Visi-Misi Bukan Patokan, Yang Penting Mau Menerapkan Syari'at Islam Secara Keseluruhan


Oleh: Yeyet Mulyati (Aktivis Dakwah Islam Kaffah)


Komisi Pemilihan Umum (KPU) akhirnya resmi memutuskan untuk tidak menyediakan sosialisasi visi dan misi dari masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden dalam jelang debat pertama pemilihan presiden 2019 yang akan dilaksankan pada 9 Januari 2019 mendatang.

Alasan KPU membatalkan sosialisasi visi misi masing capres cawapres, menurut Arief Budiman karena pihak KPU merasa kerepotan. Dirinya mengaku tak bisa mengakomodir semua keinginan kedua paslon capres-cawapres.

Sebelumnya mengenai agenda penyampaian visi misi dalam debat, Tim Kampanye Nasional (TKN) nomor urut 01, pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin menginginkan agar penyampian visi misi calon presiden cukup diwakilkan oleh timses (tim sukses) [nusantaranews.co].


Sebaliknya, dari kubu penantang Badan Pemenangan Nasional (BPN) nomor urut 02, pasangan Prabowo-Sandi bersikeras supaya penyampaian visi misi tetap dilakukan langsung oleh calon presiden dan wakil presiden yang bersangkutan (Kompas.com, 05/01/2019).


Batalnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi fasilitator sosialisasi visi misi pada pradebat sangat disayangkan. Sebagai penyelenggara pemilu,  seharusnya KPU bertindak seperti hakim sehingga bisa dengan tegas mengambil keputusan sendiri. Disini tampak jelas keberpihakan KPU, kepada salah satu Paslon.


Ketakutan penyampaian visi misi sangat jelas ditampakkan oleh kubu Paslon no.1, hal tersebut sudah sangat jelas membuktikan sejauh mana kapasitas dan kapabilitas Paslon no.1. Jokowi sudah satu periode memimpin negeri ini, rakyat tahu sosok beliau seperti apa. Sosok yang gagap "mengunggah" aksara didepan publik.


Kalau ada ungkapan Jokowi itu sudah terbukti benar. Tapi terbukti apa? Terbukti suka ingkar janji, khianat, represif dan anti Islam. Itu benar, tidak usah dibantah. Lantas, umat Islam diminta memilih pemimpin seperti itukah? 


Memang suasananya berbeda. Tahun 2014 euforia dan harapan rakyat besar kepada Jokowi. Tahun 2019 euforia dan harapan rakyat juga besar, hanya besarnya ingin agar Jokowi tidak memimpin lagi. Sudah bosan hidup dalam penjara ketakutan dan kelaparan.


Fakta tersebut tidak bisa dibantah dan ditutupi dengan pencitraan, itulah gambaran pemimpin dalam sistem pemerintahan kapitalis-sekuler.

Bagaimana sosok pemimpin dalam Islam? Islam sudah sangat jelas bagaimana mengatur sosok pemimpin dengan memberikan syarat syarat tertentu, diantaranya:


1. Pribadi yang Kuat

•Kuat secara pemikiran, cerdas dan paham tentang tatalaksana kenegaraan dan hubungan internasional.

•Sensitifitas memimpin, berperilaku dan senantiasa terikat dengan hukum syara'


2. Takwa

•Kesadaran ruhiyah tinggi, tidak egois, tidak rakus dan tidak dzalim.

•Menjalankan amanah dan tanggung jawab kepemimpinan dengan tetap dan benar.


3. Cinta Rakyat

•Menyayangi rakyat dan mengutamakan mereka.

•Pemberi berita gembira bukan menakut-nakuti.

•Memudahkan urusan rakyat bukan mempersulit.


Semoga pemimpin yang demikian akan terwujud segera. Siapapun capres dan cawapres yang memimpin, jika diantara visi dan misinya tidak untuk menerapkan syari'at Islam secara keseluruhan, maka mereka itu bukan pilihan. Karena sesungguhnya, pemimpin yang mau menerapkan syari'at Islam secara keseluruhan, hanya akan terwujud jika sistem Khilafah yang diterapkan.


Allaahu a'lam bi ash-shawab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak