Oleh : Murida Zahra
Bulan Februari kembali menyapa. Tak sedikit dari kawula muda terlena dengan bulan yang katanya ’penuh cinta’ ini. Hal ini dikarenakan bulan Februari identik dengan perayaan kasih sayang yang dikenal sebagai hari valentine yang tepatnya jatuh pada tanggal 14 Februari. Sebagian besar dari umat menganggap bahwa perayaan ini seakan-akan telah menjadi sebuah acara seremonial yang wajib dilaksanakan tiap tahun bersama pasangan, tak penting status pasangan itu legal atau pun legal. Berbagai rangkaian kegiatan menghiasi, mulai dari bertukar kado, memberikan cokelat, memberikan bunga, sekedar jalan keluar, makan di restoran. Bahkan tak jarang valentine’s day diwarnai dengan kegiatan-kegiatan yang menjijikkan, seperti ciuman, pelukan atau bahkan sampai pada seks bebas. Padahal jika kita melihat fakta ternyata perayaan ini memiliki sejarah yang bukan berasal dari Islam.
Valentine’s day merupakan perayaan yang dilakukan oleh umat Kristiani guna memperingati kematian salah seorang pendeta mereka, St. Valentine. Dia dijatuhi hukuman mati oleh raja Claudius karena telah melanggar perintah. Claudius telah melarang para pemuda dan prajurit di wilayahnya untuk menikah karena menurutnya ikatan pernikahan hanya akan mengendurkan semangat prajurit dalam berperang. Valentine selaku pendeta yang mana tugasnya adalah menikahkan sepasang anak manusia menentang keputusan ini. Dia telah menikahkan pasangan yang diam-diam mendatanginya. Lama kelamaan tindakan Valentine diketahui oleh raja Claudius hingga akhirnya dia ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Guna mengenang jasa Valentine dalam menyatukan kasih sayang dua insan manusia, maka ditetapkanlah tanggal 14 Februari (hari kematiannya), sebagai hari kasih sayang atau disebut juga Valentine Day.
Sekarang jelas bahwa perayaan Valentine’s day bukanlah berasal dari ajaran Islam, melainkan berasal dari budaya orang-orang kafir. Maka, sudah tentu haram hukumnya bagi umat Islam untuk ikut merayakannya atau sebatas memberikan selamat. Karena jika kita memberikan selamat itu berarti kita telah mengakui kebenaran agama mereka, sedangkan agama yang benar di sisi Allah hanyalah Islam (Qs. Ali Imran:19).
Perayaan ini menimbulkan banyak keburukan kepada kaum muslim, terutama generasi muda. Sebab, kebanyakan dari mereka pemuda, menjadi korban dari perayaan ini. Apalagi Valentine’s day begitu sarat dengan perbuatan-perbuatan yang melanggar agama. Tak jarang para remaja putri merelakan keperawanannya demi sang kekasih pada saat momen ini. Apalagi kalau bukan karena alasan meluapkan rasa kasih sayang. Sungguh alasan yang tidak mendasar dan tidak masuk akal sama sekali. Bagaimana mungkin rasa sayang diwujudkan dengan memberikan sebuah harta yang paling berharga kepada seseorang yang bukan mahramnya. Sangat disayangkan, sebuah dosa besar di mata agama dianggap sebuah bukti kasih sayang.
Lebih mengejutkan lagi, masyarakat bukannya menentang perayaan ini. Mereka malah ikut berkontribusi untuk menyukseskan acara ini dengan mengadakan promo jual coklat atau bunga. Hal ini wajar terjadi karena di sistem sekuler kapitalis yang diterapkan saat ini hanya berfokus pada keuntungan saja dengan memanfaatkan momen ini tanpa peduli bagaimana Islam memandangnya. Minimarket semakin gencar melakukan promosi cokelat yang diselingi dengan pemberian kondom secara gratis kepada para pembeli tanpa memandang apakah sudah menikah atau belum. Padahal hal ini sama saja kita telah menjerumuskan generasi bangsa ini kepada kemaksiatan.
Inilah sesungguhnya agenda Barat yang selalu ingin menghancurkan pemuda muslim. Menjerat mereka dengan perayaan kasih sayang berbungkus maksiat. Dan lewat sistem demokrasi kapitalis yang diterapkan saat ini, agenda mereka ( Barat ) seolah mendapat pasokan angin segar dari negara. Walhasil, lahirlah pemuda yang bebas mengekspresikan perasaan dan keinginannya. Rusak moralnya dan miskin keimanannya.
Islam adalah agama yang tidak hanya mengatur urusan ritual ibadah melainkan juga mencakup seluruh aspek kehidupan. Islam memandang bahwa haram hukumnya mengikuti perayaan suatu kaum. Bahkan Rasulullah SAW menegaskan bahwa siapa saja yang mengikuti suatu kaum maka dia termasuk di dalamnya. Sehingga tidak akan dibiarkan momen perayaan di luar Islam seperti Valentine’s Day diiklankan atau dikampanyekan di berbagai media atau membiarkan orang-orang kafir merayakannya di tempat umum. Jika pun mereka merayakannya, maka itu dilakukan dalam komunitas mereka saja, di tempat yang tertutup. Sehingga akidah kaum muslim tetap terjaga. Inilah juga bukti toleransi sesungguhnya dalam Islam.
Kemudian generasi muda Islam dari sejak dini dididik supaya berkepribadian Islam, baik dari segi pola pikir maupun pola sikapnya sehingga ketika ada suatu budaya asing yang bertentangan dengan akidah mereka, mereka mampu mengatasinya. Menjadi generasi berkualitas yang siap menyongsong peradaban Islam.
Sayangnya semua itu sulit terwujud jika sistem yang diterapkan adalah sekuler kapitalis. Sehingga diperlukan sistem Islam, yaitu sistem yang berasal dari sang Pencipta. Olehnya itu mari perjuangkan bersama. Wallahu A’lam Bissawab
Tags
Opini

Miris juga liat pemuda saat ini
BalasHapus