Eksploitasi Kemiskinan Berbasis Teknologi Demi Cuan




Oleh: Hartati S.A.P 
(Relawan Opini)

Di era saat ini, teknologi sudah menjadi kebutuhan pokok bagi setiap orang. Mulai dari anak- anak, remaja hingga orang tua. Jarang ditemukan gaptek (gagap teknologi) khususnya media sosial. Namun pemanfaatan media sosial kerap kali disalah gunakan oleh segelintir orang yang tidak bertanggung jawab. Demi cuan rela mengeksploitasi orang tuanya.

Akhir-akhir ini sindikat eksploitasi kemiskinan semakin marak terjadi,  baik di dalam  maupun di luar Negeri. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru,  namun fenomena tersebut semakin mencuat dipermukaan dengan didukung adanya platform Tiktok yang berseliweran for you Page (fyp).

Beberapa bulan terakhir fenomena 'mengemis online' dengan cara live di TikTok  ramai menjadi pembahasan warganet. Hal itu karena sejumlah orang yang mengaku kreator melakukan siaran langsung atau live di TikTok dengan melakukan kegiatan ekstrem atau tak wajar. Mereka memanfaatkan fitur 'gift' yang ada di TikTok dan berharap bisa mendapatkan gift dengan jumlah banyak dari penonton dan kemudian menukarnya dengan uang.  Bahkan salah satu aksi seorang ibu paruh baya yang rela duduk ditengah kolam air dan mengguyur dirinya sendiri berlangsung kurang lebih empat jam dengan tujuan untuk mendapatkan gift dari penonton. (Kompas.com, 15/1/2023).

Pengamat sosial Devie menilai bahwa hal tersebut kemungkinan di organisir oleh sindikat kejahatan. (BBC News Indonesia, 13-01-2023).

Sungguh miris, melihat fenomena diatas. Terlebih lagi pelakunya adalah para orang tua yang lansia, mestinya menikmati masa tuanya dengan kebahagiaan namun justru menjadi korban ekspoitasi hanya karena ingin mendapatkan cuan. Dan yang lebih mengiris hati anaknya mendukung aktivitas tersebut, yang mestinya anaknya menjaga marwah orang tuanya, malu melihat orang tuanya seperti itu. Alih-alih melarang namun malah justru membiarkan orang tuanya atau ibunya melakukan hal tersebut dengan dalih happy - happy. 

Sistem kapitalisme memang telah mengamputasi hati nurani manusia. Menyempitkan pemikiran manusia, dibutakan dengan uang. Menjerat pemikiran manusia, tidak lagi memandang apakah tindakan seseorang itu benar atau salah, apakah mencari rezeki dengan cara seperti itu dibolehkan atau tidak. Karena cara pandang yang digunakan hanyalah keuntungan tanpa memandang halal atau haram, tercela atau terpuji perbuatan tersebut. 

Jika sudah seperti itu, maka bagaimana mungkin kehidupan kita akan mendapatkan keberkahan jika pemikiran kita telah di rampok oleh cara pandang kapitalisme liberal dengan asas sekularisme yang  memisahkan agama dari kehidupan.

Dalam sistem kapitalis, apapun dimanfaatkan demi meraih keuntungan  materi.  Kemiskinan pun dieksploitasi  menggunakan kemajuan teknologi, meski merendahkan  harkat dan martabat  diri sendiri ataupun orang lain.   Bahkan  ada yang melakukan demi tuntutan gaya hidup masa kini. Fenomena ini menggambarkan masyarakat yang sakit  yang hidup ditengah sistem yang rusak, yang tak mampu menyejahterakan rakyatnya. 

Negara seharusnya menyelesaikan problem kemiskinan dari akar masalah sehingga tak terjadi hal yang merendahkan manusia atau ada mafia yang memanfaatkaan kemiskinan rakyat demi meraih keuntungan pribadi.  

Solusi tuntas persoalan ini  membutuhkan kerjasama semua pihak.  Mulai dari individu yang memiliki kesadaran untuk menjaga kemuliaan sebagai manusia, masyarakat yang memberikan kontrol dan juga negara yanag menjamin  hidup rakyat dan  juga memberikan asas yang tepat dalam memanfaatkan teknologi untuk kemajuan bangsa dan kebaikan umat manusia. Namun hal itu tidak akan terjadi jika negara masih menggunakan sistem kapitalis sekular yang hanya mengandalkan asas manfaat. Hingga satu-satunya harapan kita adalah pada Islam. Dengan kembali menerapkan aturanNya untuk mengatur kehidupan kita.  
Waallahu a'lam bishowab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak