by: Saffana Afra (Aktivis Mahasiswa)
Isu tentang Palestina masih menguar di udara. Perlawanan, pengutukan terhadap zionis semakin digaungkan. Umat mulai tersadar akan pentingnya membela Palestina. Bukan hanya menyuarakan, tetapi donasi-donasi mulai dibuka, do’a-do’a dipanjatkan, dan bahkan pemboikotan terhadap produk pro-israel dilakukan. Semua upaya itu dilakukan untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel. Namun apakah benar dengan semua itu mampu untuk memberi kebebasan bagi Palestina? Atau jangan-jangan, isu ini akan tenggelam di kemudian hari dan akan muncul lagi kapan-kapan seperti yang sudah lalu.
“Tanah Palestina adalah wakaf milik umat Islam” begitu yang telah disampaikan Amir Syuhada, Syaikh Ahmad Yasin. Pernyataan ini sejatinya merupakan repetisi sekaligus penegasan dari pernyataan Sultan Abdul Hamid II, sebagai kepala negara kekhilafahan Utsmaniyah yang terakhir yang memahami status tanah palestina dalam pandangan syariah Islam sebagai tanah wakaf milik kaum Muslim.
Dari pernyataan tadi dapat diambil makna bahwa tanah Palestina bukanlah tanah bangsa Palestina, bukan tanah milik bangsa Arab, apalagi tanah Israel. Tetapi tanah Palestina adalah tanah milik kaum Muslim. Sehingga seluruh kaum muslim memiliki kewajiban untuk mengembalikan seluruh tanah Palestina kepada mereka. Adanya usulan tentang solusi 2 negara adalah solusi yang batil untuk merdekanya Palestina. Karena bila harus kehilangan sebagian karena dibagi dengan Israel, itu bukanlah kemerdekaan yang hakiki.
Menjadi suatu bentuk ‘pengkhianatan’ kepada ribuan bahkan ratusan ribu syuhada yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk mengusir Israel dari tanah bumi yang suci ini. Bagaimana mungkin sebuah bangsa yang dirampas tanahnya, dihujani bom, ditindas, disiksa, bahkan dibantai, akan rela membagi harta dengan pihak penjajahnya? Apalagi usulan solusi 2 negara ini adalah usulan dari agen-agen di belakang Israel, khususnya Amerika Serikat.
Perlu ditegaskan kepada seluruh kaum muslimin, bahwa tragedi Palestina ini adalah masalah akidah (Islam), bukan masalah kemanusiaan. Meskipun ada pendapat yang menyampaikan bahwa tidak perlu menjadi muslim untuk membela Palestina, cukup menjadi manusia saja. Namun kita harus menyadari, saat kita memandang isu Palestina bukan lagi sebagai masalah akidah, di situlah sesungguhnya kita sudah menjadi korban manipulasi opini yang dikembangkan oleh barat. Mereka musuh-musuh Islam amat paham, ketika mengaitkan isu Palestina sebagai masalah akidah, masalah agama, umat Islam akan dengan mudah menyuarakan jihad untuk melawan institusi Yahudi penjajah Palestina. Dan sungguh inilah ketakutan mereka.
Serangan terhadap Palestina adalah serangan fisik, maka harus dilawan dengan yang senilai atau lebih. Perlu adanya dukungan dari negeri-negeri muslim yang lain, ini adalah suatu keharusan dan bukan pilihan. Negeri-negeri muslim tidak boleh kehilangan nyali saat berhadapan dengan pihak yang setia mendukung Israel. Dan perlu adanya seruan kepada militer negeri-negeri muslim untuk berjihad melawan Israel. Bila para mujahid Palestina saja bisa menggentarkan tentara Israel hanya dengan lemparan batu, maka dengan puluhan ribu tentara dari negeri kaum muslimin akan mampu menghentikan aksi kejam Israel. Rasanya mustahil, namun tidak. hanya butuh keberanian negeri muslim untuk mengambil sedikit risiko berseberangan dengan Barat, yang menjadi sekutu utama Israel.
Palestina butuh kemerdekaan hakiki. Sebagaimana kita di Indonesia yang katanya sudah merdeka, namun hanya merasakan kemerdekaan yang semu. Kemerdekaan yang jauh dari makna merdeka itu sendiri. Ketika dikatakan bahwa merdeka adalah bebas dari penghambaan kepada selain Allah SWT. Maka sesungguhnya, hingga hari ini tidak ada satupun jiwa muslim yang mampu untuk merdeka. Kemerdekaan yang hakiki hanya mampu terwujud bila Islam bersatu, menjadi suatu kekuatan besar yang mampu menepis kekuatan-kekuatan yang lain, mampu berdiri sendiri tanpa ada campur tangan pihak lain. Dan hanya dengan Khilafahlah hal ini dapat terwujud.
Maka hanya dengan Khilafahlah Palestina bisa dibebaskan dan dimerdekakan secara nyata. Jangan sampai kemerdekaan yang digaungkan ternyata hanya merdeka yang penuh tipu-tipu. Umat ini tidak akan pernah memiliki kemuliaan dan meraih kemenangan kecuali dengan Islam. Seharusnya, kemerdekaan yang kita cita-citakan bukan hanya merdekanya Palestina dari penjajahan. Tetapi harus lebih dari itu. Kita membutuhkan kemerdekaan hakiki di tiap jiwa-jiwa kaum muslim. Kemerdekaan sejatinya berarti penghambaan total kepada Allah SWT, tidak tunduk lagi dengan bangsa-bangsa penjajah. Dan semua itu hanya bisa terwujudkan dengan Khilafa ‘ala minhaj an-nubuwwah.
Tags
Opini
