POLITISASI ALQURAN UNTUK KEKUASAAN

By: SITI SULISTIYANI

Keberadaan umat islam di Indonesia masih dijadikan sasaran untuk perjalanan kelanggengan kukuasaan di negri ini.Bukan dengan menjadikan umat Islam di Indonesia ini di muliakan,tetapi hanya dijadikan sasaran lumbung suara bagi pesta demokrasi.Bagaimana tidak lihat saja dalam pencalonan cawapres bagaimana suara umat Islam dimainkan dengan membungkus sesuai dengan keinginannya.Mulai dari gelar kyai atau dukungan kepada emosi ummat di sisi yang lain.Entah bagaimana nantinya itu urusan belakang.Tingkah polah capres dan cawaprespun di godok sedemikian rupa untuk meraih simpati dan dukungan dari umat Islam.Mulai dari bisa menjadi imam sholat ataupun yang lain.Semua di bangun atas narasi masing masing untuk meraih simpatidari umat.

Dewan Ikatan Dai Aceh mengundang para calon presiden dan calon wakil presiden untuk mengikuti tes baca Alquran.Usulan itu disebut untuk mengakhiri polemik soal keislaman calon.Alasan lain yakni karena dua Capres sama sama beragama Islam.Tes baca Alquran dinilai penting bagi umat Islam untuk tahu kualitas calon presidennya.Dikutip dari Serambinews, Dewan Pimpinan Ikatan Da’i Aceh, Marsyuddin Ishak mengatakan undangan akan dikirimkan kepada kedua tim pasangan calon presiden-wakil presiden untuk mengikuti uji membaca Alquran pada 15 Januari nanti.“Kita ingin mengundang kedua paslon capres untuk mengikuti ketrampilan mampu baca Alquran di depan khalayak ramai. Terobosan ini akan kita mulai dari Aceh sebagai pionir,” kata Tgk Marsyuddin.

Ini di tanggapi beragam dari kedua paslon Atau tokoh tokoh lain. Wakil Ketua Dewan Syuro PKS Hidayat Nur Wahid (HNW) menyoroti dua hal jika usulan tes baca Alquran untuk capres-cawapres jadi dilakukan.Menurutnya, jika usulan itu jadi dilaksanakan, pertama, penguji tes baca Alquran harus orang yang berkompeten.Hidayat menyebut penguji haruslah memiliki kompetensi dan kualitas sekelas presiden dan memiliki sertifikat atau ijazah."Jadi yang menguji harus mendapatkan posisi yang diakui dia sebagai ahli dan layak untuk menguji seorang capres atau cawapres," kata Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (2/1/2019).

Calon Wakil Presiden Sandiaga Uno menegaskan dirinya siap untuk mengikuti tes baca tulis Al Quran jika memang hal tersebut menjadi syarat pencalonan presiden 2019."Kita sudah kemaren sampaikan bahwa apapun keputusan KPU, no problem, kita ikuti saja dan tidak menjadi masalah buat saya," ujar Sandiaga di Posko Pemenangan, Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin, (31/12/2019).

Guru Besar FISIP Universitas Indonesia (UI) Arbi Sanit menilai, wacana soal tes baca Alquran yang diajukan masyarakat Aceh untuk pasangan capres-cawapres tidak perlu diselenggarakan.Menurut Arbi, wacana itu tak ubahnya sebuah upaya melawan dasar negara Indonesia, yakni Pancasila.Hal itu disampaikan Arbi dalam diskusi bertema 'Membaca Masa Depan : Seperti Apa Indonesia Jika Jokowi atau Prabowo Terpilih?' di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (4/1/2019).

Disaat akumulasi perasaan umat lagi meninggi terhadap islam sekalipun masih berupa simbul simbul namun moment inipun tidak akan dibiarkan begitu saja untuk meraih simpati. Akhir akhir ini muncul sebuah ide untuk mensyaratkan capres dan cawapres unjuk kebolehan membaca Alquran.Bagaimana anda melihat fenomena ini?Kalo kita bicara imam sholat mungkin persyaratan ini pas.Siapa diantara mereka yang palingbaik bacaannya,Tapi ini dalam kapasitasnyasebagai kepala Negara mestinya bukan lagi tentang bacaan alqurannya.

Al-Qur’an merupakan pedoman dan lentera kehidupan bagi umat manusia. Kedudukannya sangat tinggi dan hikmah yang dikandungnya pun sangat berharga. Di dalamnya terdapat lautan ilmu, petunjuk kepada jalan yang lurus, cahaya kebenaran, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri kepada-Nya. Allah ‘azza wa jalla berfirman,

{وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِّكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ} [النحل : 89]

“Dan Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (an-Nahl: 89)

{يَا أَهْلَ الْكِتَابِ قَدْ جَاءَكُمْ رَسُولُنَا يُبَيِّنُ لَكُمْ كَثِيرًا مِّمَّا كُنتُمْ تُخْفُونَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ ۚ قَدْ جَاءَكُم مِّنَ اللَّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ * يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ} [المائدة :15- 16]

“Hai Ahli Kitab, telah datang kepada kalian Rasul kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari al-Kitab yang kalian sembunyikan dan banyak pula yang dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan (al-Qur’an). Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya kepada jalan keselamatan. Dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (al-Maidah: 15—16)

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

“Kitabullah (al-Qur’an) adalah yang paling berhak untuk dicurahkan kepadanya perhatian dan kesungguhan, yang paling agung untuk dikerahkan kepadanya pemikiran dan ditorehkan dengannya pena, karena ia sumber segala ilmu dan hikmah, tempat semua petunjuk dan rahmat. Al-Qur’an merupakan bekal termulia bagi ahli ibadah dan pegangan terkuat bagi orang-orang yang berpegang teguh (istiqamah). Barang siapa berpegang teguh dengannya maka sungguh telah berpegang dengan tali yang kuat. Barang siapa yang berjalan di atasnya maka sungguh telah berjalan di atas jalan yang lurus dan terbimbing menuju ash-shirathal mustaqim.” (Al-Fawaid al-Musyawwiq ila Ulumil Qur’an wa Ilmil Bayan, hlm. 6—7)

Sekalipun membaca Alquran itu adalah hal yang mestinya dapat dilakukan oleh siapapun sebagai seorang muslim,namun ketika berbicara dalam kapasitas kepala Negara mestinya bukan lagi bicara mengenai bisa baca atau tidak.Tetapi karena sebagai kepala Negara mestinya yang justru menjadi syarat adalah apakah ia mau menerapkan Al Quran atau tidak.Dari sinilah nampak bahwa tes baca AlQuran ini hanya politisasi AlQuran hanya untuk meraih suara.Tanpa menempatkan AlQuran sendiri sebagaimana fungsinya.Ini sebenarnya adalah wajah riil dari Demokrasi yang hanya menjadikan agama sebagai alat untuk meraih kekuasaan namun tidak mau untuk menerapkan.

Alquran adalah wahyu Allah.Sebagai petunjuk dalam kehidupan,membedakan yang haq dan yang bathil.Alquran sebagai pedoman hidup masih dipandang sebelah mata oleh demokrasi.Islam hanya dijadikan alat untuk nafsu duniawi.Dalam demokrasi sendiri yang jelas jelas bertentangan dengan Islam tak akan pernah mampu untuk mengakomodir Islam sebagai jalan atas penyeleseian persoalan hidup manusia.Dalam konsep demokrasi yang terlahir dari sekulerisme yang memisahkan agama dari kehidupan tidak akan pernah menarik Islam dalam tataran kehidupan.Padahal Islam sebagai agama paripurna telah menyiapkan seperangkat aturan untuk di terapkan dalam kehidupan ini.Tanpa harus repot repot untuk menyusun aturan bagi manusia.Dalam konsep sekulerisme islam tidak akan pernah diberikan ruang untuk memainkan peran dalam urusan public.Islam dalam sekulerisme demokrasi sekuler tidak ubahnya seperti agama agama lain yang hanya sekedar mengatur urusan ritual semata.Padahal Islam jelas berbeda dengan yang lain.Islam sebagai senuah cara pandang mendasar dari kehidupan ini tidak hanya melulu persoalan ibadah mhdlo,namun Islam mempunyai rincian aturan sebagai pemecah persoalan yang ada dalam kehidupan ini.

Dalam sekulerisme menjadikan ketundukan pada aturan manusia.Manusia diberikan kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri tanpa keharusan untuk terikat dengan aturan Tuhan.Dan dari sinilah terlahir demokrasi yang memberikan ruang untuk manusia membuat aturan untuk dirinya sendiri .Maka slogan dari rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat menjadi tawaran untuk lepas dari aturan agama.Sehingga wajar bila dalam sistem demokrasi yang terlahir dari sekulerisme senantiasa menolak terhadap agama ketika di tawarkan menjadi solusi kehidupan.

Sehingga sebenarnya tak layak umat untuk berharap pada demokrasi untuk mengakomodir kepentingan ummat dan menjadikan jalan untuk menerapkan islam secara kaffah. Hanya dengan jalan yang sudah dicontohkan rasulullah dalam memperjuangkan islam dalam kancah kehidupan.Wallahu a’lam 


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak