Oleh : Rima Septiani (Mahasiswi UHO)
Media sosial merupakan kebutuhan primer di era milenial sekarang. Keberadaannya begitu bermanfaat bagi banyak orang. Terlebih lagi digunakan sebagai sarana mencari informasi dan pengetahuan, membuat banyak kalangan mengoptimalkan fungsinya.
Disisi lain, media sosial juga dapat berdampak buruk jika tidak dimanfaatkan dengan cerdas. Menimbulkan efek negatif yang mengundang kerusakan dalam hidup. Ini tercermin dari kasus maraknya pergaulan bebas via media sosial yang menyeret remaja menjadi korban.
Baru-baru ini publik digegerkan dengan kasus 12 siswi SMP di satu sekolah di Lampung diketahui hamil. Temuan di salah satu daerah di Bumi Ruwa Jurai tersebut, menjadi perhatian serius Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Lampung (www.lampung.tribunnews.com/2018/10/02).
Sementara itu Komisi Perlindungan Anak Daerah Kabupaten Bekasi mendapatkan temuan terkait tindak asusila melalui group aplikasi mengobrol, Whatsapp(wa). Parahnya group tersebut berisikan para siswa di satu sekolah menengah pertama di Cikarang Selatan. Selain tindak asusila, di group yang berisikan 24 siswa dan siswi, para anggota saling berbagi video porno (www.pikiranrakyat.com/2018/10/03).
Akibat Sekularisme
Maraknya pergaulan bebas akibat sistem sekuler telah melahirkan generasi yang rusak bagi masa sekarang dan masa yang akan datang. Media digital saat ini yang sarat dengan hadhoroh barat terbukti sebagai mesin perusak dan penghancur generasi muslim. Ironisnya orang tua tak acuh dengan perlakuan anak terhadap media sosial, bahkan tak jarang kita dapati orang tua yang senantiasa memfasilitasi anaknya dengan gadget tercanggih.
Disisi lain, bekal agama sangatlah kurang. Pemahaman terhadap penjagaan anak dari hal-hal yang berdampak buruk minim perhatian. Anak-anak dibiarkan berselancar tanpa kendali. Tersebarnya situs-situs berbau porno dan konten tak mendidik menambah runyam kondisi. Ditambah lagi, remaja saat ini diserang dengan virus sekuler-liberalis yang membuat mereka tak peduli dengan aturan agama.
Sekularisme adalah paham yang meminggirkan peran agama dalam pengaturan urusan kehidupan. Agama tidak dibiarkan untuk ikut campur dalam segala aspek kehidupan. Paham ini kemudian menyebar dalam berbagai lini kehidupan, termasuk dalam bidang sosial. Dalam sekularisme, aktivitas yang dilakukan adalah hak kebebasan yang tak boleh dikekang. Apapun boleh dilakukan, asal keuntungan dapat diraih. Termasuk dalam kebebasan menyebar produk teknologi dalam dunia maya yang tidak dibatasi asalkan keuntungan materi didapatkan.
Akibat dari semua ini, remaja menjadi rusak, potensi diri hilang. Terlebih lagi generasi muslim akan lupa jati dirinya. Ketakwaan pada Allah tidak akan terbentuk lagi dan kepribadian Islam tidak akan terlihat, jikalau pola pikir dan pola sikap mengarah pada sekularisme. Maka perlunya perhatian penting bagaimana mengakhiri kondisi yang ada dengan menawarkan solusi tuntas. Dan yang paling mendasar adalah paham sekularisme dan liberalisme harus dijauhkan dari tubuh kaum Muslim, karena dia merupakan akar permasalahan yang selama ini membelit generasi muda.
Islam Penyelamat Generasi
Islam adalah agama pembawa solusi. Peraturannya tidak lahir dari akal manusia tetapi langsung dari pencipta manusia. Aturannya begitu sempurna, sehingga menawarkan solusi yang tidak semu. Permasalahan yang terjadi baik dalam lingkup remaja menjadi sorotan penting, Karena keberadaanya menjadi harapan untuk membangun peradaban emas.
Potensinya harus dijaga dengan ditanamkan akidah Islam agar berpengaruh pada perbuatannya yang bermanfaat bagi umat nantinya. Manusia diperintahkan untuk selalu tunduk pada pencipta yang membuat dia ada. Bentuk rasa takut, cinta, dan syukur kepada Allah wajib dihadirkan pada setiap muslim. Penerapan nilai-nilai agama wajib dijadikan standar dalam melakukan aktivitas.
Dan Islam mampu membuktikan semua itu, maka lahirlah generasi-generasi Muslim yang mampu menorehkan tinta emas pada peradaban dunia. Pendidikan Islam mampu mencetak generasi-generasi ahli yang membuat Islam berjaya selama berabad-abad. Peran orang tua dalam menanamkan pendidikan Islam saat itu mampu melahirkan generasi cemerlang tak terkalahkan. Keluarga menjadi sekolah pertama yang memberikan suri tauladan bagi ank-anaknya baik secara akhlak, moral dan minat sehingga anak mampu mengembangkan potensi dirinya yang berjasa untuk Islam kedepannya.
Kita mengenal Ibnu Sina yang karyanya terkenal dalam dunia medis saat ini. Beliau dijuluki bapak kedokteran. Usia muda Muhammad Al-Fatih mampu menjadi panglima perang yang menaklukan Konstantinopel. Tak lupa, sistem penomoran 1-10 dan konsep aljabar ditemukan oleh seorang Muslim yang bernama Al-Khawarizmi. Dan masih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan Muslim yang berpengaruh terhadap dunia saat ini. Maka sistem Islamlah yang mampu mewujudkan realita tersebut. Penerapan sistem Islam secara Kaffah akan mencetak generasi-generasi terbaik. Wallahu a’
lam.