Khilafah, Solusi Tuntas Permasalahan Palestina




Oleh: Hasriani, S.Sos. (Relawan Opini)

Israel kembali meluncurkan serangan udara di Gaza pada Jumat 6 Agustus 2022. Israel menyerang Gaza dan kelompok militan jihad Islam Palestina membalas dengan rentetan tembakan roket, dalam eskalasi kekerasan terburuk di wilayah itu sejak perang tahun lalu. Israel mengatakn bahwa pihaknya terpaksa meluncurkan operasi "pre-emptive" terhadap jihad Islam, bersikeras bahwa kelompok itu merencanakan serangan segera menyusul ketegangan berhari-hari sepanjang perbatasan Gaza (Ahad 7 Agustus 2022, Tribun Ternate. com).

Serangan itu telah mengakibatkan tewasnya 12 warga Palestina, termasuk seorang anak dan seorang wanita. Juga menyebabkan 80 orang korban luka-luka (Ahad 7 Agustus 2022 Republika. co.id). 

Agresi ini merupakan manifestasi dari arogansi kekuatan militer Israel, dan perpanjangan dari pola pikir kolonial rasis yang menganggap wilayah Palestina yang diduduki sebagai lapangan Palestina. Dan warga Palestina sebagai target penembakan. Kata Kementrian Luar Negeri seperti yang dilansir dari Wafa News, Sabtu (6/8/2022).

AWG mengutuk sekeras kerasnya atas agresi ini dan serangan ini semakin membuktikan jika mereka adalah rezim dzalim yang harus dimusnahkan dari bumi. Tulis AWG dilansir dari Republika.co.id, Ahad (7/8/2022).

Seluruh media memberitakan kondisi Gaza akibat serangan brutal Israel, tetapi sangat ironis sekali ketika para pemimpin negeri muslim tidak ada satupun yang mengirimkan tentaranya untuk membantu Palestina. Mereka hanya bisa mengecam dan mengutuk yang tidak membuat Israel gentar atau takut. 

Kejahatan yang dilakukan Israel terhadap Palestina sangat tidak layak direspon hanya dengan sekedar kecaman semata. Apalagi dengan berharap meminta pertolongan kepada PBB, tentunya dengan kesepakatan-kesepakatan perdamaian. Karena sangat jelas, perdamaian apapun yang digagas PBB dibawah pimpinan Amerika Serikat tidak akan pernah menguntungkan Palestina. Sebab justru PBB adalah organisasi yang mendukung berdirinya Israel dan hingga saat ini PBB tidak pernah mengadili atau memberikan sanksi atas kebiadaban Israel terhadap Palestina. 

Solusi Palestina saat ini selalu diarahkan pada solusi 2 negara yaitu memberikan kemerdekaan kepada Palestina dan hidup berdampingan secara damai dengan negara Israel. Padahal sesungguhnya pangkal persolan Palestina adalah ketika Israel merampas tanah milik Palestina dengan dukungan Inggris, Amerika dan PBB. 

Jika kita membuka sejarah, derita Palestina telah terjadi sejak perjanjian syker-picot (1916) dengan membagi wilayah Turki Utsmani pasca perang Dunia 1 antara Inggris dan Perancis. Wilayah Palestina pun menjadi wilayah Internasional dibawah perlindungan Inggris, Perancis dan Rusia. Oleh karena itu selama Israel masih berdiri maka Palestina tidak akan pernah hidup dalam kedamaian.

Derita Palestina juga tidak akan pernah berakhir hanya dengan memberikan bantuan kemanusiaan berupa logistik serta kecaman-kecaman selama kita masih membiarkan Israel dan bom-bom mereka meluluh lantahkan tanah Palestina. 

Saat ini Palestina membutuhkan solusi yang fundamental yaitu negeri-negeri muslim  mengirimkan pasukan militer untuk mengusir Israel dari Palestina, bukan nasionalisme yang menjadikan urusan Palestina adalah masalah internal rakyat Palestina semata, sungguh ini adalah penghianatan besar bagi kaum Muslim Palestina dan kepada tanah suci yang diberkahi. 

Padahal sejatinya tanah Palestina adalah tanah kaum muslimin yang tidak boleh diserahkan kepada siapapun meskipun itu hanya sejengkal.

Sejak khalifah Umar bin Khattab menaklukan Palestina dan menggabungkannya dalam Negara khilafah Islamiyah, maka sejak saat itu Palestina menjadi milik kaum muslimin seluruhnya dan khilafah adalah perisainya. 

Sejarah menceritakan bahwa kaum Salibis menguasai Yerusalem pada tahun 1099 M dan mendirikan kerajaan Kristen diatasnya, Godfrey dari Boulogne sebagai Pangeran, maka kaum muslimin pun berusaha mengambilnya kembali dengan jalan jihad hingga pada tahun 1187 M melalui perang Hittin wilayah itu berhasil direbut kembali oleh pasukan Islam dibawah komando Shalahuddin Al-Ayyubi. 

Disepanjang kekhalifahan Islam penjagaan atas tanah Palestina terus dilakukan oleh para khalifah agar tidak ada sejengkal pun yang jatuh ke tangan musuh Islam. 

Sultan Abdul Hamid II ketika Theodore Hertz berusaha membujuk dan menyuap khalifah dengan tawaran yang sangat fantastis yakni sebesar 150 juta poundsterling atau setara Rp 3 triliyun, dengan tegas sang khalifah menolaknya. Sultan Abdul Hamid menolak tawaran tersebut dengan berkata 'Aku tidak dapat memberikan walau sejengkal dari tanah ini (Palestina) karena ia bukan milikku. Ia adalah milik umat Islam. Tanah Palestina ini adalah hak umat Islam yang telah berjihad demi bumi ini. Mereka telah membasahi tanahnya dengan darah-darah mereka".

Sangat jelas jika perjuangan pembebasan tanah Palestina bukanlah semata perjuangan atas rakyat Palestina dengan slogan nasionalisme tetapi merupakan perjuangan umat Islam diseluruh dunia dengan semangat persatuan Islam. 

Umat Islam sejak dulu dibawah payung khilafah Islamiyah adalah umat yang kuat dan tangguh, disegani musuh dan tidak terkalahkan. Seluruh umat Islam bersatu dalam perjuangan dan perlindungan negara khilafah, tidak terkecuali Palestina yang aman dan terjaga dari rongrongan musuh-musuh Islam. 

Khilafah Islamiyah telah menyatukan berbagai bangsa, suku, ras dan negara dengan ikatan akidah bukan nasionalisme. Mereka hidup dibawah kemuliaan panji Islam. 

Oleh karena itu permasalahan Palestina tidak akan pernah selesai kecuali dengan kembalinya khilafah Islamiyah yang akan menyatukan seluruh umat Islam didunia dibawah satu kepemimpinan 

Khilafah akan melaksanakan perintah jihad kepada seluruh umat Islam untuk membebaskan bumi Palestina dari dominasi Israel. Waallahu a'lam.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak