Sekulerisasi Meniscayakan Kerusakan Generasi


Oleh.Tety Kurniawati ( Member Akademi Menulis Kreatif) 


Perubahan diberbagai belahan dunia terjadi tak lepas atas kiprah pemuda. Wajar bila Ir. Soekarno menyatakan "Berikan 10 orang pemuda dan aku akan mampu memindahkan sebuah gunung dan berikan aku 100 orang pemuda maka aku  akan dapat menggerakkan dunia". Begitu penting peran pemuda. Hingga kondisi generasi muda hari ini akan menentukan nasib negeri di esok hari. 

Namun sayang, hari ini generasi muda justru menunjukkan kondisi yang bertolak belakang. Serbuan pemikiran dan budaya barat telah begitu kuat mencengkram. Alhasil gaul bebas, pornografi, narkoba, aborsi sampai LGBT menjadi potret buram generasi. 

Direktur Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung, Dwi Hafsah Handayani mengungkapkan temuan mengejutkan dimana terdapat 12 siswa dalam kondisi hamil di satu SMP dilampung, dan itu merata terjadi di kelas VII, XIII dan IX. Fakta tersebut diperparah dengan pernyataan Koordinator Pencegahan HIV PKBI Lampung, Rachmat Cahya Aji yang mengungkap bahwa 20% pelanggan pekerja seks adalah pelajar SMA (lampung.tribunnews.co.id 2/10/2018). 

Bagai bola salju yang terus membesar. Keprihatinan dari belahan bumi nusantara lain pun kembali menampar. Komisi Perlindungan Anak Daerah Kabupaten Bekasi Mengungkap temuan terkait tindak asusila melalui grub WA "All Star" yang berisikan para siswa di satu SMP di Cikarang Selatan. Mirisnya, tidak hanya sekedar berbagi video porno. Para anggota grub juga saling mengajak untuk mempraktekkannya ( pikiranrakyat.com 3/10/2018).

Hanya berselang hari. Kejadian demi kejadian mengenaskan  tersebut memaksa kita mengakui kerusakan parah generasi. Lantas bagaimana mungkin mereka mampu mengemban amanah menentukan masa depan negeri ? Jika hari ini mereka telah gagal menundukkan hawa nafsu dan menjaga kehormatan diri. 

Persoalan generasi pada hakekatnya adalah persoalan sistemik. Tidak terbatas pada masalah keluarga dan pendidikan semata. Tapi mencakup berbagai aspek kehidupan. 

Sekulerisme dalam dunia pendidikan.  Menjauhkan generasi muda dari nilai-nilai spiritual. Agama hanya dipahami sebatal ritual peribadatan. Tanpa pernah menjadikannya sebagai aturan kehidupan. Maka tak mengherankan jika porsi pendidikan agama disekolah tidaklah signifikan. Hanya sekitar 2 jam per pekan. 

Dilain sisi, paham kapitalisme yang kental di masyarakat menempatkan materi sebagai standar kebahagiaan. Akibatnya kehidupan keluarga minus visi pendidikan. Hanya dipenuhi keinginan mengejar  dunia dan kesenangan. Suami istri sibuk akan karier dan pekerjaan. Anak-anak terabaikan. Kehilangan sandaran dan tauladan. Tanpa sadar mereka lepas dari pengawasan. Meninggalkan rumah mencari perhatian, kasih sayang dan pengakuan. 

Keadaan ini diperparah dengan kondisi sosial budaya masyarakat yang kian beraroma liberal. Berdalih ingin eksis dan tak ketinggalan tren kekinian. Gaya hidup free life style jadi pilihan. Media digital pun tak ketinggalan. Berbagai aplikasi pemuas syahwat dan penuh kesia-siaan ditawarkan. Miskin adab dan ilmu agama membuat generasi hilang pegangan. Hingga kerusakan generasi tak lagi terelakkan. 

Penyelamatan generasi haruslah menjadi prioritas negeri. Sudah saatnya sistem sekuler kapitalis buah penerapan demokrasi yang rusak dan merusak diganti. Dengan sistem Islam yang terbukti berhasil melahirkan sebaik-baik generasi. Pembangun peradaban gemilang yang bisa kita nikmati sumbangsihnya hingga saat ini. 

Islam merupakan sistem peraturan hidup yang sempurna. Pemikiran Islam akan mengantarkan generasi kembali menemukan identitasnya. Maka mempelajari Islam secara ideologis adalah kewajiban yang tak boleh tertunda. Termasuk menjadikannya sebagai mainstream pemikiran dan tindakan dalam menyikapi setiap persoalan. 

Media digital sebagai produk  teknologi boleh digunakan. Asalkan penggunaannya ditujukan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan umat. Ditujukan sebagai sarana penerapan syariat. Bukan pembawa misi penyesatan pikiran dan impor budaya barat. Saat generasi dan media digital diatur sesuai aturan Islam. Generasi digital yang berdaya akan mewujud nyata dalam kehidupan. Hingga atas ijin Allah masa kegemilangan Islam kan kembali terulang. Wallahu a'lam bish showab.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak