedemikian berat, bagaimana nasib masyarakat nya.

Sungguh, permasalahan di atas bersumber dari rusaknya sistem hidup yang dijalankan. Terutama dalam sistem pendidikan, dimana sistem sekuler lah yang diterapkan. Para mahasiswa ini diajarkan berbagai ilmu terapan tanpa didasari keagamaan. Mereka digiring untuk menjadi tenaga kerja yang berorientasi pada materi belaka. Maka tak heran, para mahasiswa ini mengalami pergeseran mental. Mereka terbentuk secara cacat dan rapuh. Mereka mudah sekali diterpa depresi dan tekanan hidup untuk kemudian mengakhiri hidup secara tragis. 

Dari awal, sistem ini memang telah rusak. Kemudian melahirkan generasi-generasi yang rusak, cacat dan rapuh. Mereka mendasarkan dirinya pada keberadaan materi dan keuntungan. Ditambah dengan kurikulum sekarang yang dinilai hanya menguatkan eksistensi sistem tersebut. Para remaja pun digiring untuk mengikuti budaya kebarat-baratan yang tambah merusak kualitas hidup mereka. 

Jauh berbeda dengan Islam. Sistem pendidikannya menjadikan akidah sebagai landasan, bukan materi. Tujuannya pun sangat mulia, yakni agar peserta didik memiliki kepribadian Islam (pola fikir dan sikap yang sesuai dengan Islam). Dengan sistem pendidikan semacam ini, niscaya kualitas anak didik akan senantiasa terjaga.

Dukungan dari lingkungan dengan tatanan syari'at dari segala sisi, baik pemerintahan, ekonomi, sosial, politik, budaya yang begitu kondusif. Menjadi faktor lain yang membuat mereka tidak mudah depresi dan mengalami tekanan mental. Mereka dibuat fokus untuk berkarya dan menghasilkan manfaat bagi masyarakat. Tugas para mahasiswa sebagai agen perubahan pun akan sangat kentara. Mereka akan mengawal dan mengawasi dengan sepenuh hati jalannya sistem pemerintahan. Mereka akan bebas memberikan kritik dan masukan atas jalannya pemerintahan saat itu. 

Sungguh, hanya sistem pendidikan Islam yang mampu membentuk karakter didikan yang kuat dan berkualitas. Bukan hanya pola pikir yang dikejar melainkan juga sikap dalam kerangka ideologi Islam. Kasus bunuh diri akan menjadi sangat langka saat Islam nanti diterapkan, apalagi yang menimpa mahasiswa. Mahasiswa saat itu akan dijumpai fokus dalam menciptakan karya, demi kemaslahatan umat dan kemajuan teknologi. 

Wallahu A'lam bis Shawab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak